V. I. Lenin
APA YANG HARUS DIKERJAKAN?
Ditulis pada musim rontok 1901-
Februari 1902
Untuk Pertama kali diterbitkan
sebagai buku tersendiri dalam bulan Maret 1902
|
Dicetak menurut teks buku itu dan
dicocokkan dengan teks yang dimuat dalam kumpulan Dua Belas Tahun, oleh W. I.
Ilyin, 1907
|
Dari V. I. Lenin, Apa Yang Harus Dikerjakan?, Yayasan Pembaruan, Jakarta
* * *
Dipublikasikan pada situs Marxist-Indonesia
[Indo-Marxist] Maret 2000
ISI
|
||
I.
|
DOGMATISME
DAN "KEBEBASAN MENGKRITIK"
|
|
|
A.
|
|
|
B.
|
|
|
C.
|
|
|
D.
|
|
II.
|
||
|
A.
|
|
|
B.
|
|
|
C.
|
|
III.
|
||
|
A.
|
|
|
B.
|
|
|
C.
|
|
|
D.
|
|
|
E.
|
|
|
F.
|
|
IV.
|
KERAJINAN-TANGANISME
KAUM EKONOMIS DAN ORGANISASI KAUM REVOLUSIONER
|
|
|
A.
|
|
|
B.
|
|
|
C.
|
|
|
D.
|
Ruang Lingkup
Pekerjaan Keorganisasian
|
|
E.
|
Organisasi
"Bersifat Komplotan" Dan "Demokratisme"
|
|
F.
|
Pekerjaan Lokal
Dan Pekerjaan Se-Rusia
|
V.
|
"RENCANA"
UNTUK SURAT KABAR POLITIK SE-RUSIA
|
|
|
A.
|
Siapa Yang
Merasa Tersinggung Oleh Artikel "Dari Mana Mulai?"
|
|
B.
|
Dapatkah Surat
Kabar Menjadi Organisator Kolektif?
|
|
C.
|
Organisasi Tipe
Apakah Yang Kita Butuhkan?
|
KETERANGAN (Yang dimaksud
di sini adalah catatan kaki mulai nomor 1-90 tanpa catatan kaki bertanda
*---Pemuda Sosialis)
|
APA YANG HARUS DIKERJAKAN ?
Masalah-Masalah
Mendesak Gerakan Kita1
“….Perjuangan
Partai memberi kekuatan dan daya hidup kepada Partai; ketidaktegasan dan
kekaburan garis-garis batas yang gamblang merupakan bukti terbesar kelemahan
Partai; Partai menjadi kuat dengan membersihkan diri sendiri……”
(Dari surat Lassalle kepada Marx, 24 Juni 1852)
Ditulis pada musim rontok 1901- Februari 1902
Untuk Pertama kali diterbitkan sebagai buku tersendiri dalam bulan
Maret 1902
|
Dicetak menurut teks buku itu dan dicocokkan dengan teks yang dimuat
dalam kumpulan Dua Belas Tahun, oleh W. I. Ilyin, 1907
|
KATA
PENGANTAR
Menurut
rencana semula penulis, brosur ini semestinya dimaksudkan untuk mengembangkan
secara terperinci ide-ide yang dinyatakan dalm artikel “Dari Mana Mulai ?”
(Iskra2 No. 4, Mei 1901)3.
dan kami pertama-tama harus minta maaf kepada pembaca karena kelambatan dalam
memenuhi janji yang diberikan dalam artikel tersebut (dan yang diulangi dalam
jawaban kepada banyak pertanyaan dan surat perseorangan). Salah satu sebab dari
kelambatan ini ialah usaha yang dilakukan dalam bulan Juni yang lalu (1901)
untuk mempersatukan semua organisasi sosial-demokrat di luar negeri. Sudah
sewajarnyalah menantikan hasil-hasil dari usaha ini dulu, karena jika
seandainya ia berhasil barangkali perlu memaparkan pandangan-pandangan Iskra mengenai
organisasi dari sudut yang agak berlainan; dan bagaimanapun juga, hasil yang
demikian itu menjanjikan pengakhiran yang cepat sekali adanya dua aliran dalam
sosial-demokrasi Rusia. Seperti pembacaketahui, usaha itu gagal dan,
sebagaimana akan kami coba buktikan di bawah ini, tidak dapat tidak berakhir
demikian sesudah pembelokan baru Raboceye Dyelo4, dalam No. 10, ke
ekonomisme. Ternyata mutlak perlu memulai perjuangan yang gigih menentang
aliran yang tidak tegas gan tidak menentu, tetapi sangat ulet ini, aliran yang
bisa muncul lagi dalam bermacam-macam bentuk. Karena itu, rencana semula brosur
ini diubah dan sangat diperluas.
Temanya
yang pokok semestinya tiga soal yang diajukan dalam artikel “Dari Mana
Mulai?”—yaitu soal-soal tentang watak dan isi pokok agitasi politik kita,
tugas-tugas organisasi kita dan rencana untuk membangun, serempak dan dari
berbagai pihak, organisasi se-Rusia yang militan. Soal-soal ini sudah lama
menarik perhatian penulis yang sudah mencoba mengetengahkannya dalam Rabocaya
Gazeta5 dalam salah satu
usaha yang tidakberhasil menghidupkan kembali surat kabar itu (lihat Bab V).
tetapi rencana semula untuk membatasi brosur ini pada analisa mengenai ketiga
soal ini saja san untuk menyatakan pandangan-pandangan kita dalam bentuk yang
sepositif mungkin, tanpa memasuki atau hampir tanpa memasuki polemik, ternyata
tak dapat dilakukan sama sekali karena dua sebab. Di satu pihak, ekonomisme
ternyata jauh lebih ulet daripada dugaan kita (kita gunakan kata ekonomisme
dalam arti yang luas, seperti yang diterangkan dalam Iskra No. 12
(Desember 1901), dalam artikel “Percakapan Dengan Pembela-Pembela Ekonomisme”,
yang boleh dikatakan merupakan ringkasan brosur ini6.
menjadi pastilah bahwa pandangan-pandangan yang berbeda-beda mengenai pemecahan
ketiga soal ini jauh lebih banyak disebabkan oleh pertentangan fundamental di
antara kedua aliran dalam sosial-demokrasi Rusia daripada oleh perbedaan
pendapat mengenai soal-soal detail. Di pihak lain, kebingungan kaum ekonomis
mengenai penerapan praktis pandangan-pandangan kita dalam Iskra
menyingkapkan dengan jelas bahwa kita sering berbicara benar-benar dalam bahasa
yang berlainan, bahwa karena itu kita tidak dapat mencapai
pengertian apapun tanpa mulai ab ovo*, dan
bahwa perlulah diusahakan, dengan cara sepopuler mungkin dan dilukiskan dengan
banyak sekali contoh yang konkrit, secara sistematis
“menjelaskan” semua pokok fundamental perbedaan-perbedaan
pendapat kita dengan semua ekonomis. Dan saya
mengambil keputusan untuk berusaha “menjelaskan” perbedaan-perbedaan pendapat
itu, dengan menyadari sepenuhnya bahwa hal ini akan sangat menambah tebalnya
brosur dan memperlambat penerbitannya, tetapi bersamaan itu saya tidak melihat
jalan
lain
untuk memenuhi janji yang telah saya berikan dalam artikel “Dari Mana Mulai
?”. Jadi, selain minta maaf karena
kelambatannya, saya harus pula minta maaf karena banyaknya kekurangan yang
bersifat sastra dari brosur ini. Saya harus bekerja sesegera
mungkin,
dan tambahan pula sering kali disela pekerjaan lain.
Analisa
mengenai ketiga soal tersebut di atas tetap merupakan tema pokok brosur ini,
tetapi saya harus mulai dengn dua soal yang lebih bersifat umum: mengapa
semboyan yang “tak berdosa” dan “wajar” seperti
“kebebasan mengkritik” merupakan isyarat tempur yang sesungguhnya bagi kita ?
Mengapa kita tak dapat mencapai kata sepakat bahkan mengenai soal pokok peranan
kaum sosial-demokrat dalam hubungan dengan gerakan massa yang spontan. Selanjutnya,
penguraian tentang pandangan-pandangan mengenai watak dan isi pokok agitasi
politik menjadi penjelasan tentang perbedaan antara politik trade-unionis
dengan politik sosial-demokrat, sedang penguraian tentang pandangan-pandangan
mengenai tugas-tugas organisasi menjadi penjelasan tentang perbedaan antara
kerajinan tanganisme yang memuaskan kaum ekonomis dengan organisasi kaum
revolusioner yang menurut pendapat kita perlu. Kemudian saya lebih-lebih lagi
mempertahankan “rencana” untuk surat-kabar politik se-Rusia karena semakin
tidak beralasannya keberatan-keberatan yang diajukan terhadapnya, dan karena
semakin kurang mengenai pokoknya jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan dalam
artikel “Dari Mana Mulai ?” mengenai bagaimana kita dapat mulai serempak dari
segala segi mendirikan organisasi yang kita butuhkan. Akhirnya, dalam bagian
penutup brosur ini, saya berharap dapat menunjukkan bahwa kita telah melakukan
apa saja yang dapat kita lakukan untuk mencegah perpecahan yang menentukan
dengan kaum ekonomis, yang wlaupun demikian ternyata tak dapat dielakkan; bahwa
Raboceye
Dyelo
telah memperoleh arti khusus, arti “bersejarah”, kalau kalian menghendaki,
karena ia dengan sangat sepenuhnya dan sangat gamblang mengungkapkan bukan
ekonomisme yang konsekwen melainkan kekalutan dan kebimbangan yang merupakan
ciri khas satu periode penuh dalam sejarah
sosial-demokrasi Rusia; dan bahwa karena itu polemik dengan Raboceye
Dyelo,
yang sepintas kilas mungkin tampaknya dilakukan secara terlalu detail, juga
memperoleh arti penting, karena kita tak dapat melangkah maju jika kita tidak
melikwidasi periode ini secara definif.
N. Lenin
Februari
1902
I
DOGMATISME DAN “KEBEBASAN MENGKRITIK”
A. APAKAH “KEBEBASAN MENGKRITIK “ ITU ?
“Kebebasan
mengkritik” memang pada waktu sekarang merupakan semboyan yang paling menjadi
mode dan semboyan, yang paling sering digunakan dalam perdebatan-perdebatan
antara kaum sosialis dengan kaum demokrat semua negeri. Sepintas kilas, sukar
dibayangkan adanya sesuatu yang lebih aneh daripada penunjukan-penunjukan
khidmat dari salah satu pihak yang berdebat mengenai kebebasan mengkritik.
Apakah dalam partai-partai yang maju ada terdengar suara-suara menentang hukum
konstitusional kebanyakan negeri Eropa yang menjamin kebebasan ilmu dan penelitian
ilmiah ? “Nampaknya ada sesuatu yang tidak beres di sini!”—demikianlah akan
komentar orang luaran yang belum menangkap sepenuhnya hakekat
perbedaan-perbedaan pendapat di antara orang-orang yang berdebat itu, tetapi
telah berulang-kali mendengar semboyan yang menjadimode ini di setiap
persimpangan jalan. “Semboyan ini,
rupanya, salah satu semboyan dari kata-kata yang sudah lazim yang, seperti nama
julukan, menjadi sah karena kebiasaan dan hampir menjadi nama”.
Sebenarnya,
bukanlah rahasia bahwa dalam sosial-demokrasi internasional* dewasa
ini terbentuk dua aliran. Perjuangan di antara kedua aliran ini kadang-kadang
menyala berkobar-kobar, dan kadang-kadang mereda dan membara di bawah abu
“resolusi-resolusi gencatan senjata” yang mengesankan. Berupa apa aliran ‘baru”
ini, yang mengambil sikap “kritis” terhadap Marxisme “usang yang dogmatis”,
dengan cukup tepat telah dinyatakan oleh Bernstein dan ditunjukkan oleh
Millerand.
Sosial-demokrasi
haruslah berubah dari partai revolusi sosial menjadi partai demokratis dari
reform-reform sosial. Bernstein telah mengelilingi tuntutan-tuntutan politik
ini dengan sederetan argumen dan pertimbangan “baru” yang disusun dengan cukup
terkoordinasi. Kemungkinan meletakkan sosialisme pada dasar ilmiah dan
kemungkinan membuktikan dari sudut konsepsi materialis tentang sejarah bahwa
sosialisme adalah perlu dan tak terelakkan diingkari; fakta meningkatnya
kemiskinan, proletarisasi dan menajamnya kontradiksi-kontradiksi kapitalis juga
diingkari. Konsepsi “tujuan terakhir” itu sendiri dinyatakan sebagai
tidak beralasan, dan ide tentang diktatur proletariat ditolak dengan mutlak;
pertentangan secara prinsip antara liberalisme dengan sosialisme diingkari; teori
perjuangan klas ditolak dengan dalih bahwa ia seakan-akan tak dapat diterapkan
pada masyarakat yang betul-betul demokratis, yang diatur menurut kehendak
mayoritas, dsb.
Dengan
demikian, tuntutan untuk pembelokan yang tegas dari sosial-demokrasi
revolusioner ke sosial-reformisme borjuis itu dibarengi dengan pembelokan yang
tidak kurng tegasnya ke arah kritik borjuis terhadap semua ide fundamental
Marxisme. Dan, karena kritik terhadap Marxisme dilancarkan sudah sejk lama,
baik dari mimbar politik maupun dari mimbar universitas, baik dalam banyak
brosur maupun dalam sejumlah karya ilmiah; karena seluruh angkatan muda dari
klas-klas terpelajar secara sistematis telah dididik selama puluhan tahun dalam
kritik ini, maka tidaklah mengherankan kalau aliran “kritis baru” dalm
sosial-demokrasi akan timbul, serba lengkap, seperti Minerva dari kepala
Yupiter12. Menurut isinya, aliran ini tidak
perlu berkembang dan mengambil bentuk; ia dipindahkan langsung dari literatur
borjuis ke literatur sosialis.
Seterusnya.
Jika kritik teori dan perdambaan politik Bernstein masih belum jelas bagi
seseorang, orang Prancis telah berusaha mendemonstrasikan ‘metode baru” itu
dengan gamblang. Kali ini juga Perancis telah membenarkan reputasi lamanya
sebagai ‘negeri yang dalam sejarahnya perjaugnan klas, lebih daripada yang di
tempat lain manapun juga, dilakukan sampai akhir yang menentukan” (Engels,
dalam kata pengantarnyapada karya Marx 18 Brumaire13). Kaum sosialis Perancis mulai
bukan dengan berteori melainkan langsung bertindak. Syarat-syarat politik yang
secara demokratis lebih maju di Perancis telah mengizinkan mereka untuk segera
beralih ke “Bernsteinisme dalam praktek”, dengan segala akibatnya. Millerand
telah memberikan contoh yang bagus sekali mengenai Bersteinisme dalam praktek
ini; bukan tanpa alasan baik Bernstein maupun Vollmar dengan begitu bersemangat
buru-buru membela dan memuji-muji Millerand! Memang, jika sosial-demokrasi pada
hakekatnya hanya merupakn partai reform saja, dan harus memiliki keberanian
mengakui ini dengan terang-terangan, maka seorang sosialis tidak hanya berhak
turut serta dalam kabinet borjuis, tetapi bahkan harus selalu berusaha keras
untuk itu. Jika demokrasi pada hakekatnya berarti penghancuran kekuasaan klas,
maka mengapa pula seorang menteri sosialis tidak boleh memikat hati seluruh
dunia borjuis dengan pidato-pidato tentang kolaborasi klas? Mengapa pula dia
tidak boleh tetap duduk dlam kabinet bahkan sesudah pembunuhan atas diri kaum
buruh oleh gendarme-gendarme14
menelanjangi, untuk keseratus dan keseribu kalinya, watak sesungguhnya
kolaborasi demokratis klas-klas itu ? Mengapa pula dia tidak boleh mengambil
bagian sendiri dalam memberi salam kepada tsar, yang bagi kaum sosialis
Perancis sekarang tidak punya mempunyai nama lain daripada pahlawan tiang
gantungan, cambuk dan pembuangan (knoteur, pendeur et deportateur) ? Dan
ganjaran bagi penghinaan yang tak terhingga serta peludahan diri sosialisme di
hadapan seluruh dunia. Ganjaran untuk pembejatan kesedaran sosialis massa
buruh—satu-satunya dasar yang dapat menjamin kemenangan kita—ganjaran untuk ini
ialah rencana-rencana yang muluk-muluk untuk perbaikan-perbaikan
kecil-kecilan, begitu kecil sebetulnya, sehingga lebih jauh banyak yang telah
diperoleh dari pemerintahan-pemerintah borjuis!
Barang
siapa tidak dengan sengaja menutup mata tidak boleh tidak pasti melihat bahwa
aliran “kritis” baru dalam sosialisme tidak bisa lain daripada oportunisme
variasi baru. Dan jika kita menilai orang tidak menurut pakaian seragam yang
berkilauan yang mereka pakai, tidak menurut nama julukan mentereng yang mereka
berikan pada dirinya sendiri, tetapi menurut perbuatan mereka dan menurut apa
yang benar-benar mereka propagandakan, maka akan jelaslah bahwa “kebebasan
mengkritik” itu berarti kebebasan bagi aliran oportunis dalam sosial-demokrasi,
kebebasan untuk mengubah sosial-demokrasi menjadi partai reform demokrat,
kebebasan untuk memasukkan ide-ide dan elemen-elemen borjuis ke dalam
sosialisme.
“Kebebasan” adalah
suatu perkataan agung, tetapi di bawah panji kebebasan perdagangan orang
melakukan perang yang paling bersifat perampokan; di bawah panji kebebasan
kerja, kaum pekerjapekerja dirampok. Pemakaian istilah “kebebasan mengkritik”
masa kini mengandung kepalsuan yang inheren itu juga. Orang-orang yang
benar-benar yakin bahwa mereka telah memajukan ilmu tidak akan menuntut kebebasan
bagi pandangan-pandangan baru untuk terus berdampingan dengan yang lama, tetapi
menuntut penggantian pandangan-pandangan yang lama oleh yang baru. Teriakan
“Hidup kebebasan mengkritik!”, yang terdengar dewasa ini, terlalu mengingatkan
pada dongengan tentang tong kosong15.
Kita
sedang berjalan dalam rombongan yang kompak di atas jalan yang curam dan sukar,
dengan kuat-kuat berpegangan satu sama lain. Kita terkepung oleh musuh dari
segenap penjuru dan kita harus maju di bawah tembakan mereka yang hampir
terus-menerus. Kita telah menggabungkan diri dengan sukarela, justu untuk
berjuang melawan musuh dan bukan untuk
mundur ke rawayang terletak di sebelah, yang penghuninya dari sejak semul telah
mencerca kita karena telah memisahkan diri dan membentuk grup tersendiri dan
telah memilih jalan berjuang, dan bukan jalan perdamaian. Dan sekarang
sementara orang di antara kita mulai berteriak: mari kita masuk ke rawa ini!
Dan ketika kita mulai memberi malu mereka, mereka menjawab: alangkah
terbelakangnya kalian ini! Tidakkah kalin malu tidak memberikan kebeasanbagi
kami mengajak kalian untuk menempuh jlan yang lebih baik! Oh, ya, Tuan-Tuan!
Tuan-Tuan tidak hanya bebas untuk pergi kemana saja tuan-tuan kehendaki, ke
rawa sekalipun; kami bahkan berpendapat bahwa rawa itulah tempat kalian yang
sebenarnya, dan kami bersedia memberikan segala bantuan untuk kepindahan kalian ke
situ. Hanya saja lepaskan tangan kami, jangan berpegang kuat-kuat pada kami,
jangan mengotori perkataan kebebasan yang agung itu, karena kamipun ‘bebas”
untuk pergi kemana saja sesuka hati kami, bebas untuk berjuang tidak hanya
melawan rawa itu, tapi juga melawan mereka yang membelok ke rawa itu!
* * *
B. PEMBELA-PEMBELA BARU “KEBEBASAN
MENGKRITIK”
Nah, semboyan ini
(“kebebasan mengkritik”) akhir-akhir ini saja telah diajukan dengan khidmat
dalam Raboceye Dyelo (No.10), organ Perserikatan Kaum Sosial Demokrat
Rusia Di Luar Negeri16, bukan
sebagai dalil teori melainkan sebagai tuntutan politik, sebagai jawaban atas
pertanyaan: “mungkinkah mempersatukan organisasi-organisasi sosial-demokrat
yang melakukan aktivitas di luar negeri?”—“supaya persatuan itu bisa kokoh,
harus ada kebebasan mengkritik” (hlm.36).
Dari pernyataan ini
timbul dua kesimpulan yang tegas sekali; 1) bahw Raboceye Dyelo telah
melindungi aliran oportunis dalam sosial-demokrasi internasional umumnya; dan
2) bahwa Raboceye Dyelo menuntut kebebasan bagi oportunisme dalam
sosial-demokrasi Rusia. Marilh kita tinjau kesimpulan-kesimpulan ini.
Raboceye Dyelo
“terutama” tidak senang dengan “kecenderungan” Iskra dan Zarya17 “meramalkan perpecahan antara
Gunung dan Gironde dalam sosial-demokrasi internasional”*.
“Bagi kita pada
umumnya”, tulis B. Kricevski, redaktur Raboceye Dyelo, “omongan tentang Gunung
dan Gironde ini dalam barisan sosial-demokrasi merupakan analogi
sejarah yang dangkal, suatu hal yang ganjil berasal dari pena seorang Marxis.
Gunung dan Gironde tidaklah merupakan temperamen atau aliran intelektual yang
berlainan, sebgaimana mungkin pendapat para ahli sejarah-ideologis, melainkan
klas-klas atau lapisan-lapisan yang berbeda—borjuasi sedang, di satu pihak, dan
borjuasi kecil serta proletariat di pihak lain. Akan tetapi dalam gerakan
sosialis modern tidak ada konflik kepentingan-kepentingan klas; gerakan
sosialis dalam keseluruhannya, segala bentuknya yang
bermacam-macam itu” (kursif dari B. Kr.), “termasuk kaum Bernsteinis yang
paling karatan, berdiri di atas dasar kepentingan-kepentingan klas proletariat
dan perjuangan klasnya untuk pembebasan politik dan ekonomi” (hlm. 32-33).
Suatu pernyataan
yang berani! Apakah B. Kricevski belum mendengar kenyataan, yang sudah lama
terkenal, bahwa justru turut sertanya secara luas lapisan
“akademikus” dalam gerakan sosialis dalam tahun-tahun belakangan ini yang telah
menjamin tersebarnya Bernsteinisme dengan begitu cepat? Dan yang paling
penting—berdasarkan apa pendapat penulis kita itu bahwa “kaum Bernsteinis yang
paling karatan” pun berdiri atas dasar perjuangan klas untuk pembebasan politik
dan ekonomi kaum proletariat? Tak seorangpun tahu. Pembelaaan yang gigih atas
kaum Bernstein yang paling karatanini tidaklah didukung oleh argumen atau
pertimbangan apapun juga. Rupanya, penulis mengira bahwa jika dia mengulangi
apa yang dibicarakan oleh kaum Bernstein yang paling karatan tentang diri
mereka sendiri, maka pernyataannya itu tidak memerlukan lagi bukti lagi. Tetapi
dapatkah orang membayangkan sesuatu yang lebih “dangkal” daripada pendapat
seluruh aliran ini yang berdasarkan tidak lain hanya apa yang dibicarakan oleh
wakil-wakil aliran itu tentang diri mereka sendiri? Dapatkah orang membayangkan
sesuatu yang lebih dangkal daripada “khotbah” selanjutnya tentang kedua tipe
atau jalan yang berlainan dan bahkan sama sekali bertentangan dari perkembangan
partai ? (Raboceye Dyelo, hlm. 34-35). Kaum sosial-demokrat Jerman, tuan
tahu, mengakui kebebasan penuh mengkritik, tetapi orang Perancis tidak, dan
justru contoh merekalah yang memperlihatkan segala “kejahatan
ketidaktoleranan”.
Terhadap itu kita
jawab justru contoh B. Kricevski itulah yang menunjukkan bahwa nama kaum Marxis
kadang-kadang dipakai oleh orang-orang yang memandang sejarah benar-benar
“menurut Ilowaiski20).
Untuk menerangkan persatuan Partai Sosialis Jerman dan berkeping-kepingnya
Partai Sosialis Perancis sama sekali tidak perlu mencari-cari ciri-ciri khas
sejarah kedua negeri ini, membandingkan keadaan-keadaan setengah absolutisme
militer di satu negeri dengan parlementerisme republiken di negeri lainnya,
atau menganalisa akibat-akibat Komune Paris dan akibat Undang-undang
Anti-Sosialis21; membandingkan
kehidupan ekonomi itu, atau mengingat bahwa “pertumbuhan yang tiada bertolak
dalam sejarah sosialisme, tidak hanya menentang teori-teori yang keliru
(Muhlberger, Duhring*, kaum Katheder
Sosialis23, tetapi juga menentang
taktik-taktik yang keliru (Lassalle), dsb, dsb. Kesemuanya ini tak berguna !
Orang-orang Prancis bertengkar di antara mereka sendii karena tidak toleran;
orang-orang Jerman bersatu karena mereka anak-anak baik.
C.
KRITIK DI RUSIA
Kekhususan utama
Rusia dalam hubungan dengan hal yang sedang kita tinjau ialah bahwa awal
mula gerakan buruh yang spontan, di satu pihak, dan pembelokan pendapat
umum progressif ke arah Marxisme di pihak lain, ditandai dengan kombinasi
elemen-elemen yang jelas beraneka-ragam di bawah panji bersama untuk perjuangan
melawan musuh bersama juga (pandangan dunia sosial politik yang sudah usang29). Kita berbicara tentang bulan madu
“Marxisme legal”. Umumnya, ini adalah gejala yang luar biasa ganjilnya yang
dalam tahun-tahun 80-an atau awal tahun-tahun 90-an tak seorangpun akan percaya
pada kemungkinannya. Di sebuah negeri otokrasi, dimana pers dikungkung
sepenuhnya, dan dalam zaman reaksi politik yang hebat dimana tunas
ketidakpuasan dan protes politik yang sekecil-kecilnya pun diuber-uber, teori
Marxisme revolusioner tiba-tiba menerobos masuk ke dalam literatur yang tersensor,
dan meskipun dibentangkan dalam bahasa Esopus (penyair dongeng Yunani pada abad
ke-6 sebelum masehi—Red. IP) tetapi dimengerti oleh yang
‘berkepentingan”. Pemerintah telah membiasakan diri memandang hanya teori
Narodnaya Wolya-isme (revolusioner) saja yang berbahaya, dengan tidak,
sebagaimana biasanya, memperhatikan evolusi internnya dan menyambut gembira setiap
kritik yang dilontarkan terhadap teori itu. Tidak sedikit waktu berlalu
(menurut perhitungan Rusia kita) sebelum pemerintah menyadari apa yang telah
terjadi dan tentara sensor serta gendarme yang canggung itu memergoki musuh
baru dan menyergapnya. Sementara itu buku-buku Marxis diterbitkan satu demi
satu, majalah-majalah dan surat-surat
kabar Marxis dikeluarkan hampir
semua orang menjadi Marxis, kaum Marxis disanjung-sanjung, orang bermanis-manis
dengan kaum Marxis dan penerbit-penerbit buku sangat gembira dengan penjualan
buku-buku Marxis yang luar biasa larisnya. Sepenuhnya bisa dimengerti bahwa di
antara orang-orang Marxis baru yang tersekap dalam suasana ini akan terdapat
lebih dari seorang “pengarang yang menjadi besar kepala……”30
Kita sekarang dapat
dengan tenang membicarakan periode ini sebagai peristiwa masa silam. Bukanlah
rahasia bahwa periode singkat dimana Marxisme bersemarak pada permukaan
literatur kita ditimbulkan oleh persekutuan antara orang-orang berpandangan
ekstrim dengan orang-orang yang berpandangan sangat moderat. Pada hakekatnya
yang tersebut belakangan adalah kaum demokrat borjuis; dan kesimpulan ini (yang
begitu menyolok dibenarkan oleh perkembangan “kritis” mereka selanjutnya)
muncul pada sementara orang bahkan pada waktu ‘persekutuan” itu masih utuh*.
Kalau demikian
halnya, tidaklah tanggung jawab yang paling besar atas “kekalutan” kemudian
terletak justru pada kaum sosial-demokrat revolusioner yang masuk persekutuan
dengan bakal “kritikus-kritikus” itu ? Pertanyaan ini, bersama-sama dengan
jawaban yang mengiyakan, kadang-kadang terdengar dari orang-orang yang
berpandangan terlampau kaku. Tetapi orang-orang ini salah sama sekali. Hanyalah
mereka yang tidak yakin akan diri sendiri bisa takut mengadakan
persekutuan-persekutuan sementara, sekalipun dengan orang-orang yang tidak
dapat dipercaya; tak ada satu partai politik pun yang dapat bereksistensi tanpa
persekutuan-persekutuan demikian. Dan penggabungan dengan kaum Marxis legal
menurut macamnya adalah persekutuan politik pertama yang sungguh-sungguh dari
kaum sosial-demokrat Rusia. Berkat persekutuan ini kemenangan yang mengagumkan
cepatnya atas Narodisme dapat dicapai, dan ide-ide Marxisme (sekalipun dalam
bentuk yang divulgerkan) menjadi sangt tersebar luas. Lagipula persekutuan itu
diadakan bukan tanpa “syarat-syarat” sama-sekali. Buktinya: pembakaran kumpulan
tulisan Marxis Bahan-Bahan Tentang Masalah Perkembangan Ekonomi Rusia31 oleh sensor dalam tahun 1895.
jika sekiranya persetujuan di bidang literatur dengan kaum Marxis legal dapat
diibaratkan persekutuan politik, maka buku itu dapat diibaratkan perjanjian
politik.
Perpecahan sudah
barang tentu tidaklah timbul karena “sekutu-sekutu” itu ternyata kaum
sosial-demokrat borjuis. Sebaliknya, wakil-wakil dari aliran yang tersebut
belakangan adalah sekutu-sekutu sosial-demokrasi yang sewajarnya dan diinginkan
karena hal ini menyangkut tugas-tugas demokratisnya, yang dikedepankan oleh
situasi dewasa ini di Rusia. Tetapi syarat yang diperlukan untuk persekutuan
demikian itu ialah kesempatan penuh bagi kaum sosialis untuk mengungkapkan kepada
klas buruh bahwa kepentingan-kepentingannya bertentangan secara bermusuhan
dengan kepentingan-kepentingan borjuasi. Akan tetapi Bernsteinisme dan aliran
‘kritis”, kepada siapa mayoritas kaum Marxis legal berpaling, merampas
kesempatan ini dan membejatkan kesedaran sosialis dengan memvulgarkan Marxisme,
dengan mengkhotbahkan teori peredaan kontradiksi-kontradiksi sosial, dengan
menyatakan ide revolusi sosial dan diktatur proletariat sebagai nonsen, dengan
mengubah gerakan buruh dan perjuangan klas menjadi trade-unionisme yang sempit
dan perjuangan “realistis” untuk reform kecil-kecilan dan berangsur-angsur. Ini
sama sepenuhnya dengan semokrasi borjuis yang mengingkari hak sosialisme atas
kebebasan dan oleh karenanya juga mengingkari haknya untuk bereksistensi; dalam
praktek ini berarti usaha untuk mengubah gerakan buruh yan baru mulai itu
menjadi embel-embel kaum liberal.
Sewajarnyalah, di
bawah keadaan-keadaan demikian itu perpecahan adalah perlu. Tetapi ciri “khas”
Rusia menyatakan diri dalam hal bahwa perpecahan ini berarti betul-betul
penyingkiran kaum sosial-demokrat dari literatur “legal” yang paling mudah
dimengerti dan luas tersebar. Kaum “bekas Marxis” yang mengibarkan panji
“kritik” dan yang hampir memegang monopoli untuk “menghancurkan” Marxisme,
mengkonsolidasikan diri dalam literatur ini. Teriakan-teriakan: “Lawan
keortodoksan” dan “Hidup kebebasan mengkritik” (sekarang diulang-ulang Raboceye
Dyelo), segera menjadi mode, dan sensor bersama gendarme pun tak dapat
membendung mode ini, ini tampak dari kenyataan diterbitkannya buku Bernstein
yang termasyur (termasyur dalam arti Herostratus32)
dalam tiga edisi Rusia dan dari kenyataan bahwa buku-buku
Bernstein, Tuan Prokopowic dan lain-lainnya dianjurkan oleh Zubatov33 (Iskra No. 10). Di atas pundak kaum
sosial-demokratlah sekarang terletak tugas yang memang sudah sulit dan dan yang
dibikin menjadi tak terbayangkan lebih sulitnya oleh rintangan-rintangan yang
semata-mata dari luar, yaitu tugas berjuang menentang aliran baru itu. Dan
aliran ini tidak membatasi diri pada bidang literatur. Pembelokan ke arah
“kritik” dibarengi kecenderungan ke arah “ekonomisme” di kalangan
pekerja-pekerja praktis sosial-demokrat.
Bagaimana timbul
dan tumbuhnya hubungan dan saling ketergantungan secara kritik legal dengan
ekonomisme ilegal, soal yang menarik ini dapat menjadi pokok sebuah artikel sendiri. Di sini kita cukup
mencatat adanya secara pasti hubungan ini. Kemasyuran yang sudah selayaknya
diperoleh Credo* itu
justru karena keterusterangannya dalam merumuskan hubungan ini dan membocorkan
kecenderungan politik fundamental “ekonomisme”: biarkan kaum buruh melakukan
perjuangan ekonomi (akan lebih tepat lagi mengatakan:perjuangan trade-unionis,
karena yang tersebut belakangan ini juga mencakup politik buruh yang spesifik),
dan biarkan kaum cendekiawan Marxis bersatu padu dengan kaum liberal untuk
“perjuangan” politik. Jadi, pekerja trade-unionis “di kalangan rakyat” berarti
memenuhi paro pertama tugas ini, dan kritik legal berarti memenuhi paro kedua.
Pernyataan ini merupakan senjata yang begitu cemerlang untuk melawan ekonomisme
sehingga, seandainya tidak ada Credo itu, ia patut diciptakan.
Credo itu
tidak dikarang-karang tetapi disiarkan tanpa persetujuan dan barangkali bahkan
bertententangan dengan kehenda penulis-penulisnya. Bagaimanapun juga penulis
buku ini, yang ambil bagian dalam menyeret “program” baru ini ke bawah sinar
matahari*, telah mendengar keluhan dan umpatan bahwa salinan
dari ikhtisar pandangan-pandangan pembicara disebarluaskan, diberi nama Credo,
dan bahkan disiarkan dalam pers bersama-sama dengan protesnya ! Kita singgung
episode ini karena episode ini menyingkapkan ciri yang interesan dari
ekonomisme kita: ketakutan pada publisitas. Ini justru ciri ekonomisme pada
umumnya dan bukan ciri para penulis Credo itu saja. Ia diperlihatkan
oleh pendukung ekonomisme yang paling terus-terang dan jujur, Rabocaya Misl36, dan oleh Raboceye Dyelo
(yang marah-marah karena dimuatnya dokumen-dokumen “ekonomis” dalam Vademecum37) dan juga oleh Komite Kiev, yang dua
tahun lalu tidak mau memberi izin dimuatnya profession de foi-nya38 bersama-sama dengan bantahan*
tertulis terhadapnya, dan oleh banyak dan banyak lagi wakil perorangan
ekonomisme.
Rasa takut pada
kritik yang diperlihatkan oleh pendukung-pendukung kebebasan mengkritik tak
dapat dikatakan semata-mata karena kelicikan (meskipun kadang kala, sudah
pasti, kelicikan itu ada sangkut paut dengannya: akan tidak bijaksana
membiarkan tunas-tunas yang masih lemah dari aliran baru mendapt
serangan-serangan dari lawan!). tidak, mayoritas kaum ekonomis sungguh-sungguh
tidak menyetujui (dan menurut hakekat ekonomisme itu sendiri mereka pasti tidak
menyetujui) segala perdebatan teori, perbedaan pendapat faksi, soal-soal
politik yang luas, rencana-rencana untuk mengorganisasi kaum revolusioner, dsb.
“Serahkan itu semuanya kepada orang-orang di luar negeri!” kata salah seorang
ekonomis yang agak konsekwen kepada saya suatu hari dan dengan itu dia
menyatakan pendapat yang sangat tersebar luas (dan tambahan pula pendapat yang
trade-unionis tulen): urusan kita ialah gerakan buruh, organisasi-organisasi
kaum buruh di sini, di daerah kita, sedang lain-lainnya adalah isapan jempol
kaum doktriner, “penilaian terlalu tinggi arti penting ideologi”, sebagaimana
dinyatakan oleh para penulis surat yang dimuat dalam Iskra No. 12, senada
dengan Raboceye Dyelo No.
10.
Sekarang timbul
pertanyaan: karena demikian ciri-ciri khas “kritik” Rusia dan Bernsteinisme
Rusia, maka apa seharusnya tugas orang-orang yang ingin menjadi penentang oportunisme
dalam perbuatan dan bukan dalam kata-kata belaka ? Pertama-tama, mereka
seharusnya melakukan usaha untuk memulai lagi pekerjaan teori yang baru saja
dimulai pada masa Marxisme legal dan yang sekarang telah jatuh lagi pada pundak
aktivis ilegal. Tanpa pekerjaaan demikian itu tidak mungkin ada perkembangan
gerakan yang berhasil baik. Kedua, seharusnya dengan aktif tampil berjuang
melawan “kritik” legal yang sangat merusak pikiran orang. Ketiga, seharusnya
dengan aktif melawan kekalutan dan keragu-raguan dalam gerakan praktis,
menelanjangi dan menolak segala percobaan yang secara sedar atau tidak sedar
memerosotkan program dan taktik kita.
Bahwasanya Raboceye
Dyelo tidak melakukan satu pun dari ketiga hal ini sudah umum diketahui
dan selanjutnya kita akan membicarakan secar terperinci kenyataan yang sudah
terkenal ini dari berbagai segi. Akan tetapi pada saat ini kita hanya ingin
menunjukkan betapa menyoloknya kontradiksi antara tuntutan akan “kebebasan
mengkritik” dengan ciri khas kritik dalam negeri kita dan ekonomisme Rusia.
Memang, lihatlah naskah resolusi dimana Perserikatan Sosial-Demokrat Rusia Di
Luar Negeri menyetujui pandangan Raboceye Dyelo.
“Untuk kepentingan
perkembangan ideologi sosial-demokrasi selanjutnya, kita mengakui kebebasan
mengkritik teori sosial-demokratis dalam literatur Partai sebagai mutlak perlu
selama kritik ini tidak bertentangan dengan watak klas dan watak revolusioner
teori ini” (Dua Kongres, hlm. 10)
Dan argumentasinya:
resolusi itu “dalam bagian pertamanya
bersesuaian dengan resolusi Kongres Partai di Lubeck tentang Bernstein…..”
Karena kesederhanaan jiwanya kaum “Perserikatan” itu tidak melihat testimonium
paupertatis (surat keterangan tentang kemiskinan) apa yang mereka
berikan kepada diri mereka sendiri dengan kesukaan meniru-niru ini !……”
Tetapi….. dalam bagiannya yang kedua, resolusi itu membatasi kebebasan
mengkritik jauh lebih banyak daripada yang dilakukan Kongres Partai di Lubeck”.
Jadi, resolusi
Perserikatan itu ditujukan terhadap kaum Bersnteinis Rusia ? Jika tidak,
menunjuk kepada Lubeck adalah sepenuhnya nonsen ! Tetapi tidaklah tepat
mengnatakan bahwa resolusi itu “membatasi kebebasan mengkritik”. Dalam menerima
resolusi Hanover mereka, orang-orang Jerman, pasal demi pasal, menolak justru
amandemen-amandemen yang diajukan oleh Bernstein, sedang dalam resolusi Lubeck
mereka, mereka memperingatkan Bernstein sendiri, dengan
menyebutkan dia dalam resolusi itu. Tetapi penjiplak-penjiplak kita yang
“bebas” itu sepatah kata pun tidak menyebutkan secara khusus satu
manifestasi pun dari “kritik” Rusia dan ekonomisme Rusia; dengan tidak
menyebutkannya, maka penyebutan saja tentang watak klas dan watak revolusioner
teori memberikan kelonggaran yang jauh lebih luas bagi salah tafsir, terutama
apabila Perserikatan itu tidak mau menyamakan “apa yang dinamakan ekonomisme
itu” dengan oportunisme (Dua Kongres, hlm. 8, Pasal I). Tetapi
semua ini sambil lalu. Yang pokok ialah bahwa sikap kaum oportunis terhadap
kaum sosial-demokrat revolusioner di Jerman dan di Rusia bertentangan sama
sekali. Di Jerman, seperti kita ketahui, kaum sosial-semokrat revolusioner
setuju mempertahankan apa yang ada: program dan taktik lama yang sudah
diketahui secara umum dan telah dijelaskan dalam segala detailnya oleh
pengalaman berpuluh-puluh tahun. “Para kritikus” ingin mengadakan
perubahan-perubahan dan karena para kritikus ini merupakan minoritas kecil, dan
karena mereka sangat takut-takut dalam usaha-usaha revisionisnya, maka orang
dapat mengerti alasan-alasan mayoritas dalam membatasi diri pada penolakan
mentah-mentah terhadap “pembaharuan-pembaharuan”. Tetapi di negeri kita di
Rusia para kritikus dan kaum ekonomis setuju mempertahankan apa yang ada: “para
kritikus” menghendaki supaya kita terus menganggap mereka sebagai kaum Marxis
dan menjamin bagi mereka “kebebasan mengkritik” yang mereka nikmati sepenuhnya
(karena, sebetulnya, mereka tidak pernah mengakui hubungan kepartaian* apapun
juga, dan lagi pula kita tidak pernah mempunyai badan Partai yang diakui umum
yang dapat “membatasi” kebebasan mengkritik, sekalipun dengan nasehat); kaum
ekonomis menginginkan supaya kaum revolusioner mengakui “hak penuh gerakan masa
kini” (Raboceye Dyelo No. 10, hlm. 25), yaitu mengakui “keesahan”
eksistensi apa yang ada; mereka menginginkan supaya para “ideologis” tidak
berusah “membelokkan” gerakan dari jalan yang “ditentukan oleh saling pengaruh
unsur-unsur materiil dengan lingkungan materiil” (“Surat” yang dimuat dalam Iskra
No. 12); menginginkan supaya orang mengakui sebagai hal yagn dikehendaki
melakukan perjuangan “yang hanya mungkin dilakukan oleh kaum buruh di bawah
keadaan sekarang”, dan sebagai satu-satunya perjuangan yang mungkin adalah
perjuangan yang “sesungguhnya mereka lakukan saat pada saat sekarang” (Lampiran
Khusus Rabocaya Misl39,
hlm. 14). Sebaliknya, kita kaum sosial-demokrat revolusioner tidak puas dengan
pemujaan kepada spontanitas ini, yaitu kepada pemujaan kepada apa yang ada
“pada saat sekarang”; kita menuntut pengubahan taktik yang berlaku dalam
tahun-tahun belakangan ini; kita menyatakan bahwa “sebelum kita dapat bersatu,
dan supaya kita bisa bersatu, terlebih dahulu perlu menarik garis pemisah yang
tegas dan pasti” (dari pengumuman tentang penerbitan Iskra40). Pendek kata orang-orang Jerman
mempertahankan apa yang ada dan menolak perubahan; kita menuntut perubahan dan
menolak pemujaan kepada dan pendamaian dengan apa yang ada.
Perbedaan-perbedaan
“kecil” ini tidak terlihat oleh penjiplak-penjiplak “bebas” resolusi Jerman.
A.
D.ENGELS TENTANG ARTI PENTING PERJUANGAN
TEORI
“Dogmatisme,
doktrinisme”, “pembatuan Partai—hukuman yang tak terelakkan atas pencupetan
pikiran secara kekerasan”—inilah musuh-musuh yang terhadapnya pembela-pembela
“kebebasan mengkritik” dalam Raboceye Dyelo secara ksatria
mengangkat senjata. Kita gembira sekali bahwa soal ini telah masuk acara dan
kita hanya akan mengusulkan untuk menambahnya satu pertanyaan lagi:
Siapakah yang
menjadi hakim ?
Di hadapan kita
terletak dua pengumuman penerbit. Yang satu, Program Organ Berkala
Perserikatan Sosial-Demokrat Rusia—“Raboceye Dyelo” (cetakan ulang dari
Raboceye Dyelo No. 1). Lainnya pengumuman tentang dimulainya lagi
penerbitan-penerbitan grup Pembebasan
Kerja.41 Kedua-duanya bertanggal 1899, ketika
“krisis Marxisme” sudah lama jadi pembicaraan. Dan apa yang kita jumpai ? Dalam
pengumuman yang pertama akan sia-sia saja orang mencari sesuatu petunjuk
mengenai gejala ini, atau suatu pernyataan yagn tegas tentang pendirian yang
hendak diambil oleh organ baru tersebut mengenai soal ini. Mengenai pekerjaan
teori dan tugas-tugas mendesak sekarang sepatah kata pun tidak disebut-sebut,
baik dalam program ini maupun dalam lampiran-lampirannya yang diterima oleh
Kongres ke-III Perserikatan tersebut dalam tahun 1901 (Dua Kongres,
hlm. 15-18). Selama seluruh masa ini dewan redaksi Raboceye Dyelo
tidak mau tahu tentang soal-soal teori, meskipun kenyataannya soal-soal ini
merisaukan semua orang sosial-demokrat
di seluruh dunia.
Sebaliknya,
pengumuman lainnya pertama-tama menunjukkan berkurangnya minat pada teori dalam
tahun-tahun belakangan ini, dengan mendesak menuntut “perhatian yang waspada
terhadap segi teori dari gerakan revolusioner proletariat” dan menyerukan
“kritik yang tak kenal ampun terhadap kecenderungan-kecenderungan Bernsteinis
dan kecenderungan-kecenderungan anti-revolusioner lainnya” dalam gerakan kita.
Nomor-nomor Zarya yang telah terbit menunjukkan bagaimana program
ini telah dilaksanakan.
Jadi, kita lihat
bahwa kata-kata muluk yang menentang pembatuan pikiran, dsb, itu menyembunyikan
sikap acuh tak acuh terhadap dan ketidakberdayaan dalam pengembangan pikiran
teori. Kasus kaum sosial-demokrat Rusia dengan menyolok sekali menggambarkan
gejala umum di seluruh Eropa (yang sudah lama dicatat juga oleh kaum Marxis
Jerman) bahwa kebebasan mengkritik yang termasyur itu bukanlah berarti
penggantian satu teori dengan teori lainnya, melainkan bebas dari segala teori
yang integral dan dipikirkan baik-baik; ia berarti eklektisisme dan ketiadaan
prinsip. Mereka yang sedikit saja mengenal keadaan sebenarnya gerakan kita, tidk
bisa melihat bahwa tersebarnya secara luas Marxisme dibarengi dengan penurunan
tertentu taraf teori. Tidak sedikit orang dengan pendidikan teori yang sangat
sedikit dan bahkan sama sekali tidak mempunyai pendidikan teori masuk gerakan
karena arti praktisnya dan sukses-sukses praktisnya. Kita dapt menilai dari
sini betapa tidak bijaksananya Raboceye Dyelo ketika, dengan
lagak seperti pemenang, mengutip kata-kata Marx: “Setiap langkah gerakan yang
nyata lebih penting daripada selusin program”42.
Mengulangi kata-kata ini dalam masa kekacauan teori adalah sama dengan
meneriakkan “Selamat hari lahir !” kepada iring-iringan pemakaman. Dan lagi
kata-kata Marx ini diambil dari suratnya tentang Program Gotha, dimana Marx dengan
tajam mencela eklektisisme dalam perumusan prinsip-prinsip: jika harus
bersatu, tulis Marx kepada pemimpin-pemimpin partai, maka adakanlah
persetujuan-persetujuan guna memenuhi tujuan-tujuan praktis gerakan, tetapi
jangan memperkenankan adanya tawar-menawar mengenai prinsip, jangan memberikan
“konsesi” dalam soal-soal teori. Inilah pikiran Marx, tetapi di kalangan kita
terdapat orang-orang yang berusah keras—atas nama Marx—meremahkan arti penting
teori !
Tanpa teori
revolusioner tak mungkin ada gerakan revolusioner. Tidak cukup hanya bertahan
pada pikiran ini pada waktu pengkotbahan oportunisme yang sedang menjadi mode
itu berpadu dengan kegila-gilaan pada bentuk-bentuk aktivitas praktis yang
sesempit-sempitnya. Tetapi bagi kaum sosial-demokrat Rusia arti penting teori
itu bertambah besar karena tiga keadaan lagi yang sering dilupakan, yaitu:
pertama, karena kenyataan bahwa Partai kita baru saja berdiri, wajahnya baru
saja terbentuk dan ia masih jauh daripada meyelesaikan perhitungan dengan
aliran-aliran pikiran revolusioner lain yang mengancam akan membelokkan gerakan
dari jalan yang benar. Sebaliknya, justru masa belakangan ini saja ditandai
dengan kehidupan kembali aliran-aliran revolusioner non sosial-demokratis
(sebagaimana sudah lama Akselrod memperingatkan memperingatkan kaum ekonomis). Di
bawah syarat-syarat demikian ini, apa yang sepintas kilas tampaknya suatu
kesalahan yang “tak penting” bisa membawa akibat yang sangat menyedihkan, dan
hanya orang-orang yang cupet bisa memandang perdebatan-perdebatan faksi dan
pembedaan secara keras di antara berbagai corak warna sebagai tidak pada
waktunya atau berlebih-lebihan. Hari depan sosial-demokrasi Rusia untuk masa
bertahun-tahunyang akan datang mungkin bergantung pada pengokohan satu atau
lain “corak warna” itu.
Kedua, gerakan
sosial-demokratis menurut intisarinya adalah gerakan internasional. Ini berarti
bukan hanya bahwa kita harus memberantas chauvinisme nasional. Ini berarti juga
bahwa gerakan yang sedang mulai di sebuah negeri yang masih muda dapat berhasil
baik hanya jika ia menerapkan pengalaman negeri-negeri lain. Tetapi untuk
menerapkan pengalaman ini tidaklah cukup hanya mengetahuinya atau semata-mata
menyalin resolusi-resolusi yang terakhir. Untuk ini dibutuhkan kecakapan
memperlakukan pengalaman ini secara kritis dan mengujinya secara bebas. Setiap
orang yang menyadari betapa besar pertumbuhan dan bercabang-cabangnya gerakan
buruh modern akan mengerti betapa banyak dibutuhkan cadangan kekuatan teori dan
pengalaman politik (dan juga pengalaman revolusioner) untuk melaksanakan tugas
ini.
Ketiga, tugas-tugas
nasional sosial-demokrasi Rusia adalah sedemikian rupa, yang belum pernah
dihadapi oleh partai sosialis lain mana pun juga di dunia ini. Nanti kami akan
membicarakan kewajiban-kewajiban politik dan organisasi yang dipikulkan pada kita
oleh tugas membebaskan seluruh rakyat dari penindasan otokrasi. Sekarang ini
kami hanya ingin menunjukkan bahwa peranan pejuang pelopor dapat
dilakukan hanya oleh partai yang dibimbing oleh teori yang paling maju.
Sedang guna memperoleh sedikit pengertian yang konkrit tentang apa arti kalimat ini, hendaklah pembaca
mengingat pendahulu-pendahulu sosial-demokrasi Rusia seperti Herzen, Belinski,
Cernisyevski dan kelompok orang-orang revolusioner cemerlang pada tahun 70-an;
hendaklah pembaca renungkan arti internasional yang diperoleh literatur Rusia
sekarang, hendaklah pembaca…..tetapi cukuplah sekian !
Baiklah kita kutip
apa kata Engels dalam tahun 1874 mengenai arti penting teori dalam gerakan
sosial-demokratis. Engels mengakui bukan dua bentuk perjuangan
besar sosial-demokrasi (politik dan ekonomi), sebagaimana lazim di kalangan
kita, melainkan tiga, dengan menempatkan perjuangan teori setaraf dengan
dua perjuangan yang pertama itu. Anjuran-anjurannya kepada gerakan
buruh Jerman yang telah menjadi kuat dalam praktek dan politik, begitu
mengandung pelajaran dilihat dari sudut masalah-masalah dan
perdebatan-perdebatan dewasa ini, sehingga kami berharap pembaca tak akan
menyesali kami karena panjangnya bagian yang kami kutip dari kata
pendahuluannya pada brosur Der deutsche Bauernkrieg*, yang
sudah lama menjadi barang unik besar bibliografi.
“Kaum buruh Jerman
mempunyai dua keunggulan penting dibanding kaum buruh Eropa lainnya. Pertama,
mereka termasuk rakyat Eropa yang paling teoritis dan mereka masih mempunyai
rasa teori yang sudah hampir lenyap sama sekali pada apa yang dinamakan
klas-klas “terpelajar” di Jerman. Tanpa filsafat Jerman yang mendahuluinya,
terutama filsafat Hegel, maka sosialisme ilmiah Jerman—satu-satunya sosialisme
ilmiah yang pernah ada—tak akan lahir. Tanpa rasa teori ini di kalangan kaum
buruh, sosialisme ilmiah ini tak akan merasuk ke dalam darah daging mereka
sebagaimana halnya kita lihat sekarang. Betapa tak berhingganya keunggulan ini
dapat dilihat, di satu pihak, dari sikap acuh tak acuh terhadap segala teori,
yang menjadi salah satu sebab pokok mengapa gerakan buruh Inggris maju begitu
perlahan-lahan meskipun bagus sekali organisasi dari satu-satu serikat buruh;
dan di pihak lain, dari kekalutan dan kegoyangan yangtelah ditimbulkan oleh
Proudhonisme, dalam bentuk aslinya, di kalangan orang-orang Perancis dan Belgia
dan, dalam bentuk yang dikarikaturkan lebih jauh oleh Bakunin, di kalangan
orang-orang Spanyol dan Italia.
Keunggulan kedua
ialah bahwa orang-orang Jerman hampir yang paling belakangan ikut serta dalam
gerakan buruh. Sebagaimana sosialisme teori Jerman tak akan melupakan bahwa ia
bersandar pada Saint-Simon, Fourier dan Owen—tiga ahli pikir yang, kendatipun
segala kefantastisan dan segala utopisme ajaran-ajaran mereka, termasuk ahli
pikir terbesar dari segala zaman dan yang secara zenial meramalkan
kebenaran-kebenaran yang tak terhitung banyaknya, yang ketepatannya sekarang
sedang kita buktikan secara ilmiah—maka demikian juga gerakan praktis kaum
buruh Jerman sekali-kali jangan
melupakan bahwa ia telah berkembang di atas dasar gerakan Inggris dan
Perancis, bahwa ia dapat begitu saja menggunakan pengalaman mereka yang dibeli
dengan mahal dan sekarang dapat menghindari kesalahan-kesalahan mereka yang
pada masa itu dalam banyak hal tak dapat dihindari. Tanpa teladan
serikat-serikat buruh Inggris dan perjuangan-perjuangan politik kaum buruh
Perancis, tanpa dorongan maha besar yang terutama diberikan oleh Komune Paris,
dimana kiranya kita berada sekarang ?
Perlu diberikan pengakuan
kepada kaum buruh Jerman bahwa mereka telah menggunakan keuntungan-keuntungan
dari posisi mereka dengan kecakapan yang jarang terdapt. Untuk pertama kalinya
sejak adanya gerakan buruh, perjuangan dilakukan secara berencana dari ketiga
seginya yang dikoordinasi dan dihubungkan satu sama lain: dari segi teori,
politik dan ekonomi-praktis (perlawanan terhadap kaum kapitalis). Justru dalam
serangan yang, boleh dikatakan, dipusatkan ini terletak kekuatan dan tak
terkalahkannya gerakan Jerman.
Karena posisi yang
menguntungkan ini, di satu pihak, dan karena kekhususan-kehususan kepulauan
dari gerakan Inggris dan penindasan gerakan Perancis dengan kekerasan, di pihak
lain, maka kaum buruh Jerman pada saat ini telah ditempatkan di barisan depan
perjuangan proletar. Berapa lama peristiwa-peristiwa akan mengizinkan mereka
menempati kedudukan terhormat ini tidak dapat diramalkan. Tapi baiklah kita
berharap bahwa selama menempati kedudukan tersebut mereka akan memenuhi
kewajiban-kewajiban yang dipikulan kepada mereka oleh kedudukan itu dengan
sepatutnya. Untuk itu dituntut usahayang dilipatduakan dalam segala bidang
perjuangan dan agitasi. Terutama adalah kewajiban para pemimpin untuk
memperoleh pengertian yang senantiasa semkin jelas tentang semua soal teori, untuk
kian lama kian membebaskan diri dari pengaruh kata-kata tradisional warisan
pandangan dunia lama, dan selalu mengingat bahwa sosialisme, sejak ia menjadi
ilmu, menuntut supaya ia diperlakukan sebagai ilmu, yaitu supaya ia dipelajari.
Perlu menyebarluaskan dengan ketekunan yang terus meningkat di kalangan massa
buruh pengertian yang jernih yang diperoleh demikain itu dan memadukan dengan
semakinkokoh organisasi partai maupun organisasi serikat buruh…..
…Jika kaum buruh
Jerman maju secara demikian, mereka justru tidak berjalan berbaris di depan
gerakan—sama sekali bukan untuk kepentingan gerakan ini bahwa kaum buruh
sesuatu negeri berbaris maju di depannya—namun demikian akan menduduki tempat
terhormat dalam deretan pejuang; dan mereka alkan siap dengan bersenjata
lengkap apabila ujian-ujian berat yang tak diduga-duga ataupun
peristiwa-peristiwa besar menuntut dari mereka keberanian yang lebih besar,
tekad dan enerji yang lebih besar”43.
Kata-kata Engels
itu ternyata bersifat ramalan. Beberapa tahun kemudian buruh Jerman mengalami
percobaan-percobaan berat yang tak diduga-duga dalam bentuk Undang-Undang Anti
Sosialis. Dan kaum buruh Jerman benar-benar menghadapinya dengan bersenjata
lengkap dan berhasil keluar dari ujian-ujian ini dengan kemenangan.
Proletariat Rusia
pasti akan menghadapi ujian-ujian yang tak terhingga lebih beratnya, ia pasti
akan berjuang melawan raksasa, dan dibandingkan raksasa ini Undang-Undang Anti
Sosialis di negeri konstitusional itu nampak sebagai orang kate saja. Sekarang sejarah
menghadapkan kita pada tugas terdekat yang merupakan tugas yang paling
revolusioner dari semua tugas terdekat yang dihadapi
proletariat negeri manapun juga. Pelaksanaan tugas ini, yaitu menghancurkan
benteng yang terkuat bukan hanya dari rekasi Eropa melainkan juga (sekarang
boleh dikatakan) dari reaksi Asia, akan menjadikan proletariat Rusia pelopor
proletariat revolusioner internasioanl. Dan kita berhak untuk mengharapkan
memperoleh gelar terhormat ini yagn telah didapat oleh pendahulu-pendahulu kita,
kaum revolusioner tahun-tahun 70-an, jika kita berhasil menjiwai gerakan kita
yang seribu kali lebih luas dan lebih mendalam dengan tekad tulus ikhlas dan
enerji yang sama.
*
* *
SPONTANITAS MASSA DAN KESADARAN KAUM SOSIAL
DEMOKRAT
Sudah kita katakan
bahwa gerakan kita, yang jauh lebih luas dan mendalam daripada gerakan pada
tahun-tahun 70-an, harus dijiwai oleh tekad tulus ikhlas dan energi yang sama
seperti yang menjiwai gerakan pada waktu itu. Memang, sampai kini kiranya tak
seorang pun meragukan bahwa kekuatan gerakan dewasa ini terletak pada
kebangkitan massa (terutama proletariat industri) dan bahwa kelemahannya
terletak pada ketidak cukupan kesadaran dan inisiatif di kalangan para pemimpin
revolusioner.
Akan
tetapi di waktu akhir-akhir ini telah didapat suatu penemuan yang sangat
mengagumkan, yang mengancam akan meruntuhkan semua pandangan yang berlaku
selama ini mengenai soal tersebut. Penemuan ini didapat oleh Raboceye
Dyelo,
yang dalam berpolemik dengan Iskra dan Zarya tidak
membatasan diri pada keberatan-keberatan mengenai bagian-bagian
tersendiri-sendiri, tetapi mencoba membawa “perbedaan-perbedaan pendapat umum”
ke akar yang lebih mendalam –ke ”penilaian yang berbeda mengenai arti relatif
unsur spontan dan unsur ‘berencana’ secara sadar”. Tesis tuduhan Raboceye
Dyelo berbunyi : “peremehan arti penting unsur obyektif atau unsur
spontan perkembangan”*.
Mengenai ini kami mengatakan : jika polemik dengan Iskra dan Zarya tidak
membawa hasil lain apapun kecuali mendorong Raboceye Dyelo sampai pada
ide tentang “perbedaan-perbedaan pendapat umum”, maka hasil ini saja akan
memberikan banyak kepuasan kepada kita, begitu penting tesis ini dan begitu
terang ia menyoroti seluruh inti sari perbedaan-perbedaan pendapat di bidang
teori dan politik dewasa ini yang ada di kalangan kaum sosial-demokrat Rusia.
Itulah
sebabnya masalah hubungan antara kesadaran dengan spontanitas mempunyai arti
penting umum yang maha besar, dan itulah sebabnya masalah ini harus dibicarakan
secara panjang lebar.
A. PERMULAAN KEBANGKITAN YANG SPONTAN
Dalam
bab di muka sudah kita tunjukkan betapa umumnya
kegairahan pemuda terpelajar Rusia pada teori Marxisme dalam pertengahan
tahun-tahun 90-an. Sekitar waktu itu juga pemogokan-pemogokan buruh yang
terjadi sesudah perang industri yang terkenal di Petersburg pada tahun 1896
bersifat merata juga. Menjalarnya pemogokan-pemogokan buruh ini ke seluruh
Rusia menunjukan dengan jelasnya betapa dalam kebangkitan kembali gerakan
rakyat, dan jika kita hendak berbicara tentang “unsur spontan” itu maka, sudah
barang tentu, gerakan inilah yang pertama-tama harus dianggap sebagai spontan.
Tetapi kan spontanitas yang satu berbeda dengan yang lain. Pemogokan-pemogokan
terjadi di Rusia baik dalam tahun-tahun 70-an maupun 60-an (dan bahkan dalam
paro pertama abad ke 19) yang dibarengi dengan penghancuran mesin-mesin “secara
spontan”, dan sebagainya. Dibandingkan
dengan “kerusuhan-kerusuhan” ini maka pemogokan-pemogokan pada tahun-tahun
90-an bahkan boleh disebut “sadar’, sedemikian besar langkah maju yang telah
dibuat oleh gerakan buruh pada waktu itu. Ini menunjukan kepada kita bahwa
“unsur spontan” pada hakekatnya tidak kurang dan tidak lebih merupakan
kesadaran dam bentuk embrio. Kerusuhan-kerusuhan
yang primitifpun sudah mngungkapkan kebangkitan kesadaran sampai batas
tertentu: kaum buruh kehilangan kepercayaan mereka yang sudah lama sekali pada
kelanggengan sistem yang menindas mereka, mereka mulai….saya tak akan
mengatakan mengerti, tetapi mulai merasakan perlunya perlawanan kolektif dan tegasnya
mencampakkan kepatuhan budak kepada sep-sep mereka. Tetapi ini bagaimanapun
juga lebih banyak merupakan manifestasi rasa putus asa dan balas dendam
daripada perjuangan. Pemogokan-pemogokan pada tahun-tahun 90-an itu
memperlihatkan kepada kita kilasan-kilasan kesadaran yang jauh lebih besar;
tuntutan-tuntutan tertentu diajukan, diperhitungkan sebelumnya saat yang
menguntungkan; kejadian-kejadian dan contoh-contoh yang terkenal
ditempat-tempat lain didiskusikan, dan sebagainya. Kalau kerusuhan-kerusuhan
semata-mata pemberontakan kaum tertindas, maka pemogokan-pemogokan yang
sistematis sudah merupakan sudah merupakan merupakan embrio perjuangan klas,
tetapi hanya embrio saja. Dilihat dari pemogokan-pemogokan ini hanyalah
perjuangan trade-unionis, tetapi belum merupakan perjuangan sosial-demokratis.
Pemogokan-pemogokan ini menandakan bangkitnya anatagonisme antara kaum buruh
dengan kaum majikan, tetapi pada kaum buruh tidak ada dan tidak mungkin ada
kesadaran mengenai pertentangan-pertentangan kepentingan yang tak terdamaikan
dengan seluruh sistem politik dan sosial modern, yaitu kesadaran mereka belum
merupakan kesadaran sosial-demokratis. Dalam arti ini, pemogokan-pemogokan pada
tahun-tahun 90-an, kendatipun kemajuannya yang besar jika dibandingkan dengan
“kerusuhan-kerusuhan” itu, tetap merupakan gerakan spontan belaka.
Sudah
kita katakan bahwa pada kaum buruh tidak mungkin ada
kesadaran
sosial demokratis. Kesadaran
sosial-demokratis itu hanya dapat dimasukkan dari luar. Sejarah semua negeri
menunjukkan bahwa klas buruh, dengan usahanya sendiri semata-mata, hanya dapat
mengembangkan kesadaran trade-unionis saja, yaitu keyakinan akan perlunya
menggabungkan diri dalam perserikatan-perserikatan, melancarkan perjuangan
melawan kaum majikan, dan berusaha keras memaksa pemerintah mengeluarkan
undang-undang yang diperlukan kaum buruh, dan sebagainya.* Tetapi ajaran sosialisme lahir dari
teori-teori filsafat, sejarah dan ekonomi yang diciptakan oleh wakil-wakil
terpelajar klas-klas bermilik, kaum intelektual. Menurut kedudukan sosial
mereka, pendiri-pendiri sosialisme ilmiah modern, Marx dan Engels sendiri
termasuk intelejensia borjuis. Persis begitu pula di Rusia ajaran-ajaran teori
sosial-demokrasi timbul terlepas sama sekali dari pertumbuhan spontan gerakan buruh,
ia timbul sebagai hasil yang wajar dan tak terelakan dari perkembangan pikiran
dikalangan intelejensia sosialis revolusioner. Pada waktu yang sedang kita
bicarakan ini, yaitu pada pertengahan tahun-tahun 90-an, ajaran ini tidak hanya
merupakan program yang dirumuskan secara sempurna dari grup Pembebasan Kerja,
tetapi juga telah menarik ke pihaknya matoritas pemuda revolusioner di Rusia.
Dengan
demikian terdapat baik kebangkitan spontan massa buruh, keinsafan untuk hidup
secara sadar dan berjuangan secara sadar, maupun pemuda revolusioner yang
bersenjatakan teori sosial-demokratis, yang berusaha keras untuk berhubungan
dengan kaum buruh. Dalam hubungan ini teristimewa penting menyebut kenyataan
yang sering dilupakan (dan relatif sedikit diketahui) bahwa kaum
sosial-demokrat yang pertama pada
periode itu dengan bersemangat melakukan agitasi ekonomi (dan
dengan sepenuhnya memperhatikan dalam hal ini petunjuk-petunjuk yang
betul-betul berguna yang termuat dalam brosur Tentang Agitasi yang
ketika itu masih berupa naskah), mereka bukan hanya tidak memandang agitasi
ekonomi sebagai satu-satunya tugas mereka, tetapi sebaliknya, sejak
dari awal mula mereka juga mengajukan tugas-tugas sejarah
yang paling luas dari sosial-demokrasi
Rusia pada umumnya, dan tugas dan menggulingkan otokrasi pada khususnya.
Misalnya, sudah pada akhir tahun 1895 grup sosial-demokrat Petersburg, yang
mendirikan Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh44, mempersiapkan nomor pertama surat
kabar yang dinamakan Raboceye Dyelo . Nomor
yang sudah siap sepenuhnya untuk cetak ini disita oleh
gendarme yang pada tanggal 8 malam menjelang tanggal 9 Desember 1895 mengerebek
rumah salah seorang anggota grup tersebut, yaitu Anatoli Alekseyewic*, maka itu Raboceye Dyelo yang
orisinil itu ditakdirkan tidak melihat dunia. Tajuk rencana surat kabar ini
(yang barang kali kira-kira tigapuluh tahun kemudian salah satu Ruskaya
Starina45 akan membongkarnya dari arsip
Jawatan Kepolisian) melukiskan tugas-tugas sejarah klas buruh Rusia dan
menempatkan pencapaian kemerdekaan politik dideretan paling depan tugas-tugas
ini. Selanjutnya terdapat artikel”apakah yang Dipikirkan Oleh Menteri-menteri
Kita?”**yang membahas pembubaran komite-komite
PBH oleh kepolisian, dan beberapa surat tidak hanya dari Petersburg tetapi juga
dari tempat-tempat lain di Rusia (misalnya, sepucuk surat tentang serangan
berdarah terhadap kaum buruh di Provinsi Yaroslav). Dengan demikian, jika kami
tidak salah, “usaha pertama”, kaum
sosial demokrat Rusia pada tahun-tahun 90-an ini, bukanlah surat kabar yang
bersifat lokal yang sempit, lebih-lebih bukan surat kabar yang bersifat
“ekonomi”, melainkan surat kabar yang bertujuan menyatukan perjuangan pemogokan
dengan gerakan revolusioner melawan otoktrasi, dan menarik semua orang yang
ditindas oleh obskurantisme46
reaksioner supaya mendukung soaial-demokrasi. Tak seorangpun yang sedikit saja
mengenal keadaan gerakan pada waktu itu bisa menyangsikan bahwa surat kabar
yang demikian itu pasti akan mendapat simpati penuh dikalangan kaum buruh di
ibukota dan intelegensia revolusioner dan oplahnya pasti akan besar sekali.
Kegagalan usaha itu hanyalah menunjukkan bahwa kaum sosial-demokrat pada masa
itu tidak sanggup memenuhi tuntutan-tuntutan mendesak pada saat itu karena
mereka kurang pengalaman revolusioner dan latihan praktis. Demikian juga harus
dikatakan mengenai S. Petersburgski Raboci Listok47 dan terutama mengenai Rabocaya
Gazeta dan mengenai Manifesto Partai
Buruh Sosial-Demokrat Rusia yang didirikan dalam musim semi tahun 1898. Sudah
barang tentu tidak terlintas dalam kepala kami untuk menyalahkan para aktivis
pada kala itu karena ketidaksiapan ini. Tetapi untuk menggunakan pengalaman
gerakan itu dan untuk menarik pelajaran praktis dari pengalaman itu, kita harus
memahami sedalam-dalamnya sebab-sebab dan arti penting kekurangan ini atau
kekurangan itu. Karena itu sangatlah penting menunjukkan bahwa sebagian
(mungkin bahkan mayoritas) dari kamu sosial-demokrat, yang melakukan kegiatan
pada tahun-tahun 1895-1898, sepenuhnya tepat menganggap mungkin bahkan
pada waktu itu, pada awal mula gerakan "spontan" itu, untuk tampil
dengan program yang sangat luas dan taktik militan*.
Ketidaksiapan
pada mayoritas kaum revolusioner, yang merupakan gejala yang sepenuhnya wajar,
tak dapat menimbulkan kekuatiran-kekuatiran khusus apapun. Karena tugas-tugas
sudah ditetapkan dengan tepat, karena ada enerzi untuk usaha-usaha yang
berulangulang guna melaksanakan tugas-tugas ini, maka kegagalan-kegagalan
sementara bukan bencana yang begitu besar. Pengalaman revolusioner dan
kecakapan berorganisasi adalah hal-hal yang dapat diperoleh asalkan ada hasrat
untuk memperolehnya, asalkan kekurangan-kekurangan itu disadari --yang dalam
usaha revolusioner merupakan lebih dari separo pengkoreksian
kekurangan-kekurangan itu!
Tetapi
bencana yang tidak begitu besar itu menjadi bencana yang nyata ketika kesadaran
ini mulai menjadi kabur (dan kesadaran ini sangat hidup di kalangan
aktivis-aktivis dari grup tersebut diatas), ketika muncul orang-orang -- dan
bahkan organ-organ sosial-demokrat -- yang bersedia memandang
kekurangan-kekurangan ini sebagai kebajikan, yang bahkan mencoba memberi dasar teori bagi pembungkukkan
dan pemujaan kepada spontanitas. Sudahlah tiba
waktunya untuk menyimpulkan aliran ini, yang inti sarinya secara sangat tidak
tepat dan terlalu sempit melukiskan sebagi konsepsi "ekonomisme".
------
B. PEMUJAAN KEPADA
SPONTANITAS. RABOCAYA MISL
Sebelum membicarakan manifestasi pemujaan ini dalam literatur, kami
ingin menyebutkan kenyataan khas yang berikut (yang sampai kepada kita sumber
tersebut diatas), yang sedikit menyoroti bagaimana dua aliran yang bakal
bentrokan dalam sosial demokrat Rusia timbul dan tumbuh di kalangan kawan-kawan
yang bekerja di Peterburg. Pada awal tahun
1897, sebelum pembuangan mereka, A.A Waneyev dan beberapa orang kawannya
mengunjungi sutu rapat khusus48,
dimana berkumpul anggota-anggota "tua" dan "muda" Liga
Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh. Pembicaraan berpusat terutama disekitar
organisasi dan khususnya sekitar "anggaran dasar untuk dana buruh",
yang dalam bentuknya yang difinitif dimuat dalam Listok Rabotnika49 No.9-10, hal 46. Perbedaan pendapat yang tajam segera tersingkap
antara anggota-anggota tua (kaum "Desembris", sebagaimana kaum
sosial-demokrat Petersburg secara bergurau menamakan mereka) dengan beberapa
anggota "muda" (yang kemudian dengan aktif ambil bagian dalam Rabocaya Mils), dan segera
berkobarlah diskusi yang hangat. Anggota-anggota "muda" mempertahankan prinsip-prinsip pokok anggaran
dasar dalam bentuk sebagaimana telah disiarkan. Anggota-anggota "tua"
mengatakan bahwa yang dibutuhkan pertama-tama sama sekali bukanlah ini,
melainkan pengkonsolidasian Liga Perjuangan menjadi sebuah organisasi kaum
revolusioner, dan berbagai dana buruh, lingkaran propaganda pemuda pelajar dan
lain-lain, harus tunduk kepada organisasi itu. Tak usah dikatakan lagi kiranya
bahwa orang-orang yang berdebat itu jauh darai membayangkan bahwa perbedaan
pendapat ini adalah permulaan dari perpisahan; sebaliknya mereka menganggapnya
sebagai bersifat berdiri sendiri dan kebetulan. Tetapi kenyataan ini menunjukan
bahwa di Rusia "ekonomisme" juga timbul dan meluas bukan sama sekali
tanpa perjuangan menentang kaum sosial-demokrat "tua" (ini sering
dilupakan oleh kaum ekonomis yang sekarang). Dan jika, pada pokoknya,
perjuangan ini tidak meninggalkan bekas-bekas "dokumenter",
ini semata-mata karena susunan keanggotaan lingkaran-lingkaran
yang bekerja waktu itu mengalami perubahan yang begitu sering sehingga tak ada
kontinuitas dan karena itu perbedaan-perbedaan pendapat itu tidak tercatat
dalam dokumen apapun.
Terbitnya Rabocaya Misl menyingkap ekonomisme, tetapi juga tidak sekaligus. Kita harus
membayangkan sendiri secara konkrit syarat-syarat bekerja dan sifat pendek umur
mayoritas lingkaran-lingkaran Rusia (dan hanya mereka yang telah mengalaminya
dapat membayangkan secara konkrit), agar dapat mengerti betapa banyak hal yang
bersifat kebetulan terdapat dalam sukses-sukses dan kegagalan-kegagalan aliran
baru itu di berbagai kota, dan betapa lama baik pendukung-pendukung maupun
lawan-lawan aliran "baru" ini tidak dapat mengambil keputusan
--memang mereka tidak mempunyai kesempatan sama sekali untuk memutuskan--
mengenai apakah ini benar-benar suatu aliran yang khas atau hanya suatu pengungkapan
ketidaksiapan perorangan-perorangan tertentu. Misalnya, nomor-nomor pertama
stensilan dari Rabocaya Misl bahkan sama sekali tidak diketahui mayoritas besar kaum
sosial-demokrat, dan jika sekarang kita dapat mengutuf tajuk rencana nomor
pertamanya, ini hanyalah karena tajuk rencana itu dimuat kembali dalam artikel
W.I.50 (Listok
Rabotnika No. 9-10, hlm.47 dan berikutnya) yang
sudah tentu tidak lupa menyanjung-nyanjung dengan bersemangat --bersemangat tanpa akal-- surat
kabar baru itu yang begitu berbeda dari surat-surat kabar dan rencana
surat-surat kabar yang kami sebutkan diatas*.
Dan tajuk rencana ini patut dibicarakan karena ia begitu menonjol mengungkapkan
seluruh jiwa Rabocaya Misl dan ekonomisme pada umumnya.
Sesudah menyatakan bahwa tangan "simanset biru"51 tak akan dapat menahan perkembangan
gerakan buruh, tajuk rencana itu seterusnya mengatakan: "……. Daya hidup
gerakan buruh sedemikian karena kaum buruh itu sendiri akhirnya memegang nasib
mereka dalam tangan mereka sendiri dengan merebutnya dari tangan para
pemimpin", dan tesis dasar ini dikembangkan lebih lanjut secara
terperinci. Sebetulnya pemimpin-pemimpin (yaitu sosial demokrat,
organisator-organisator Liga Perjuangan) itu, boleh dikatakan direnggut oleh
polisi dari tangan kaum buruh**; tetapi digambarkan seolah-seolah kaum
buruh melakukan perjuangan melawan para pemimpin dan membebaskan diri dari
penindasan mereka. Bukannya menyerukan maju ke arah konsolidasi organisasi
revolusioner dan kearah perluasan aktivitas politik, malah mengeluarkan seruan mundur
ke perjuangan trade-unionis semata-mata. Dinyatakan bahwa
"dasar ekonomi dari gerakan dibarengkan oleh usaha untuk selama-lamanya
tidak melupakan cita-cita politik", dan bahwa semboyan gerakan buruh ialah
"berjuang untuk perbaikan keadaan ekonomi" (!) atau lebih baik lagi,
"Buruh untuk Buruh". Dinyatakan bahwa dana pemogokan "lebih
berharga bagi gerakan daripada seratus organisasi lain" (bandingkan
pernyataan ini yang dikeluarkan dalam bulan Oktober 1897 dengan perdebatan
anatar kaum "Desembris" dengan anggota-anggota muda pada awal tahun
1897), dan sebagainya. Semboyan-semboyan seperti: kita harus memusatkan
perhatian bukan pada "sari" kaum buruh melainkan pada buruh
"rata-rata", pada massa buruh; "politik selalu mengikuti ekonomi
dengan patuh"*dan
sebagainya dan sebagainya menjadi mode dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat
atas massa pemuda yang tertarik pada gerakan tetapi yang dalam kebanyakan hal
hanya tahu Marxisme sepotong-sepotong, Marxisme yang diuraikan secara legal.
Ini merupakan penindihan sepenuhnya kesadaran oleh spontanitas
--spontanitas kaum "sosial-demokrat" yang mengulang-ulangi
"ide-ide" Tuan W.W, spontanitas buruh-buruh yang terpesona oleh
argumen-argumen bahwa tambahan satu kopek untuk setiap rubel lebih berharga
daripada segala sosialisme dan segala politik dan bahwa mereka harus
melancarkan "perjuangan dengan mengetahui bahwa mereka berjuang bukan
untuk sesuatu generasi yang akan datang melainkan untuk diri mereka sendiri dan
anak-anak mereka" (tajuk rencana Rabocaya
Misl No.1).
Kata-kata seperti itu selalu menjadi senjata yang paling disukai kaum
borjuis Eropa Barat yang karena membenci sosialisme berusaha keras (seperti
"Sosial-Politiker" Jerman Hirsch) untuk memindahkan trade-unionis
Inggris ke tanah air mereka dan mengkhotbahkan kepada kaum buruh bahwa
perjuangan serikat buruh semata-mata**
adalah justru perjuangan untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, dan
bukan untuk sesuatu generasi yang akan datang dan sesuatu sosialisme yang akan
datang. Dan sekarang "W.W. dari sosial-demokrasi Rusia" telah mulai
mengulang-ulangi kata-kata burjuis. Disini penting menyebutkan tiga keadaan
yang akan berguna bagi kita dalam menganalisa lebih lanjut perbedaan-perbedaan
pendapat dewasa ini***.
Pertama-tama, penindihan kesadaran oleh spontanitas, yang telah kita
sebutkan diatas , juga terjadi secara spontan. Ini tampaknya seperti persilatan lidah tetapi, sayang ini adalah
kebenaran yang pahit. Ia terjadi bukan sebagai perjuangan secara terbuka antara
dua pendirian yang sama sekali berlawanan, dimana yang satu menang atas yang
lain, tetapi ia terjadi karena semakin banyak jumlah "orang tua" -orang revolusioner yang
"direnggut" oleh gendarme dan karena semakin banyak jumlah orang
"muda" "W.W. dari
sosial-demokrasi Rusia" muncul diatas panggung. Setiap orang yang --tak
akan saya katakan telah mengambil bagian dalam gerakan Rusia dewasa ini,tetapi
sekurang-kurangnya telah menghirup
udaranya --tahu betul bahwa memang demikianlah halnya. Dan jika kami sekalipun
demikian teristimewa mendesak supaya pembaca menjadi jelas sepenuhnya mengenai
kenyataanyang sudah umum diketahui ini, dan jika kami demi kejelasan,
begitulah, mengutip bahan-bahan mengenai Raboceye
Dyelo terbitan pertama dan mengenai perdebatan
antara kaum "tua" dengan kaum "muda" pada awal tahun 1897--
ini adalah karena orang-orang berspekulasi dengan ketidaktahuan rakyat umum
(atau para pemuda yang masih remaja sekali) mengenai kenyataan ini dan
membangga-banggakan "demokratisme" mereka. Kami akan kembali lagi
kepada hal ini nanti.
Kedua, dalam manifestasi yang pertama di bidang sastra dari
ekonomisme, kita sudah dapat melihat gejala yang sangat istimewa dan yang
sangat khas untuk memahami semua perbedaan pendapat dikalangan kaum
sosial-demokrat dewasa ini, bahwa pengikut-pengikut "gerakan buruh
semata-mata", para pemuja hubungan yang paling erat dan paling
"organik" ( istilah yang dipakai Raboceye
Dyelo) dengan perjuangan proletar, lawan-lawan
dari segala intelegensia non buruh (walaupun itu intelegensia sosialis)
terpaksa, guna mempertahankan pendirian mereka, menggunakan argumen-argumen
"kaum trade-unionis semata-mata" yang borjuis. Ini menunjukkan bahwa sejak
awal mula Rabocaya Misl mulai --secara sadar-- melaksanakan program Credo. Ini menunjukkan (sesuatu yang
sama sekali tak dapat dimengerti oleh Raboceye
Dyelo) bahwa segala
pemujaan kepada spontanitas gerakan buruh,
segala peremehan peranan "unsur sadar", peranan sosial-demokrasi, terlepas sama sekali apakah orang-orang
yang meremehkan itu suka atau tidak, berarti memperkuat pengaruh ideologi
burjuis di kalangan kaum buruh. Semua yang berbicara tentang
"penilaian terlalu tinggi arti penting ideologi"*, tentang membesar-besarkan peranan
unsur sadar**, dan sebagainya
membayangkan bahwa gerakan buruh murni dengan sendirinya dapat dan akan
menghasilkan ideologi yang bebas bagi dirinya sendiri, asal saja kaum buruh
"merebut nasib mereka dari tangan para pemimpin". Tetapi ini adalah
kesalahan besar. Untuk melengkapi apa yang telah disebutkan diatas, kita akan
mengutip lagi kata-kata yang tepat dan penting sekali yang diucapkan K. Kautsky
tentang rancangan program baru Partai Sosial-Demokrat Austria***:
"banyak kritikus revisionis kita
berpendapat bahwa Marx menyatakan bahwa perkembangan ekonomi dan perjuangan
klas tidak hanya menciptakan syarat-syarat untuk produksi sosialis, tetapi
juga, dan secara langsung, melahirkan kesadaran (kursif
dari K.K) tentang keharusan produksi sosialis. Dan para kritikus ini menegaskan
bahwa Inggris , negeri yang paling berkembang secara kapitalis, lebih jauh
daripada negeri lain manapun dari kesadaran ini. Berdasarkan rancangan itu,
orang bisa mengira bahwa pandangan yang katanya Marxisme-ortodoks ini, yang
dengan cara yang ditunjukkan diatas sudah terbantah , disetujui juga oleh
komisi yang menyusun program Austria itu. Dalam rancangan program itu
tercantum: 'semakin berkembang kapitalisme semakin bertambah besar jumlah
proletariat, proletariat akan semakin dipaksa dan memperoleh kemampuan untuk
melancarkan perjuangan melawan kapitalisme, Proletariat menjadi sadar akan
kemungkinan dan keharusan sosialisme. Dalam hubungan ini kesadaran sosialis
tampak sebagai hasil yang semestinya dan langsung dari perjuangan klas
proletariat. Tetapi sama sekali tidak benar. Tentu saja sosialisme, sebagai
ajaran, bersumber pada hubungan-hubungan ekonomi modern sebagaimana perjuangan klas proletariat dan sebagaimana
yang tersebut belakangan, timbul dari perjuangan menentang kemiskinan dan
kesengsaraan massa yang diciptakan oleh kapitalisme, tetapi sosialisme dan perjuangan
kelas timbul berdampingan satu dengan yang lainnya dan bukannya yang satu
timbul dari yang lain: masing-masing dibawah syarat-syarat yang berbeda.
Kesadaran sosialis modern dapat timbul hanya atas dasar pengetahuan ilmiah yang
mendalam. Memang, ilmu ekonomi modern merupakan suatu syarat bagi produksi
sosialis sama halnya seperti, misalnya, teknologi modern, dan proletarian tak
dapat menciptakan yang satu atau yang lainnya, bagaimanapun juga ia
menginginkannya: kedua-duanya timbul dari proses sosial modern. Pembawa ilmu
bukanlah proletariat, melainkan intelegensia borjuis (kursif dari
K.K): dalam otak anggota-anggota perorangan dari lapisan inilah lahir
sosialisme modern, dan merekalah yang menyampaikannya kepada orang-orang
proletas yang menonjol perkembangan inteleknya, yang selanjutnya memasukkannnya
kedalam perjuangan klas proletariat dimana syarat-syarat mengijinkannya. Jadi,
kesadaran sosialis adalah sesuatu yang dimasukkan ke dalam perjuangan klas
proletariat dari luar (von Aussen Hineingentragenes) dan bukan sesuatu yang
timbul dari dalamnya secara spontan (Urwuchsig). Karena itu program Hainfeld
yang lama tepat sepenuhnya menyatakan bahwa tugas sosial-demokrasi ialah
meresapkan proletariat (secara hurufiah: menjenuhkan proletariat) dengan kesadaran akan
kedudukannya dan kesadaran akan tugasnya. Ini tak akan perlu jika kesadaran itu
timbul dengan sendirinya dari perjuangan klas. Rancangan yang baru itu
menjiplak dalil dalil ini dari propram yang lama, dan membubuhkannya pada dalil
tersebut diatas. Tetapi ini sama sekali memutuskan jalannya pikiran…."
Karena tak mungkin ada ideologi bebas yang dikembangkan oleh massa
buruh sendiri dalam proses gerakan mereka*,
maka persoalannya hanyalah demikian : ideologi borjuis atau sosialis. Disini tak ada jalan tengah
(karena umat manusia belum menciptakan ideologi "ketiga" manapun, dan
lagi pada umumnya dalam masyarakat yang dikoyak-koyak oleh
kontradiksi-kontradiksi klas sekali-kali tak akan ada ideologi non-klas atau
diatas klas). Karena itu, setiap peremehan ideologi sosialis dan setiap
penjauhan diri dari padanya berarti
memperkuat ideologi borjuis.Orang berbicara tentang spontanitas, tetapi
perkembangan spontan gerakan buruh menuju justru ke arah ketundukannya kepada ideologi
borjuis, berjalan justru menurut program Credo, karena gerakan buruh yang spontan adalah trade-unionis, adalah
Nur-Gewerkschaftlerei, sedang trade-uninis berarti pembudakan kaum buruh secara
ideologi oleh borjuis. Karena itu tugas kita, tugas sosial-demokrasi, ialah memerangi spontanitas, membelokkan
gerakan buruh dari aspirasi trade-unionisme yang spontan untuk berlindung
dibawah sayap borjuis ini, dan menariknya ke bawah sayap sosial-demokrasi
revolusioner. Karena itu kata-kata para penulis surat "ekonomi" dalam
Iskra No. 12, yang menyatakan bahwa usaha-usaha yang bagaimanapun dari ideologis
yang paling bersemangat tidak akan bisa membelokkan gerakan buruh dari jalan
yang ditentukkan oleh saling pengaruh antara unsur-unsur materiil dengan
lingkungan materiil, sepenuhnya sama dengan meninggakan sosialisme, dan sekiranya penulis-penulis surat ini sanggup mempertimbangkan
apa yang mereka katakan itu dengan tiada takut, dengan konsekwen sepenuhnya,
seperti yang mestinya dilakukan oleh setiap orang yang memasuki arena aktivitas
kesusasteraan dan aktivitas sosial, maka bagi mereka tidak lain tinggal
"mendekapkan tangan yang menganggur di dada yang kosong " dan…. Dan
menyerahkan medan aktivitas kepada tuan-tuan sebangsa Tuan Struwe dan Tuan
Prokopowic yang menyeret gerakan buruh "menurut garis perlawanan
sekecil-kecilnya", yaitu menurut garis trade-unionisme borjuis, atau
kepada tuan-tuan sebangsa Tuan Zubatov yang menyeretnya menurut garis
"ideologi" kepadrian dan gendarme.
Iangatlah
contoh Jerman. Apa jasa bersejarah Lassalle kepada gerakan buruh Jerman?
Jasanya ialah bahwa dia membelokkan gerakan itu dari jalan trade-unionisme dan koperasi yang
dikhotbahkan orang-orang progresis, jalan yang telah ditempuhnya secara spontan
(dengan bantuan yang bersimpati dari
Schulze-Delitzsch dan orang-orang sebangsa dia). Untuk memenuhi tugas ini
diperlukan sesuatu yang sama sekali berlainan dengan omongan tentang peremehan
unsur spontan, tentang taktik-sebagai proses, tentang saling pengaruh antara unsur-unsur dengan lingkungan dan
sebagainya. Untuk itu diperlukan perjuangan mati-matian melawan
spontanitas, dan hanya sesudah perjuangan demikian itu, yang dilancarkan
selama bertahun-tahun, barulah dapat, misalnya, mengubah penduduk buruh Berlin
dari sebagi sandaran partai progresis menjadi satu benteng terbaik
sosial-demokrasi. Dan perjuangan ini sekarangpun sekali-kali belum selesai
(sebagimana mungkin nampak bagi mereka yang mempelajari sejarah gerakan Jerman
menurut Prokopowic, dan mempelajari filsafat gerakan Jerman menurut Struwe).
Sekarangpun klas buruh Jerman, boleh dikatakan, terpecah-belah dalam beberapa
ideologi: sebagian kaum buruh terorganisasi dalam serikat-serikat buruh Katolik
dan monarkis, sebagian lagi terorganisasi dalam serikat-serikat Buruh
Hirsch-Duncker53, yang didirikan oleh
pemuja-pemuja borjuis dari trade-unionisme Inggris, sedang sebagian lagi
terorganisasi dalam serikat-serikat buruh sosial-demokratis. Bagian yang
terakhir ini tak berhingga lebih banyak daripada semua lainnya, tetapi ideologi
sosial-demokratis dapat mencapai keunggulan ini, dan akan dapat
mempertahankannya, hanya melalui perjuangan gigih menentang semua ideologi
lainnya.
Tetapi
mengapa --pembaca akan bertanya-- gerakan yang spontan, gerakan menurut garis
perlawanan sekecil-kecilnya, menuju justru ke dominasi ideologi borjuis? Karena
alasan yang sederhana yaitu bahwa ideologi borjuis jauh lebih tua menurut
asal-usulnya daripada ideologi sosialis; karena ia dikembangkan secara lebih
menyeluruh dan karena ia mempunyai sarana penyebaran yang tak
berhingga lebih banyaknya*. Dan semakin muda gerakan sosialis itu disuatu
negeri, maka semakin keraslah ia harus berjuang menentang segala usaha
memperkuat ideologi non-sosialis, dan semakin keraslah kaum buruh harus
diperingatkan terhadap penasehat-penasehat jelek yang berteriak-teriak
menentang "penilaian terlampau tinggi unsur sedar", dan sebagainya.
Penulis-penulis ekonomi itu, seirama denga Raboceye Dyelo,
mengecam ketidaktoleran yang khas bagi masa kanak-kanak gerakan itu. Atas ini kita jawab: ya, gerakan kita memang
masih dalam masa kanak-kananya, dan agar bisa lebih cepat dewasa, ia harus
menjangkiti dengan ketidaktoleranan terhadap orang-orang yang menghambat
pertumbuhannnya dengan pemujaan mereka kepada spontanitas. Tak ada yang lebih
menggelikan dan lebih merugikan daripada berlagak sebagi "orang tua"
yang sudah lama mengalami segala episode perjuangan yang menentukan.
Ketiga, Rabocaya
Misl
nomor pertama menunjukkan bahwa istilah "ekonomisme" ( yang, tentu
saja, tidak kita usulkan supaya dilepaskan sebab bagaimanapun juga sebutan ini
sudah berakar) tidak cukup mencerminkan hakekat aliran baru itu. Rabocaya
Misl
tidak menolak sama sekali perjuangan politik: dalam anggaran dasar untuk dana
buruh yang dimuat dalam Rabocaya Misl No.1, ada
disebut-sebut tentang perjuangan melawan pemerintah. Hanya saja Rabocaya
Misl
berpendapat bahwa "politik selalu mengikuti ekonomi dengan patuh"
(dan Raboceye
Dyelo
membuat variasi dari tesis ini ketika, dalam programnya, ia mengatakan bahwa
"di Rusia lebih dari negeri lain manapun, perjuangan ekonomi tidak
dapat dipisahkan dari perjuangan politik). Jika
dengan politik itu dimaksudkan politik sosial-demokratis, maka
dalil-dalil yang diajukan Rabocaya Misl dan Raboceye
Dyelo
itu salah sama sekali. Perjuangan
ekonomi kaum buruh sering sekali berkaitan (meskipun bukan tak terpisahkan)
dengan politik borjuis, politik kepaderian, dan lain-lain, sebagaimana sudah
kita lihat. Dalil-dalil Raboceye Dyelo itu
benar jika dengan politik itu dimaksudkan politik trade-unionis, yaitu hasrat
umum semua buruh guna memperoleh dari pemerintah tindakan-tindakan tertentu
untuk meringankan kesengsaraan yang menjadi ciri keadaan mereka, tetapi yang
tidak melenyapkan keadaan itu, yaitu tindakan-tindakan yang tidak menghapuskan
penundukkan kerja kepada kapital. Hasrat ini memang umum bagi trade-unionis
Inggris yang bersikap memusuhi sosialisme, bagi kaum buruh Katolik, bagi kaum
buruh "Zubatov" , dan sebagainya. Ada bermacam-macam politik. Jadi,
kita lihat bahwa Rabocaya Misl lebih
memuja spontanitasnya, memuja ketiadaannya akan kesadaran daripada pengingkari
perjuangan politik. Walaupun mengakui sepenuhnya perjuangan politik (lebih
tepat dikatakan keinginan-keinginan dan tuntutan-tuntutan politik kaum buruh),
yang tumbuh secara spontan dari gerakan buruh itu sendiri, Rabocaya
Misl sama sekali menolak menyusun secara
bebas politik sosial-demokratis yang khas yang sesuai dengan tugas-tugas umum
sosialisme dan dengan syarat-syarat dewasa ini di Rusia. Selanjutnya kita akan
menunjukkan Raboceye Dyelo juga membuat
kesalahan yang sama.
C. GRUP PEMBEBASAN DIRI DAN RABOCEYE DYELO54
Kita
dengan begitu panjang lebar telah membicarakan tajuk rencana Rabocaya Misl
nomor pertama yang tidak banyak diketahui dan sekarang hampir dilupakan orang,
karena tajuk rencana ini paling awal dan paling menyolok menyatakan aliran
pikiran yang umum yang kemudian muncul sebagi aliran-aliran kecil yang tak
terhitung banyaknya. W.I sepenuhnya benar ketika, dalam memuji nomor pertama
dan tajuk rencana Rabocaya Misl, dia mengatakan bahwa tajuk rencana tersebut
ditulis secara "tajam dan dengan bergelora"(Listok Rabotnika
No. 9-10 hal.49). Setiap orang yang percaya pada pendapatnya, yang berpendapat
bahwa dia memberikan sesuatu yang baru, menulis "dengan gelora" dan
dengan cara yang begitu rupa sehingga pandangan-pandangannya itu tampak
menonjol. Hanyalah orang-orang yang biasa berdiri diatas dua perahu yang tidak
mempunyai "gelora" sedikitpun, hanya orang-orang yang demikianlah
yang bisa kemarin memuji-muji gelora Rabocaya Misl, hari ini menyerang
"gelora polemik" lawan-lawan Rabocaya Misl.
Kita
tidak akan membicayakan Lampiran Khusus Rabocaya Misl (nanti kita akan
berkesempatan, mengenai berbagai hal, menyinggung tulisan ini, yang menyatakan
ide-iede kaum ekonomis dengan konsekwen) tetapi hanya dengan singkat akan
membicarakan Seruan Grup Pembebasan Diri Buruh ( Maret 1899, dimuat lagi
dalam Nakanunye55
London, No.7 Juli 1899). Penulis-penulis seruan ini tepat sekali mengatakan
bahwa "kaum buruh Rusia baru saja bangun, baru saja melihat sekelilingnya,
dan secara naluri mencekau alat perjuangan yang pertama dijumpai".
Tetapi di sini penulis-penulis itu menarik kesimpulan salah yang sama seperti
yang di tarik Rabocaya Misl dengan melupakan bahwa kenalurian adalah
kesadaran (spontanitas) yang harus dibantu oleh kaum sosialis, bahwa alat
perjuangan "yang pertama
dijumpai", dalam masyarakat modern, akan selalu berupa alat perjuangan
trade-unionis, dan ideologi "yang pertama dijumpai" akan berupa
ideologi (trade-unionis) borjuis. Begitu juga, penulis-penulis ini tidak
menolak politik, mereka hanya (hanya!) mengatakan, dengan mengulangi kata-kata
yang diucapkan Tuan W.W, bahwa politik adalah bangunan atas, dan oleh
karenanya, "agitasi politik harus menjadi bangunan-atas dari agitasi untuk
kepentingan perjuangan ekonomi; ia harus tumbuh di atas dasar perjuangan
ekonomi ini dan berjalan dibelakangnya".
Adapun Raboceye
Dyelo, ia memulai aktivitasnya langsung dengan "membela" kaum
ekonomis. Ia betul-betul berbohong dalam nomor pertamanya itu juga ( No.
1, hal 141-142) ketiga ia menyatakan bahwa ia "tidak tahu kawan-kawan muda
mana yang dimaksud oleh Akselrod" dalam brosurnya yang terkenal,* dimana ia memperingatkan kaum ekonomis,
tetapi Raboceye Dyelo dalam polemik sengit dengan Akselrod dan Plekhanov
mengenai kebohongan itu, terpaksa mengakui bahwa ia "dengan menyatakan
kebingungan ingin membela semua sosial-demokrat yang lebih muda di luar
negeri dari tuduhan yang tidak adil" (Akselrod menuduh kaum ekonomis
berpandangan cupet). Sebetulnya tuduhan ini adil sepenuhnya, dan Raboceye
Dyelo tahu betul bahwa tuduhan ini antara lain menimpa juga W.I. seorang
anggota dewan redaksinya. Sepintas lalu baiklah saya sebutkan bahwa dalam
polemik tersebut Akselrod sepenuhnya benar dan Raboceye Dyelo sama
sekali salah dalam menafsirkan brosur saya Tugas-Tugas Kaum Sossial-Demokrat
Rusia*. Brosur itu ditulis dalam tahun
1897, sebelum Rabocaya Misl terbit, ketika saya berpendapat, dan berhak
berpendapat, bahwa haluan semula Liga Perjuangan Petersburg, yang saya
lukiskan diatas, adalah haluan yang berdominasi. Dan haluan itu adalah benar-benar haluan
yang berdominasi, setidak-tidaknya sampai pertengahan tahun 1898. Karena itu Raboceye
Dyelo tidak berhak sedikitpun dalam usahanya membantah adanya dan bahaya
ekonomisme, menunjuk kepada brosur yang menyatakan pandangan-pandangan yang didesak
oleh pandangan-pandangan "ekonomis" di Petersburg dalam tahun
1897-1898**
Tetapi
Raboceye Dyelo tidak hanya "membela" kaum ekonomis --ia sendiri
senantiasa tergelincir kedalam kesalahan-kesalahan mereka yang fundamental.
Sumber kekacauan ini terletak dalam pengertian yang bercabang mengenai tesis
dalam program Raboceye Dyelo berikut: "kita anggap gejala yang paling
penting dari kehidupan Rusia, gejala yang terutama akan menentukan tugas-tugas"
"dan watak aktivitas kesusasteraan Perserikatan, ialah gerakan massa
buruh (kursif dari Raboceye Dyelo) yang telah timbul dalam
tahun-tahun belakangan ini". Bahwasanya gerakan massa merupakan gejala
yang paling penting, ini tak dapat dipertengkarkan lagi. Tetapi seluruh
persoalannya ialah bagaimana memahami "penentuan tugas" oleh gerakan
massa ini. Ini bisa diinterpretasi dengan dua cara: atau dalam arti pemujaan kepada spontanitas
gerakan ini, artinya menurunkan peranan sosial-demokrasi menjadi pembudakan belaka kepada gerakan buruh
sebagaimana adanya (interpretasi Rabocaya Misl, Grup Pembebasan Diri dan
kaum ekonomis lainnya); atau dalam arti bahwa gerakan massa mengajukan
kepada kita tugas-tugas baru di bidang teori, politik dan organisasi, yang jauh
lebih rumit daripada tugas-tugas yang dapat memuaskan kita dalam periode
sebelum timbulnya gerakan massa. Raboceye Dyelo telah dan masih
cenderung justru ke interpretasi yang pertama, karena ia tidak mengatakan
apapun yang tegas tentang sesuatu tugas baru, melainkan terus-menerus
memperbincangkan seolah-olah "gerakan massa" ini justru membebaskan
kita dari keharusan menyadari dengan jelas dan menyelesaikan
tugas-tugas yang diajukannya kepada kita. Cukup ditunjukkan bahwa Raboceye
Dyelo mengangap tidak mungkin menentukan penggulingan otokrasi sebagai
tugas pertama gerakan massa buruh, dan bahwa ia memerosotkan tugas ini
(demi kepentingan gerakan massa) menjadi tugas perjuangan untuk
tuntutan-tuntutan politik yang terdekat (Jawaban, hal. 25) .
Akan
kami lewati artikel B. Kricevski, redaktur Raboceye Dyelo, yang berjudul
"Perjuangan Ekonomi dan Politik Dalam Gerakan Rusia", yang dimuat
dalam surat kabar itu No.7, yang mengulangi kesalahan-kesalahan* itu juga, dan langsung beralih Raboceye
Dyelo No.10. Tentu saja, kita tidak akan menguraikan secara terperinci
berbagai kebertan yang diajukan B. Kreicevski dan Martinov terhadap Zarya dan
Iskra.Yang menarik perhatian kita disini semata-mata pendirian
prinsipiil yang dibentangkan oleh Raboceye Dyelo No.10. Misalnya, kita
tidak akan mengupas keanehan --bahwa Raboceye Dyelo melihat suatu
'kontradiksi yang diametral" antara dalil:
"Sosial-demokrasi
tidak mengikat tangannya, tidak membatasi aktivitas-aktivitasnya pada sesuatu
rencana atau metode perjuangan politik yang telah dipertimbangkan sebelumnya;
ia mengakui semua alat perjuangan selama alat-alat perjuangan itu sesuai dengan
kekuatan yang ada pada partai", dan seterusnya (Iskra. No.1)56.
dengan
dalil :
"Tanpa
organisasi yang kuat, yang berpengalam dalam perjuangan politik dalam segala
keadaan dan dalam segala periode, maka tak mungkin berbicara tentang rencana
aktivitas yang sistematis yang diterangi dengan prinsip-prinsip yang teguh dan
yang dilaksanakan dengan gigih, yang merupakan satu-satunya yang patut dinamakan
taktik" (Iskra No.4)57.
Mencampuradukkan
pengakuan, dalam prinsip, atas segala alat perjuangan, atas segala
rencana dan metode, selama hal-hal ini bermanfaat --dengan tuntutan supaya pada
saat politik tertentu kita berpedoman pada rencana yang dilaksanakan
dengan teguh, jika kita hendak mempersoalkan taktik, ini berarti sama dengan
mencampuradukkan pengakuan ilmu kedokteran atas berbagai cara pengobatan dengan
tuntutan berpegang teguh pada satu cara pengobatan tertentu untuk penyakit
tertentu. Akan tetapi soalnya ialah
bahwa Raboceye Dyelo, walaupun ia sendiri mengidap penyakit yang telah
kita namakan memuja-muja spontanitas, tidak mau mengakui "cara
pengobatan" apapun untuk penyakit itu. Karena itu, ia telah membuat
penemuan yang istimewa bahwa "taktik- sebagai rencana berkontradiksi
dengan jiwa pokok Marxisme" (No. 10, hal.18), bahwa taktik adalah "proses
pertumbuhan tugas-tugas Partai yang tumbuh bersama dengan Partai"
(hal.11, kursif dari Raboceye Dyelo). Ucapan yang terakhir ini mempunyai
segala kemungkinan untuk menjadi peribahasa yang terkenal, suatu monumen yang
abadi bagi "aliran" Raboceye Dyelo. Atas pertanyaan : kemana?
Suatu organ pimpinan menjawab: gerakan adalah proses perubahan jarak antara
titik pangkal dan titik-titik berikutnya gerakan itu. Tetapi kedalaman yang
tiada tolok taranya ini bukan hanya suatu keanehan (jika demikian halnya, tak
akan ada gunanya dibicarakan secara khusus), melainkan juga merupakan program
seluruh aliran, yaitu program itu juga yang dinyatakan oleh R.M (dalam Lampiran
Khusus Rabocaya Misl) dengan kata-kata: perjuangan yang dikehendaki
ialah perjuangan yang mungkin dan perjuangan yang mungkin adalah perjuangan
yang berlaku pada saat tertentu. Inilah justru aliran opurtunisme yang
terbatas, yang seecara pasif menyesuaikan diri dengan spontanitas.
"Taktik-
sebagai rencana berkontradiksi dengan jiwa pokok Marxisme!" Sungguh, ini
adalah fitnahan terhadap Marxisme; ini berarti mengubahnya menjadi karikatur
Marxisme yang dihadapkan kepada kita oleh kaum Narodnik dalam perang mereka
melawan kita. Ini berarti meremehkan inisiatif dan enerzi aktivis-aktivis yang
sadar, padahal Marxisme, sebaliknya, memberikan dorongan raksasa kepada
inisiatif dan enerzi sosial-demokrat, membukakan baginya perspektif-perspektif
yang seluas-luasnya dan (jika orang boleh menyatakan begitu) menyediakan
untuknya kekuatan perkasa berjuta-juta orang dari klas buruh yang "secara
spontan" bangkit berjuang! Seluruh sejarah sosial-demokrasi internasional
penuh dengan rencana-rencana yang diajukan kadang-kadang oleh satu pimpinan
politik, kadang-kadang oleh pimpinan politik lainnya; ada yang membenarkan
pandangan jauh dan ketepatan pandangan politik dan organisasi dari pimpinan
politik yang satu dan ada yang memperlihatkan kecupetan serta satu titik balik
yang paling penting dalam sejarahnya --terbentuknya Kerajaan, pembukaan
Reichstag dan pemberian hak pilih umum -- Liebknecht mempunyai satu rencana
untuk politik dan pekerjaan sosial demokratis pada umumnya dan Schwetzer
mempunyai rencana lain. Ketika Undang-Undang Anti Sosialis menyerang kaum
Sosialis Jerman, Most dan Hasselmann mempunyai satu rencana, mereka siap
seketika itu juga menyerukan dilakukannya kekerasan dan teror; Hochberg,
Schraman dan (sebagian) Bernstein mempunyai rencana lain, mereka mulai
mengkhotbahkan kepada kaum sosial-demokrat bahwa mereka sendirilah dengan
kekasaran dan kerevolusioneran yang keterlaluan yang telah memprovokasi
pengundangan Undang-Undang itu, dan sekarang harus bertingkah laku yang patut
menjadi teladan untuk memperoleh maaf; rencana yang ketiga ialah yang diajukan
oleh mereka yang mempersiapkan dan melaksanakan penerbitan organ ilegal. Tentu
saja mudah, dalam menoleh kembali, bertahun-tahun sesudah perjuangan mengenai
masalah pemilihan jalan terakhir dan sesudah sejarah menjatuhkan putusannya
yang terakhir mengenai ketepatan jalan yaang telah terpilih, mengucapkan
pepatah yang mendalam tentang pertumbuhan tugas-tugas Partai yang tumbuh
bersama dengan partai. Tetapi pada saat kekalutan*, ketika "kritikus-kritikus"
dan kaum ekonomis Rusia memerosotkan sosial demokrat ke tingkat
trade-unionisme, dan ketika kaum teroris semakin kuat mengkhotbahkan
diterimanya "taktik-sebagai-rencana" yang mengulangi lagi
kesalahan-kesalahan lama, pada saat demikian itu, bila membatasi diri pada
kedalaman-kedalaman itu, berarti memberi kepada diri sendiri "surat
keterangan tentang kemiskinan". Pada saat banyak orang sosial-demokrat
Rusia di hinggapi justru kelangkaan inisitif dan enerzi, dihinggapi kelangkaan
"ruang lingkup propaganda politik, agitasi politik dan organisasi
politik"*, kelangkaan
"rencana" untuk mengorganisasi pekerjaan revolusioner secara lebih
luas, bila pada saat yang demikian mengatakan: "taktik-sebagai rencana
berkontradiksi dengan jiwa pokok Marxisme" berarti tidak hanya
memvulgarkan Marxisme di bidang teori, tetapi juga menyeret
Partai mundur dalam praktek.
Raboceye
Dyelo seterusnya menggurui kita :
"Tugas orang revolusioner sosial-demokrat hanyalah
mempercepat perkembangan objektif dengan pekerjaannya yang secara sadar, tetapi
bukan meniadakannya atau menggantinya dengan rencana-rencana subyektif. Iskra tahu
semua ini dalam teori. Tetapi arti penting mahabesar yang secara tepat
diberikan Marxisme kepada pekerjaan revolusioner yang sadar menyebabkan Iskra dalam
praktek, karena padangannya yang dokriner tentang taktik, meremehkan
arti penting unsur obyektif atau spontan perkembangan"
(hal.18).
Satu
contoh lagi tentang kekalutan teori yang luar biasa yang sudah sepatutnya bagi
Tuan W.W dan kelompoknya. Kita akan bertanya kepada ahli filsafat kita: dalam
hal apa dapat tercermin "peremehan" perkembangan obyektif dari pihak
penyusun rencana-rencana yang subyektif? Jelas, dalam hal bahwa ia mengabaikan
kenyataan bahwa perkembangan obyektif ini menciptakan atau memperkuat, menghancurkan
atau melemahkan klas-klas, lapisan-lapisan, golongan-golongan tertentu,
bangsa-bangsa, kelompok-kelompok bangsa tertentu, dsb, dengan begitu menjadi
syarat bagi pengelompokan kekuatan-kekuatan politik internasional tertentu,
bagi penentuan pendirian partai-partai revolusioner, dan sebagainya. Tetapi
jika demikian, maka kesalahan penyusun rencana-rencana itu bukanlah dalam hal
meremehkan unsur spontan melainkan sebaliknya, dalam hal meremehkan unsur sadar, karena
dia tidak mempunyai cukup "kesadaran" untuk memahami secara tepat
perkembangan obyektif. Karena itu omongan tentang "penilaian arti "relatif" (krsif
dari Raboceye
Dyelo)
spontanitas dan kesadaran itu saja sudah menyingkapkan ketiadaan
"kesadaran" sama sekali . Jika "unsur-unsur spontan perkembangan"
tertentu dapat ditangkap oleh kesadaran manusia pada umumnya, maka penilaian
yang tidak tepat mengenai unsur-unsur spontan itu akan sama saja dengan
"meremehkan unsur sadar". Tetapi jika unsur-unsur spontan itu tidak
dapat ditangkap oleh kesadaran, maka kita tak dapat mengetahuinya, dan tidak
dapat membicarakannya. Jadi apakah yang dipercakapkan oleh B. Kreicevski itu?
Jika dia berpendapat bahwa "rencana-rencana subyektif" Iskra
itu
salah (dan dia justru menyatakan rencana-rencana subyektif itu salah), maka dia
semestinya menunjukkan kenyataan-kenyataan obyektif apa yang diabaikan dalam
rencana-rencana ini, dan kemudian menuduh Iskra tidak
mempunyai cukup kesadaran karena
mengabaikannya dan menuduh Iskra, menggunakan
kata-kata dia sendiri, "meremehkan secara sadar". Tetapi jika dia,
walaupun tidak puas dengan rencana-rencana subyektif, tidak mempunyai argumen
lain kecuali kutipan "meremehkan unsur spontan" (!!), maka dia dengan
itu hanya membuktikan bahwa : 1) secara teori dia memahami Marxisme ala
orang-orang sebangsa Kareyev dan Mikhailovski yang sudah cukup di cemooohkan
oleh Beltov58, dan 2) dalam praktek,
dia sepenuhnya puas dengan "unsur-unsur spontan perkembangan" yang
telah membawa kaum Marxis legal kita ke Bernsteinisme dan membawa kaum sosial-demokrat
kita ke ekonomisme, dan bahwa dia "sangat marah" kepada orang-orang
yang telah bertekad bulat bagaimanapun juga akan membelokkan
sosial-demokrasi Rusia dari jalan perkembangan "spontan".
Dan
kemudian menyusullah hal-hal yang sungguh lucu. "Persis seperti
manusia-manusia akan berbiak dengan cara kuno, kendatipun segala sukses ilmu
pengetahuan alam, demikian pulalah kelahiran sistem masyarakat baru, dimasa
depan juga., terutama sebagai akibat
ledakan-ledakan spontan, kendatipun segala sukses ilmu-ilmu sosial dan
pertambahan jumlah pejuang yang sadar" (hal.19). Persis seperti kata arif
bijaksana kuno yang berbunyi: "Setiap orang tolol dapat melahirkan
anak", kata arif bijaksana kaum "sosialis modern" (a la
Narcissus Tuporilov59) juga
berbunyi: setiap orang tolol dapat ikut serta dalam kelahiran spontan sistem
masyarakat baru. Kita juga berpendapat demikia. Untuk keikutsertaan semacam itu
cukuplah menyerah kepada ekonomisme
ketika ekonomisme berkuasa, dan menyerah kepada
terorisme ketika terorisme merajalela. Misalnya, dalam musim semi tahun ini,
ketika begitu penting memperingatkan orang supaya jangan tergila-gila akan
terorisme, Raboceye Dyelo bengong dihadapan
masalah yang "baru" baginya itu. Dan sekarang, enam bulan sesudah
itu, ketika masalah tersebut telah menjadi kurang aktual, ia sekaligus
menyodorkan kepada kita pertanyaan : "kita berpendapat bahwa tidak mungkin dan tidak seharusnya tugas
sosial-demokrasi menghalang-halangi kebangkitan semangat teroris"(Raboceye
Dyelo,
No.10, hal 23)., juga resolusi Kongres: "Kongres menganggap teror yang
sistematis dan ofensif sebagai tak tepat pada waktunya (Dua
Kongres,
Hal.18). Betapa terang dan sambung-menyambung! Jangan menghalang-halangi,
tetapi menyatakan sebagai tak tepat pada
waktunya, dan menyatakannya dengan begitu rupa sehingga teror yang sistematis
dan defensif tidak termasuk dalam ruang
lingkup "resolusi" itu. Haruslah diakui bahwa resolusi semacam
itu sangat aman dan sepenuhnya terjamin terhadap kesalahan, seperti orang yang
berbicara tetapi tidak mengatakan apa-apa itu terjamin terhadap kesalahan! Dan
apa yang dibutuhkan untuk menyusun
resolusi semacam itu hanyalah: kecakapan untuk mengekor
di belakang gerakan. Ketika Iskra mentertawakan
Raboceye Dyelo karena menyatakan soal teror sebagi suatu soal
baru, maka ia dengan marah menuduh Iskra "luar biasa kurang
ajarnya karena memaksakan pada organisasi Partai pemecahan soal-soal taktik
yang diusulkan oleh sekelompok penulis emigran lebih dari lima belas tahun yang
lalu" (hal.24). Memang, alangkah kurang ajarnya dan alangkah
dibesar-besarkannya unsur sadar --mula-mula secara teori memecahkan
masalah-masalah, kemudian meyakinkan organisasi, Partai dan Massa akan
ketepatan pemecahan itu!* Akan
lebih baik jika sekadar mengulang-ulang sesuatu yang telah hafal dan tanpa
"memaksakan" sesuatu pada siapapun juga, tunduk pada setiap
"pembelokan" baik ke jurusan ekonomisme ataupun ke jurusan terorisme.
Raboceye Dyelo bahkan menggeneralisasi petuah besar dari
kebijaksanaan duniawi ini dan menuduh Iskra serta Zarya
"mempertentangkan program mereka dengan gerakan seperti roh yang
melayang-layang diatas kekacauan yang tak berbentuk", (hal.29). Tetapi apa
lagi fungsi sosial-demokrasi jika bukan sebagai "roh", yang tidak
hanya melayang-layang diatas gerakan spontan, tetapi juga meningkatkan
gerkan ini ke tingkat "programnya"?
Tentulah, bukan pula fungsinya mengekor di belakang gerakan:
paling banter, ini tidak akan ada gunanya bagi gerakan: paling buruk ia akan
sangat, sangat merugikan. Tetapi Raboceye Dyelo tidak hanya
mengikuti "taktik-sebagai-proses" ini, bahkan mengangkatnya menjadi
suatu prinsip, sehingga lebih tepatlah menamakan haluan Raboceye Dyelo
bukan oportunisme, melainkan ekorisme (dari kata ekor). Dan
haruslah diakui bahwa orang-orang yang telah bertekad untuk selalu membuntut
dibelakang gerakan dan menjadi ekornya, selama-lamanya dan mutlak tidak bisa
"meremehkan unsur spontan perkembangan".
* * *
Demikianlah,
kita sudah menjadi yakin bahwa kesalahan pokok "aliran baru" dalam
sosial demokrasi Rusia berupa pemujaan kepada spontanitas, dan
ketidakmengertian bahwa spontanitas massa menuntut kesadaran besar-besaran dari
kita kaum sosial-demokrat. Semakin besar kebangkitan spontanitas dari massa,
semakin meluaslah gerakan, maka semakin cepat lagi dengan tiada bandingnya
bertambah besarnya tuntutan akan kesadaran yang besar-besaran dalam pekerjaan
teori, politik dan organisasi dari sosial-demokrasi.
Kebangkitan
spontan massa di Rusia telah (dan terus) berlangsung dengan kecepatan
sedemikian rupa sehingga pemuda sosial-demokrat ternyata belum dipersiapkan
untuk menunaikan tugas-tugas raksasa ini. Ketidaksiapan ini merupakan
kemalangan kita bersama, kemalangan semua orang sosial-demokrat-Rusia. Kebangkitan
massa meluas dan berlangsung dengan tak
putus-putusnya dan sambung-bersambung; ia bukan hanya tidak berhenti di
tempat-tempat di mana ia telah mulai, tetapi melanda tempat-tempat baru dan
lapisan-lapisan baru penduduk (di bawah pengaruh gerakan buruh telah hidup
kembali gejolak di kalangan pemuda-pelajar, kaum intelektual pada umumnya dan
bahkan dikalangan kaum tani). Akan tetapi kaum revolusioner ketinggalan
di belakang kebangkitan ini baik dalam "teori-teori"
mereka maupun dalam aktivitas mereka; mereka gagal mendirikan organisasi yang
tak putus-putusnya dan yang sambung-bersambung, yang sanggup memimpin seluruh
gerakan.
Dalam
Bab I telah kami buktikan bahwa Raboceye Dyelo
meremehkan tugas-tugas teori kita dan bahwa ia "secara spontan" mengulang-ulangi semboyan yang sedang menjadi
mode "kebebasan mengkritik"; bahwa mereka yang mengulang-ulangi
semboyan ini tidak mempunyai cukup "kesadaran" untuk memahami
pertentangan yang diametral antara pendirian para "kritikus"
oportunis dengan pendirian kkaum revolusioner di Jerman dan di Rusia.
Dalam
bab-bab yang berikut akan kita bahas bagaimana pemujaan kepada spontanitas ini
mendapatkan perwujudannya di bidang tugas-tugas politik dan pekerjaan
organisasi dari sosial-demokrasi.
-----------------
III
POLITIK TRADE-UNIONIS DAN POLITIK SOSIAL-DEMOKRATIS
Kami
akan mulai lagi dengan memuji Raboceye
Dyelo. "Literatur Pemblejetan Dan Perjuangan Proletar" adalah
judul yang diberikan oleh Martinov kepada artikelnya dalam Raboceye Dyelo
No.10 tentang perbedaan pendapat dengan Iskra. Dia
merumuskan hakekat perbedaan pendapat ini sebagai berikut : "Kita tak dapat membatasi diri hanya
pada memblejeti sistem yang merintangi jalan perkembangannnya" (partai
buruh). "Kita harus pula memberi reaksi terhadap kepentingan-kepentingan
terdekat dan sehari-hari proletariat" (hal.63). "….Iskra……
sebenarnya adalah sebuah organ dari oposisi revolusioner yang memblejeti sistem
di negeri kita, terutama sistem politik……….. Akan tetapi kita bekerja dan akan
bekerja untuk usaha buruh dalam hubungan organis yang erat dengan perjuangan
proletar" (hal.63). Orang mau tidak mau harus berterima kasih kepada
Martinov atas perumusan ini. Perumusan ini sangat menarik perhatian umum karena
pada hakekatnya ia meliputi bukan hanya perbedaan pendapat kami dengan Raboceye
Dyelo, melainkan juga perbedaan pendapat umumnya antara kami
dengan kaum “ekonomis" mengenai perjuangan politik. Telah kami tunjukkan
bahwa kaum "ekonomis" itu tidak menolak "politik" sama
sekali, tetapi bahwa mereka hanya senantiasa menyimpang dari konsepsi politik sosial-demokratis
ke konsepsi politik trade-unionis. Martinov menyimpang persis begitu juga, dan
karena itu kami setuju mengambil justru pendangan-pandangannya sebagi contoh
kesalahan ekonomis mengenai soal ini. Kami akan berusaha membuktikan bahwa baik
penulis-penulis Lampiran khusus Rabocaya Misl, penulis-penulis
manifes yang dikeluarkan oleh Grup Pembebasan Diri, maupun penulis-penulis
surat ekonomis yang dimuat dalam Iskra No.12, tak akan mempunyai hak
apapun untuk menggugat pilihan ini.
A. AGITASI POLITIK DAN PEMBATASANNYA OLEH KAUM EKONOMIS
Setiap
orang tahu bahwa pengembangan secara luas dan pengkonsolidasian perjuangan
ekonomi*kaum buruh Rusia berlangsung berbarengan
dengan pencitaan 'literatur" pemblejetan keadaan ekonomi (keadaaan di
pabrik dan lapangan pekerjaan). "Surat-surat sebaran" ini terutama
ditujukan untuk memblejeti keadaan pabrik, dan di kalangan kaum buruh segera
bangkit gairah yang sejati akan pemblejetan-pemblejetan itu. Segera sesudah
kaum buruh melihat bahwa lingkaran-lingkaran kaum sosial-demokrat ingin dan
dapat memberikan kepada mereka surat sebaran macam baru yang menceritakan
seluruh kebenaran tentang hidup mereka yang melarat, tentang kerja mereka yang
terlalu berat, tentang ketiadaan hak mereka, maka mulailah, boleh dikatakan,
membanjir surat-surat mereka dari pabrik-pabrik dan kilang-kilang.
""Literatur pemblejetan" ini menimbulkan sensasi yang hebat
tidak hanya di pabrik dimana keadaannya diblejeti dalam surat sebaran tertentu,
tetapi juga disemua pabrik dimana tersiar kabar tentang fakta-fakta yang
terblejeti. Dan karena kesengsaraan serta kemiskinan kaum buruh diberbagai
perusahaan dan berbagai lapang pekerjaan hampir saja sama saja, maka
"kebenaran tentang kehidupan buruh " menggerakkan semuanya.Bahkan
di kalangan kaum buruh yang paling terbelakangpun timbul gairah yang sejati
untuk "dipublikasi" --suatu gairah yang mulia akan bentuk embrio
perang melawan seluruh sistem sosial dewasa ini yang didasarkan atass
perampokkan dan penindasan. Dan dalam kebanyakan hal "suart-surat
sebaran" ini sesungguhnya merupakan sutu pernyataan perang, karena
pemblejetan-pemblejetan itu sangat membantu membangkitkan kaum buruh dan
menimbulkan di kalangan mereka tuntutan-tuntutan bersama untuk melenyapkan
keburukkan-keburukkan yang paling menyolok dan membangkitkan pada mereka
kesediaan menyokong tuntutan-tuntutan ini dengan pemogokkan-pemogokkan.
Akhirnya, tuan-tuan pabrik sendiri terpaksa mengakui arti surat-surat sebaran
ini sebagai suatu pernyataan perang sehingga sering sekali mereka tidak mau
menunggu-nunggu lagi samapi perang itu sendiri pecah. Sebagaimana biasa, dengan
diterbitkannya pemblejetan-pemblejetan ini saja sudah menjadikannya berdaya
guna, memperoleh arti pengaruh moril yang perkasa. Bukan satu kali saja bahwa,
penerbitan suatu surat sebaran itu saja ternyata cukup untuk menjamin
dipenuhinya semua atau sebagian tuntutan. Pendek kata, pemblejetan-pemblejetan
ekonomi (pabrik) telah dan tetap merupakan pengungkit penting perjuangan
ekonomi. Dan pemblejetan-pemblejetan ini akan terus mempunyai arti demikian ini
selama kapitalisme masih ada, yang menyebabkan kaum buruh harus membela diri.
Di negeri-negeri Eropa yang paling maju pun sekarang masih dapat kita saksikan
bagaimana pemblejetan keburukan-keburukan di suatu “perusahaan” yang terpencil
atau suatu cabang industri rumah tangga yang sudah dilupakan orang, merupakan
titik pangkal untuk menggugah kesadaran klas, untuk mengawali perjuangan
serikat buruh dan untuk menyebar luaskan sosialisme.*
Mayoritas
mutlak kaum sosial-demokrat Rusia di waktu belakangan ini hampir sama sekali
mencurahkan perhatian mereka pada pekerjaan mengorbankan pemblejetan mengenai
keadaan pabrik. Cukuplah mengingat Rabocaya Misl untuk melihat
sampai seberapa jauh pencurahan perhatian ini. Pencurahan perhatian itu sampai
sebegitu jauh sehingga dilupakan bahwa pencurahan ini sendiri,
pada hakekatnya belum merupakan aktivitas sosial-demokratis, melainkan hanya
aktivitas trade-unionis. Pada hakekatnya, pemblejetan-pemblejetan ini hanya
mencakup hubungan-hubungan antara kaum buruh di lapangan pekerjaan
tertentu dengan majikan-majikan mereka, dan apa yang dicapai oleh
pemblejetan-pemblejetan itu ialah bahwa para penjual tenaga kerja belajar
menjual “barang dagangan” mereka secara lebih menguntungkan dan berjuang
melawan para pembeli berdasarkan transaksi dagang semata-mata.
Pemblejetan-pemblejetan ini dapat menjadi (jika digunakan sebagaimana mestinya
oleh organisasi kaum revolusioner) permulaan dan bagian komponen aktivitas
sosial-demokratis, tetapi pemblejetan itu juga dapat menuju (dan dibawah syarat
pemujaan kepada spontanitas pasti) menuju ke perjuangan “serikat buruh
semata-mata” dan ke gerakan buruh non sosial-demokratis. Sosial-demokrasi
memimpin perjuangan klas buruh tidak hanya untuk syarat-syarat yang lebih baik
bagi penjualan tenaga kerja, tetapi juga untuk melenyapkan sistem masyarakat
yang memaksa kaum tak bermilik menjual diri kepada si kaya. Sosial-demokrasi
mewakili klas buruh bukan dalam hubungan klas buruh dengan hanya suatu grup
pengusaha tertentu, melainkan dalam hubungan klas buruh dengan semua klas dari
masyarakat modern, dengan negara sebagai suatu kekuatan politik yang
terorganisasi. Dari sini jelaslah bahwa kaum sosial-demokrat bukan hanya tidak
boleh membatasi diri pada perjuangan ekonomi, tetapi juga tidak boleh
membiarkan perorganisasian pemblejetan di bidang ekonomi menjadi aktivitas
mereka yang berdominasi. Kita harus dengan aktif mencengkam pendidikan politik
klas buruh dan pengembangan kesadaran politiknya. Sekarang
sesudah Zarya dan Iskra melakukan serangan yang
pertama atas ekonomisme, “semua setuju” mengenai ini (meskipun ada yang setuju
hanya dalam kata-kata, sebagaimana akan segera kita lihat).
Timbul
pertanyaan: berupa apakah seharusnya pendidikan politik itu ? Dapatkah dibatasi
hanya pada propaganda ide-ide tentang permusuhan klas buruh terhadap otokrasi?
Tentu saja tidak. Tidaklah cukup menerangkan kepada kaum buruh
bahawa mereka mengalami penindasan politik (sebagaimana tidak cukup hanya menerangkan
kepada mereka bahwa kepentingan-kepentingan mereka berlawanan dengan
kepentingan-kepentingan kaum majikan). Agitasi harus dilakukan mengenai setiap
manifestasi kongkrit dari penindasan ini (sebagaimana kita telah mulai
melakukan agitasi mengenai manifestasi kongret penindasan ekonomi). Dan karena
penindasan ini menimpa bermacam-macam klas dalam masyarakat,
karena ia menampakkan diri dalam lapangan hidup dan aktivitas yang sangat
beraneka warna, dilapangan pekerjaan, sipil, perseorangan, keluarga, agama,
ilmu, dan sebagainya dan sebagainya, maka tidakkah jelas bahwa kita tidak
akan memenuhi tugas kita mengembangkan kesadaran politik kaum buruh
jika kita tidak memikul tanggung-jawab pekerjaan mengorganisasi pemblejetan
politik mengenai otokrasi dalam semua seginya? Bukankah
untuk melakukan agitasi mengenai manifestasi kongkrit penindasan, orang perlu
memblejeti manifestasi tersebut (sebagaimana orang perlu memblejeti
penyalahgunaan dalam pabrik untuk melakukan agitasi ekonomi)?
Orang
akan berpendapat bahwa hal ini cukup
jelas. Tetapi justru disinilah ternyata bahwa hanya dalam kata-kata “semua”
setuju tentang perlunya mengembangkan kesadaran politik dalam semua
seginya. Disini jugalah ternyata bahwa Raboceye Dyelo,
misalnya , bukan hanya tidak memikul tugas mengorganisasi (atau memulai
mengorganisasi) pemblejetan politik dalam semua seginya, tetapi malah menyeret
mundur Iskra yang telah mengusahakan tugas ini. Dengarlah ini:
“perjuangan politik klas buruh hanyalah” (justru bukan “hanya”) “bentuk
perjuangan ekonomi yang paling berkembang, paling luas dan paling efektif “
(Program Raboceye Dyelo, Raboceye Dyelo No.1,
hal.3). “Kaum sosial-demokrat sekarang dihadapkan kepada tugas memberikan,
sedapat-dapatnya, watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri”
(Martinov, Raboceye Dyelo No.10, hal42). “Perjuangan ekonomi adalah cara yang paling luas dapat digunakan
untuk menarik massa ke dalam perjuangan politik yang aktif” (Resolusi Kongres
Perserikatan60) dan
amandemen-amandemennya, Dua Kongres, hal. 11 dan 17). Seperti
pembaca lihat, semua dalil ini meresapi Raboceye Dyelo, sejak
dari nomor pertamanya sampai pada “Instruksi-Instruksi” terakhir ‘kepada Dewan
Redaksi”, dan semuanya terang menyatakan satu pendapat mengenai agitasi dan
perjuangan politik. Tinjaulah pendapat
ini dari sudut pendapat yang lazim di kalangan semua orang ekonomis, bahwa
agitasi politik harus mengikuti agitasi ekonomi. Begitulah pada
umumnya*
perjuangan ekonomi merupakan”cara yang paling luas digunakan” untuk
menarik massa ke dalam perjuangan politik? Sama sekali tidak benar. Segala
macam manifestasi kelaliman polisi dan perkosaan otokrasi, dan
sekali-kali bukan hanya manifestasi yang berhubungan dengan perjuangan ekonomi,
sedikitpun tidak kurang “dapat digunakan secara luas” sebagai cara untuk
“menarik” massa. Orang-orang Zemski Nacalnik61,
pemecutan terhadap petani-petani, korupsi para pegawai, perlakuan polisi
terhadap “rakyat biasa” di kota-kota, perjuangan terhadap kaum lapar dan
penindasan terhadap aspirasi rakyat untuk penerangan dan pengetahuan, pemerasan
pajak, penguberan terhadap sekte-sekte agama, perlakuan yang merendahkan
terhadap para serdadu dan perlakuan terhadap para mahasiswa dan intelegensia
liberal seolah-olah mereka itu serdadu –mengapa kesemuanya ini dan ribuan manifestasi penindasan lainnya yang
serupa itu, yang tidak langsung bersangkutan dengan perjuangan “ekonomi”,
merupakan pada umumnya cara dan alasan yang kurang “dapat
digunakan secara luas” untuk agitasi politik dan untuk menarik massa ke dalam
perjuangan politik? Justru sebaliknya: dari jumlah seluruh kejadian dimana kaum
buruh mengalami (mereka sendiri ataupun orang-orang yang dekat dengan mereka)
ketiadaan hak, kesewenang-wenangan dan aniaya, pastilah kejadian-kejadian
penindasan polisi dalam perjuangan serikat buruh hanyalah merupakan jumlah
kecil saja. Mengapa kita harus sebelumnya membatasi ruang lingkup
agitasi politik dengan menyatakan hanya satu cara yang “paling
luas dapat digunakan”, sedangkan kaum sosial-demokrat, disamping itu, mempunyai
cara-cara lain yang pada umumnya tidak kurang “dapat digunakan secara luas”?
Lama,
lama telah lalu (setahun yang lalu! ……) Raboceye Dyelo menulis:
“Massa mulai mengerti akan tuntutan-tuntutan politik terdekat sesudah satu,
atau sekurang-kurangnya, sesudah beberapa kali pemogokan”, “segera sesudah
pemerintah mengerahkan polisi dan gendarme”
(No.7, hal 15, Agustus 1900). Teori tingkat-tingkat yang opurtunis ini
sekarang telah ditolak oleh Perserikatan yang memberikan konsesi kepada kita
dengan menyatakan : “Tidak ada perlunya sama sekali melakukan agitasi politik
sejak awal mula semata-mata atas dasar ekonomi” (Dua Kongres,
Hal.11). Ahli sejarah sosial-demokrasi Rusia yang akan datang dari penegasian
oleh Perserikatan terhadap sebagian kesalahannya yang dulu itu saja akan
melihat dengan lebih jelas daripada dari segala argumen panjang-panjang sampai
seberapa jauh kaum ekonomis kita telah memerosotkan sosialisme! Tetapi
Perserikatan sungguh naif membayangkan bahwa penolakan satu pembatasan politik
akan dapat mendorong kita menyetujui bentuk pembatasan yang lain! Tidakkah akan
lebih logis mengatakan, dalam hal ini juga, bahwa perjuangan ekonomi harus
dilakukan seluas-luasnya, bahwa ia harus selalu digunakan untuk agitasi
politik, tetapi bahwa “tidak ada perlunya sama sekali” menganggap perjuangan ekonomi
sebagai cara paling luas dapat digunakan untuk menarik massa ke
dalam perjuangan politik yang aktif?
Perserikatan
memberikan arti penting kepada kenyataan bahwa ia mengganti kata-kata “cara
yang terbaik” yang termuat dalam resolusi yang bersangkutan dari Kongres ke-IV
Perserikatan Buruh Yahudi (Bund)62 dengan kata-kata “yang paling luas
dapat digunakan”. Kami, sungguh merasa sulit untuk mengatakan mana yang lebih
baik dari resolusi-resolusi ini; menurut pendapat kami kedua-duanya
“lebih jelek”. Baik Perserikatan maupun Bund disini salah (sebagian,
barangkali, bahkan dengan tak sadar, karena pengaruh tradisi) memberikan
interpretasi ekonomis, interpretasi trade unionis kepada politik. Pada
hakekatnya soalnya sama sekali tidak berubah apakah hal ini dilakukan dengan
menggunakan kata-kata “yang terbaik” atau kata-kata “yang paling luas dapat
digunakan”. Andaikata Perserikatan mengatakan bahwa “agitasi politik atas dasar
ekonomi” adalah cara yang paling luas
digunakan (dan bukan “yang dapat digunakan”) maka ia benar mengenai suatu
periode tertentu dalam perkembangan gerakan sosial demokratis kita. Ia akan
benar mengenai kaum ekonomis dan mengenai banyak (jika bukan
mayoritas) pekerja praktis pada tahun-tahun 1898-1901, karena pekerja praktis
ekonomis ini menggunakan agitasi politik (karena mereka pada
umumnya menggunakannya!) hampir semata-mata atas dasar ekonomi.
Agitasi politik yang demikian itu diakui dan, sebagaimana telah kita lihat, bahkan
dianjurkan oleh Rabocaya Misl dan Grup Pembebasan Diri ! Raboceye
Dyelo seharusnya dengan tegas menghukum kenyataan bahwa
pekerjaan agitasi ekonomi yang berguna dibarengi dengan pembatasan perjuangan
politik yang merugikan, tetapi bukannya berbuat demikian ia bahkan menyatakan
cara yang paling luas digunakan (oleh kaum ekonomis) sebagai yang
paling luas dapat digunakan! Tidaklah mengeherankan kalau ketika
kami menamakan orang-orang ini kaum ekonomis, mereka tak dapat berbuat lain
kecuali memuntahkan segala macam cacian pada kita, dan menamakan kami “penipu”,
“pengacau”, “duta-duta paus”, dan “pemfitnah”,*
mengadukan kepada seluruh dunia bahwa kami sangat menyakiti hati mereka dan
menyatakan hampir dengan bersumpah: “sekarang sama sekali tak ada organisasi
sosial-demokrat satupun yang melakukan kesalahan ekonomisme” **. Ah, politikus-politikus busuk dan
mefitnah ini! Tidakkah mereka dengan sengaja mengarang-ngarang seluruh
ekonomisme itu, hanya karena rasa benci mereka terhadap manusia semata-mata,
untuk menyakiti hati orang secara mendalam ?
Arti
kongkrit real apakah yang diberikan oleh Martinov kepada kata-katanya tentang
pengajuan tugas sosial-demokrasi “memberikan watak politik kepada perjuangan
ekonomi itu sendiri”? Perjuangan ekonomi adalah perjuangan kolektif kaum buruh
melawan majikan-majikan untuk syarat-syarat yang lebih baik dalam penjualan
tenaga kerja, untuk syarat-syarat hidup dan syarat-syarat kerja kaum
buruh yang lebih baik. Perjuangan ini mestilah perjuangan lapangan pekerjaan,
karena syarat-syarat kerja sangat beraneka ragam di berbagai lapangan pekerjaan,
dan oleh karenanya, perjuangan untuk perbaikan syarat-syarat ini
tidak dapat tidak dilakukan menurut
lapangan pekerjaan (serikat-serikat buruh negeri-negeri barat, gabungan serikat
buruh sementara dan surat-surat sebaran di Rusia, dan sebagainya). Oleh karena
itu memberi “watak-watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri” berarti
berusaha untuk dipenuhinya tuntutan-tuntutan lapangan pekerjaan ini, perbaikan
syarat-syarat kerja di lapangan pekerjaan dengan jalan “tindakan-tindakan
legislatif dan administrasi” (seperti dinyatakan Martinov pada halaman
berikutnya dalam artikel hal 43). Ini adalah justru yang dilakukan dan selalu
dilakukan oleh semua serikat buruhnya kaum buruh. Bacalah tulisan-tulisan T. dan Ny. Webb63, sarjana-sarjana berkaliber berat (dan
oportunis yang “tidak tanggung-tanggung), maka orang akan melihat bahwa
serikat-serikat buruh Inggris sejak lama sekali telah menyadari dan
melaksanakan tugas “memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu
sendiri”, sejak lama sekali berjuang untuk kebebasan mogok, untuk penghapusan
segala macam rintangan hukum terhadap gerakan koperasi dan serikat buruh, untuk
undang-undang yang melindungi kaum wanita dan anak-anak, untuk perbaikan
syarat-syarat kerja dengan jalan perundang-undangan kesehatan dan pabrik dan
lain-lain.
Jadi,
dibelakang kata-kata muluk tentang “memberi watak politik kepada perjuangan
ekonomi itu sendiri” yang kedengarannya “bukan main” mendalam dan
revolusionernya, pada hakekatnya tersembunyi hasrat tradisional untuk memerosotkan
politik sosial-demokratis ke tingkat politik trade-unionis! Dengan dalih
mengkoreksi keberat-sebelahan Iskra yang, katanya, menempatkan
“perevolusioneran dogma lebih tinggi dari pada perevolusioneran kehidupan”*, kepada
kita disajikan perjuangan untuk reform ekonomi sebagai
sesuatu yang baru. Sebenarnya, kata-kata “memberi watak politi kepada perjuang
ekonomi itusendiri” berarti tidak lebih daripada perjuangan untuk reform-reform
ekonomi. Dan Martinov sendiri semestinya sampai pada kesimpulan yang sederhana
ini seandainya dia merenungkan arti kata-kata dia sendiri. “Partai kita”,
katanya, seraya menghadapkan meriam-meriamnya yang terberat pada Iskra,
‘bisa dan seharusnya mengajukan tuntutan-tuntutan kongkrit kepada pemerintah
supaya melaksanakan tindakan-tindakan legislatif dan administrasi guna
menentang penghisapan ekonomi, pengangguran, kelaparan, dan sebagainya” (Raboceye Dyelo No. 10 hal.
42-43). Tuntutan-tuntutan kongkrit untuk tindakan-tindakan --tidakkah ini berarti tuntutan-tuntutan untuk
reform-reform sosial? Dan sekali lagi kita bertanya kepada pembaca yang tidak
berat sebelah, apakah kita memfitnah orang-orang Raboceye Dyelo-is
(maafkan saya atas perkataan yang janggal ini!), dengan menamakan mereka kaum
Bernsteinis yang bersembunyi ketika mereka mengajukan tesis tentang perlunya
berjuang untuk reform-reform ekonomi sebagai perbedaan pendapat
mereka dengan Iskra?
Sosial-demokrasi
revolusioner dulu dan sekrangpun selalu memasukkan perjuangan untuk
reform-reform sebagai bagian aktivitas-aktivitasnya. Tetapi ia menggunakan
agitasi “ekonomi” untuk maksud mengajukan kepada pemerintah bukan hanya
tuntutan-tuntutan untuk segala macam tindakan, melainkan juga (dan
pertama-tama) tuntutan supaya pemerintah tidak lagi menjadi pemerintah otokratis.
Kecuali itu sosial-demokrasi revolusioner menganggap sebagai kewajibannya mengajukan tuntutan ini
kepada pemerintah, bukan atas dasar perjuangan ekonomi saja,
melainkan juga atas dasar segala manifestasi kehidupan sosial dan politik pada
umumnya. Pendek kata, sosial-demokrasi revolusioner menempatkan perjuangan
untuk kemerdekaan dan untuk sosialisme, sebagimana bagian tunduk kepada
keseluruhan. Akan tetapi Martinov menghidupkan kembali teori tingkat-tingkat
dalam bentuk lain, dan berusaha keras untuk menetapakan bagi perjuangan politik
suatu jalan perkembangan yang, boleh dikatakan, bersifat ekonomi semata-mata.
Dengan tampil kedepan pada saat pasang revolusioner dengan “tugas” yang katanya khusus bagi perjuangan untuk
reform, Martinov menyeret Partai mundur dan menguntungkan baik oportunisme
“ekonomis” maupun oportunisme liberal.
Seterusnya,
sementara dengan malu-malu menyembunyikan perjuangan untuk reform-reform
dibelakang tesis yang muluk-muluk tentang “memberi watak politik kepada
perjuangan ekonomi itu sendiri”, Martinov mengajukan, sebagai sesuatu yang
khusus, reform-reform ekonomi semata-mata (dan bahkan
reform-reform pabrik semata-mata). Mengapa dia berbuat demikian, tak tahulah
kami. Barangkali karena keteledoran? Tetapi jika yang dia maksudkan itu bukan
hanya reform-reform “pabrik” maka seluruh tesisnya, yang baru saja kami kutip
itu, kehilangan arti sama sekali. Barangkali karena dia menganggap bisa dan
mungkin bahwa pemerintah memberi “konsesi-konsesi” hanya dibidang ekonomi saja?**
Jika demikian, maka ini adalah kekeliruan yang aneh. Konsesi-konsesi
juga mungkin dan diberikan dibidang perundang-undangan mengenai pencambukan,
surat pas, uang tebusan, sekte-sekte agama, sensor, dan sebaginya dan
sebagainya . Konsesi “ekonomi” (atau konsesi palsu) itu bagi pemerintah
tentulah yang paling murah dan paling menguntungkan, karena dengan jalan ini
pemerintah mengharapkan dapat memperoleh kepercayaan masa buruh. Tetapi justru
karena inilah kita kaum sosial demokrat dalam keadaan apapun juga atau bagaimanapun
juga mutlak tidak boleh memberi tempat bagi pendapat (atau bagi salah
pengertian) bahwa bagi kita reform-reform ekonomi lebih berharga, bahwa kita
menganggap reform-reform ekonomi itu sebagai yang teristimewa pentingnya, dan
lain-lain. “Tuntutan-tuntutan demikian itu”, kata Martinov mengenai
tuntutan-tuntutan kongkrit yang diajukan di atas untuk tindakan legislatif dan
administrasi, “ tidak akan merupakan omong kosong belaka karena, dengan
menjanjikan hasil-hasil tertentu yang nyata berwujud, tuntuntutan-tuntutan itu
bisa disokong aktif oleh massa buruh”….. Kami bukanlah kaum ekonomis, oh bukan!
Kami hanya menyembah secara membudak kepada “dapat dirasakannya” hasil-hasil
yang konkrit, seperti halnya orang-orang sebangsa Bernstein, Prokopowic, Struwe,
R. M. dan tutti quanti!* Kami hanya ingin
menjelaskan (bersama-sama dengan Narcissus Tuporilov) bahwa segala yang tidak
“menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud” adalah “omong-kosong” belaka!
Kami hanya mencoba menyatakan pendapat seolah-olah massa buruh tak sanggup (dan
belum membuktikan kesanggupan mereka, kendatipun ada orang melemparkan
filistinismenya sendiri kepada massa buruh) menyokong dengan aktif setiap
protes menentang otokrasi, bahkan protes yang sama sekali tidak
menjanjikan kepada massa buruh hasil-hasil apa pun yang nyata berwujud!
Ambillah
sebagai contoh “tindakan-tindakan” untuk melawan pengangguran dan bahaya
kelaparan yang diajukan oleh Martinov sendiri. Selagi Raboceye Dyelo
sibuk, ditilik dari apa yang telah dijanjikannya, menyusun dan menggarap
program “tuntutan-tuntutan konkrit” (dalam bentuk rancangan undang-undang?)
“untuk tindakan-tindakan legislatif dan administrasi” yang “menjanjikan
hasil-hasil yang nyata berwujud”, Iskra, yang “selalu menempatkan
perevolusioneran dogma lebih tinggi daripada perevolusioneran kehidupan”,
mencoba menerangkan hubungan yang tak terpisahkan antara pengangguran dengan
seluruh sistem kapitalis; memperingatkan bahwa “bahaya kelaparan sedang
mendatang”; menelanjangi “perjuangan” polisi “melawan kaum lapar” dan
“peraturan-peraturan hukuman darurat” yang melampaui batas; dan Zarya
menerbitkan cetak ulang khusus, dalam bentuk brosur agitasi, sebagian dari
“Tinjauan Dalam Negeri” yang mengenai bahaya kelaparan*.
Tetapi ya Tuhanku! Alangkah “berat sebelahnya” kaum ortodoks picik yang tak
dapat diperbaiki lagi ini, kaum dogmatis yang tuli terhadap panggilan “hidup
itu sendiri”. Tidak satupun dari artikel-artikel mereka memuat—ah terlalu!—satu
pun, bayangkanlah, sungguh-sungguh satu pun “tuntutan konkrit”, “yang
menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud”! Kaum dogmatis yang malang! Mereka
seharusnya dikirim kepada Kricevski dan Martinov untuk diberi pelajaran bahwa
taktik adalah proses pertumbuhan, proses dari apa yang tumbuh, dll, dan bahwa
perjuangan ekonomi itu sendiri harus diberi watak politik!
“Disamping
arti revolusionernya yang langsung, perjuangan ekonomi kaum buruh melawan kaum
majikan dan pemerintah” (“perjuangan ekonomi melawan
pemerintah”!!) “juga mempunyai arti demikian: ia senantiasa menjadikan kaum
buruh sadar bahwa mereka tak mempunyai hak-hak politik” (Martinov, hlm. 44).
Kami kutip bagian ini bukan untuk mengulangi keseratus dan keseribu kalinya apa
yang sudah disebutkan di atas, melainkan terutama untuk menyatakan terima kasih
kepada Martinov atas rumusan baru yang sangat bagus ini: “perjuangan ekonomi
kaum buruh melawan kaum majikan dan pemerintah”. Alangkah indahnya! Sungguh
suatu bakat yang tak tertirukan, sungguh mahir dalam meniadakan semua perbedaan
pendapat yang bersifat sebagian-sebagian dan nuansa perbedaan di antara kaum
ekonomis, dalil yang singkat dan jelas ini mengungkapkan seluruh hakekat
ekonomisme: dari menyerukan kepada kaum buruh supaya terjun “ke dalam
perjuangan politik yang mereka lakukan untuk kepentingan umum, dengan maksud
memperbaiki keadaan seluruh kaum buruh”*, terus melalui
teori tingkat-tingkat dan berakhir dengan resolusi Kongres tentang “yang paling
luas dapat digunakan”, dsb. “Perjuangan ekonomi melawan pemerintah” adalah
justru politik trade-unionis, yang jauh, jauh sekali dari politik
sosial-demokratis.
*
B. KISAH TENTANG BAGAIMANA MARTINOV MEMPERDALAM PLEKHANOV
“Alangkah
banyaknya orang sosial-demokrat sebangsa Lomonosov yang muncul di kalangan kita
di waktu belakangan ini!” ujar seorang kawan pada suatu hari, dan yang
dimaksudkannya ialah kecenderungan yang mengagumkan dari banyak orang di antara
yang condong pada ekonomisme “dengan akal sendiri” pasti sampai pada
kebenaran-kebenaran besar (misalnya, bahwa perjuangan ekonomi mendorong kaum
buruh memikirkan ketiadaan hak bagi mereka), dan dengan demikian menganggap
sepi, dengan sikap yang sangat menghina dari orang-orang zenial alamiah, segala
yang sudah dihasilkan oleh perkembangan pikiran revolusioner dan perkembangan
gerakan revolusioner yang terdahulu. Martinov-Lomonosov adalah justru seorang
zenial alamiah semacam itu. Lihatlah artikelnya “Soal-Soal Terdekat” maka orang
akan melihat bagaimana Martinov dengan akal sendiri mendekati apa
yang sudah lama dikatakan oleh Akselrod (yang tentu saja sepatah kata pun tidak
disebut-sebut oleh si Lomonosov kita); bagaimana, misalnya, dia mulai mengerti
bahwa kita tidak dapat menganggap sepi oposisi dari berbagai lapisan borjuasi (Raboceye
Dyelo No.9, hlm. 61, 62, 71; bandingkan ini dengan Jawaban
redaksi Raboceye Dyelo kepada Akselrod,hlm. 22, 23, 24), dll.
Tetapi sayang, dia hanya “mendekati” dan baru “mulai”, tidak lebih dari itu,
karena dia bagaimanapun juga belum begitu mengerti ide-ide Akselrod, sehingga
dia masih bicara tentang “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan
pemerintah”. Selama tiga tahun (1898-1901) Raboceye Dyelo telah
berusaha keras untuk memahami Akselrod, tetapi—tetapi bagaimanapun tidak
memahaminya! Barangkali hal ini terjadi juga karena sosial-demokrasi, “seperti
umat manusia”, selalu mengajukan untuk dirinya sendiri hanya tugas-tugas yang
dapat dilaksanakan?
Tetapi
orang-orang sebangsa Lomonosov itu
menonjol tidak hanya karena ketidaktahuan mereka mengenai banyak hal (ini baru
setengah celaka!), tetapi juga karena ketidaksedaran mereka akan kepicikan
pengetahuan mereka. Nah, ini sudah celaka yang sesungguhnya: dan celaka inilah
yang mendorong mereka tanpa berpanjang-panjang mulai “memperdalam” Plekhanov.
“Telah
banyak waktu berlalu”, cerita Martinov-Lomonosov, “sejak Plekhanov menulis buku
ini” (Tugas-Tugas Kaum Sosialis Dalam Perjuangan Melawan Bahaya Kelaparan
di Rusia). “Kaum sosial-demokrat yang selama sepuluh tahun memimpin
perjuangan ekonomi klas buruh…..belum berhasil memberikan dasar terori yang
luas bagi taktik Partai. Soal ini sekarang sudah menjadi matang dan jika kita
ingin memberikan dasar teori itu, kita tentu saja harus banyak memperdalam
prinsip-prinsip taktik yang pernah dikembangkan oleh Plekhanov…… Definisi kita
sekarang tentang perbedaan antara propaganda dengan agitasi harus berbeda dari
definisi Plekhanov”. (Martinov baru saja mengutip kata-kata Plekhanov: “Seorang
propagandis mengemukakan banyak ide kepada satu atau beberapa orang; seorang
agitator hanya mengemukakan satu atau beberapa ide, tetapi dia mengemukakannya
kepada sejumlah besar orang”). “Dengan propaganda kita artikan penjelasan
secara revolusioner tentang seluruh
sistem sekarang atau manifestasi-manifestasinya sebagian-sebagian, tak peduli
apakah ia dilakukan dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang-seorang atau
oleh massa luas. Dengan agitasi, dalam arti kata setepatnya” (sic!), “kita
artikan menyerukan kepada massa supaya melakukan aksi-aksi konkrit tertentu,
memudahkan campur-tangan revolusioner secara langsung dari proletariat dalam
kehidupan sosial”.
Kita
ucapkan selamat kepada sosial-demokrasi Rusia—dan internasional—atas
terminologi Martinov yang baru ini yang lebih tepat dan lebih mendalam. Selama
ini kami berpendapat (bersama-sama dengan Plekhanov dan dengan semua pemimpin
gerakan buruh internasional) bahwa seorang propagandis jika dia membahas
misalnya, soal penganggurang itu juga harus menerangkan sifat kapitalis dari
krisis, menunjukkan sebab-sebab mengapa krisis-krisis itu tak terhindarkan
dalam msyarakat dewasa ini, melukiskan perlunya mengubah masyarakat ini menjadi
masyarakat sosialis, dsbnya. Pendek kata, dia harus mengemukakan “banyak ide”,
begitu banyak sehingga semua ide itu secara keseluruhan sekaligus akan
dimengerti hanya oleh (relatif) beberapa orang saja. Akan tetapi seorang
agitator yang berbicara tentang soal itu juga, akan mengambil sebagai contoh
yang paling menyolok dan paling luas diketahui oleh para pendengarnya,
misalnya, kematian karena kelaparan keluarga seorang penganggur, semakin
meningkatnya kemelaratan, dsb, dan dengan menggunakan kematian ini, yang
diketahui oleh semua orang tak ada kecualinya, akanmengarahkan segenap usahanya
pada pengemukaan satu ide kepada “massa”, yaitu ide tentang
kegilaan kontradiksi antara meningkatnya kekayaan dan meningkatnya kemiskinan;
dia akan berusaha keras untuk membangkitkan ketidakpuasan dan
kemarahan di kalangan massa terhadap ketidakadilan yang menyolok mata itu, dan
menyerahkan penjelasan yang lebih lengkap tentang kontradiksi itu kepada
propagandis. Karena itu, propagandis terutama bekerja dengan kata tercetak;
agitator dengan kata hidup. Dari propagandis dituntut sifat-sifat
yang berbeda dengan yang dituntut dari agitator. Kautsky dan Lafargue,
misalnya, kita namakan propagandis; Bebel dan Guesde kita namakan agitator. Mengkhususkan
bidang ketiga atau fungsi ketiga aktivitas praktis, dan memasukkan ke dalam
fungsi ini “seruan kepada massa supaya melakukan aksi-aksi konkrit tertentu”,
adalah omong-kosong besar, karena “seruan”, sebagai satu tindakan, atau sudah
sewajarnya dan tak terelakkan melengkapi karya teori, brosur propaganda dan
pidato agitasi, atau merupakan fungsi pelaksana semata-mata. Ambillah,
misalnya, perjuangan yang sekarang sedang dilakukan oleh kaum sosial-demokrat
Jerman menentang pajak padi-padian. Para ahli teori menulis karya-karya rise
tentang politik cukai dan “menyerukan”, misalnya, supaya orang berjuang untuk
perjanjian-perjanjian dagang dan untuk kebebasan berdagang. Propagandis
melakukan hal itu juga dalam majalah, dan agitator dalam pidato-pidato di muka
umum. Pada saat sekarang, “aksi-aksi konkrit” massa mengambil bentuk
penandatanganan petisi-petisi kepada Reichstag menentang penaikan pajak
padi-padian. Seruan untuk aksi ini secara tak langsung berasal dari para ahli
teori, propagandis dan agitator, dan secara langsung berasal dari kaum buruh
yang mengedarkan surat-surat petisi itu ke pabrik-pabrik dan rumah-rumah
perseorangan mengumpulkan tanda-tangan. Menurut “terminologi Martinov”, kautsky
dan Bebel kedua-duanya adalah propagandis, sedang mereka yang mengumpulkan
tanda-tangan adalah agitaor; tidakkah demikian?
Contoh
Jerman itu mengingatkan saya pada kata Jerman “Verballhornung” yang kalau
diterjemahkan secara hurufiah berarti “pem-Ballhorn-an”. Johann Ballhorn,
seorang penerbit di Leipzig pada abad ke 16, menerbitkan buku bacaan anak-anak
dimana, sebagaimana kebiasaannya, dimuat lukisan ayam jantan; tetapi gambar ini
bukannya melukiskan seekor ayam jantan biasa yang berjalu, melainkan
melukiskannya tanpa jalu tetapi dengan dua butir telur terletak di dekatnya.
Pada sampul buku ini dicetaknya tulisan tambahan “Cetakan yang telah
diperbaiki oleh Johann Ballhorn”. Sejak waktu itu orang-orang Jerman
menamakan setiap “perbaikan” yang sesungguhnya memperburuk, sebagai
“pem-Ballhorn-an”. Dan orang mau tak mau mesti teringat pada Ballhorn apabila
orang melihat bagaimana orang-orang sebangsa Martinov itu mencoba “memperdalam”
Plekhanov.
Mengapa
Lomonosov kita itu “menciptakan” kekusutan ini? Untuk menggambarkan bagaimana Iskra
“mencurahkan perhatian hanya pada satu segi dari persoalan, seperti yang telah
dilakukan oleh Plekhanov lima belas tahun yang lalu” (hlm. 39). “Menurut Iskra,
tugas-tugas propaganda mendesak ke latar belakang tugas-tugas agitasi,
sekurang-kurangnya untuk waktu sekarang” (hlm. 52). Jika dalil yang terakhir
ini kita terjemahkan dari bahasa Martinov ke dalam bahasa manusia biasa (karena
manusia belum berhasil memahami terminologi yang baru diciptakan itu), maka
akan kita peroleh yang berikut: Menurut Iskra, tugas-tugas
propaganda politik politik dan agitasi politik mendesak ke latar belakang tugas
“mengajukan tuntutan-tuntutan konkrit kepada pemerintah untuk tindakan-tindakan
legislatif dan administrasi” yang “menjanjikan hasil-hasil tertentu yang nyata
berwujud” (atau tuntutan-tuntutan untuk refrom-reform sosial, yaitu jika kita
sekali lagi saja diperkenankan menggunakan terminologi lama dri manusia lama
yang belum mencapai tingkat Martinov). Kami sarankan supaya pembaca
membandingkan tesis ini dengan tirade (semburan kata-kata—Red. IP)
berikut ini:
“Yang juga
mengherankan kita dalam program-program ini” (program-program kaum
sosial-demokrat revolusioner) “ialah senantiasa ditonjolkannya
keunggulan-keunggulan aktivitas kaum buruh dalam parlemen (yang tidak ada di
Rusia), meskipun kaum sosial-demokrat itu tidak mau tahu sama-sekali (berkat
nihilisme revolusioner mereka) akan arti penting kaum buruh ikut serta dalam
sidang-sidang legislatif tuan pabrik mengenai urusan-urusan pabrik (yang ada di
Rusia)……atau sekurang-kurangnya arti penting kaum buruh ikut serta dalam
badan-badan kota-praja”……..
Penulis
tirade ini menyatakan dengan sedikit lebih berterus-terang, jelas dan
blak-blakan ide itu juga yang telah di dapat oleh Martinov-Lomonosov dengan
akal sendiri. Penulis ini ialah R. M. dalam lampiran Khusus Rabacaya Misl
(hlm. 15).
C.
PEMBLEJETAN-PEMBLEJETAN POLITIK DAN "PENDIDIKAN KEAKTIFAN
REVOLUSIONER"
Dengan
mengajukan "teori"nya tentang "peningkatan keaktifan massa buruh" untuk menentang Iskra,
sebetulnya Martinov memperlihatkan usaha untuk meremehkan keaktifan
ini, karena dia menyatakan perjuangan ekonomi itu sendiri, yang disembah-sembah
oleh semua ekonomis, sebagai cara yang lebih baik, teristimewa penting dan
"paling luas dapat digunakan" untuk membangkitkan keaktifan ini, dan
sebagai lapangan untuknya. Kesalahan ini bersifat khas, justru karena ia
sekali-kali bukanlah kesalahan khusus Martinov saja. Sebenarnya,
"peningkatan keaktifan massa buruh" dapat dicapai hanya dengan syarat
jika kita tidak membatasi diri pada "agitasi
politik atas dasar ekonomi". Dan salah satu syarat pokok untuk perluasan
agitasi politik yang diperlukan ialah pengorganisasian pemblejetan poolitik
secara menyeluruh.
Pendidikan kesadaran politik dan keaktifan revolusioner kepada massa tidak
dapat
dilakukan dengan cara lain kecuali melalui pemblejetan-pemblejetan itu. Karena
itulah aktivitas semacam ini merupakan salah satu fungsi yang paling penting
dari seluruh sosial-demokrasi internasional, karena adanya kemerdekaan
politik pun sekali-kali tidak meniadakan
perlunya pemblejetan-pemblejetan itu, tetapi hanya sedikit mengalihkan lapangan
yang menjadi sasaran pemblejetan-pemblejetan itu. Misalnya, Partai Jerman
terutama memperkuat kedudukannya dan memperluas pengaruhnya justru berkat
enerji yang tak kendor-kendornya dalam melakukan kampanye pemblejetan politik. Kesadaran klas buruh
tidak dapat menjadi kesadaran politik yang sejati jika kaum buruh tidak dididik
memberi reaksi terhadap segala peristiwa, tanpa
kecuali,
tirani dan penindasan, kekerasan dan aniaya, tak peduli klas
mana
yang terkena. Lagipula memberi reaksi justru dari sudut pandangan
sosial-demokratis dan bukan dari sembarang sudut pandangan lain. Kesadaran massa buruh tak dapat menjadi
kesadaran klas yang sejati, jika kaum buruh tidak belajar mengamati dari sudut
fakta-fakta dan kejadian-kejadian politik konkrit dan lagi benar-benar hangat
(aktual) setiap klas sosial lainnya dan segala
manifestasi kehidupan intelektual, etika dan politik klas-klas ini; jika kaum
buruh tidak belajar menerapkan dalam praktek analisa materialis dan penilaian materialis mengenai segala segi
aktivitas dan kehidupan semua klas, lapisan dan
golongan penduduk. Orang yang memusatkan perhatian, pengamatan dan kesedaran
klas buruh semata-mata, ataupun terutama, pada diri klas buruh saja maka ia
bukanlah seorang sosial-demokrat; karena kesadaran diri klas buruh bertalian
secara tak terpisahkan tidak hanya dengan pengertian teori yang sepenuhnya
jelas-- bahkan lebih tepat mengatakan lebih banyak bertalian dengan pengertian
teori daripada dengan pengertian yang
diperoleh melalui pengalaman kehidupan politik mengenai hubungan-hubungan di
antara semua klas
dari masyarakat modern. Itulah sebabnya maka khotbah kaum ekonomis kita, bahwa
perjuangan ekonomi merupakan cara yang paling luas dapat digunakan untuk
menarik massa ke dalam gerakan politik, sangat merugikan dan amat sangat
reaksioner menurut arti paraktisnya. Untuk menjadi seorang sosial-demokrat,
seorang buruh harus mempunyai gambaran
yang jelas mengenai watak ekonomi dan aspek-aspek sosial serta politik
tuan tanah dan pendeta, pejabat tinggi negara dan petani, mahasiswa dan orang
gelandangan; dia harus tahu segi lemah dan segi kuat mereka; dia harus bisa
memahami ungkapan-ungkapan yang sangat laku dan macam-macam sofisme yang digunakan
oleh masing-masing klas dan masing-masoing lapisan untuk mengkamuflase
maksud-maksudnya yang egoistis dan "isi hatinya" yang sesungguhnya;
dia harus mengerti kepentingan-kepentingan apa yang dicerminkan oleh
lembaga-lembaga dan hukum-hukum tertentu dan bagaimana lembaga-lembaga dan
hukum-hukum tertentu itu mencerminkannya. Tetapi "gambaran yang
jelas" ini tidak dapat diperoleh dari buku. Ia dapat diperoleh hanyalah
dari situasi hidup dan dari pemblejetan-pemblejetan yang cepat-cepat mengikuti
apa yang sedang berlaku di sekitar kita pada saat tertentu, apa yang sedang diperbincangkan, dalam bisik-bisik
mungkin, oleh setiap orang menurut caranya sendiri, mengenai arti kejadian anu,
statistik anu, keputusan pengadilan anu, dst, dst. Pemblejetan-pemblejetan
politik secara menyeluruh ini merupakan syarat yang perlu dan pokok untuk
memberikan pendidikan keatifan revolusioner kepada massa.
Mengapa
kaum buruh Rusia masih memperlihatkan sedikit keatifan revolusioner dalam
hubungan dengan perlakuan sangat kejam polisi terhadap rakyat, dalam hubungan
dengan penguberan terhadap pengikut-pemgikut sekte-sekte agama, dengan
pemecutan kaum tani, dalam hubungan dengan sensor yang melampaui batas, dengan
penyiksaan serdadu-serdadu, penguberan terhadap usaha-usaha kebudayaan yang
paling tak berdosa, dll? Apakah bukan karena "perjuangan ekonomi"
tidak "mendorong" mereka untuk ini, karena aktivitas demikian itu sedikit "menjanjikan
hasil-hasil yang nyata yang berwujud", karena menghasilkan sedikit yang
"positif"? Tidak. Pendapat-pendapat yang demikian itu, kita ulangi,
tidak lain hanyalah usaha melemparkan kesalahan kepada orang lain, menyalahkan
massa buruh karena filistinismenya (yang juga merupakan Bernsteinisme) sendiri.
Kita harus menyalahkan diri kita sendiri, ketinggalan kita dari gerakan massa
karena kita masih belum sanggup mengorganisasi pemblejetan-pemblejetan yang
cukup luas, menyolok dan cepat mengenai semua kekejian ini. Apabila kita
melakukan itu (dan kita harus dan dapa melakukannya), buruh yang paling terbelakang
pun akan mengerti , atau akan merasa bahwa para mahasiswa dan pengikut sekte
agama, para muzyik (petani--Red. IP) dan para penulis dicaci-maki dan dihina
oleh kekuatan gelap itu juga yang menindas dan menggencet dia pada setiap
langkah hidupnya, dan, dengan merasakan itu, dia sendiri akan penuh keinginan
yang tak tertahankan untuk memberi reaksi terhadap hal-hal ini, maka hari ini
dia akan meneriakkan ejekan-ejekan terhadap sensor, besok dia akan
berdemonstrasi di muka rumah gubernur yang telah menindas pemberontakan petanid
dengan kejam, lusa dia kan menghajar gendarme yang mengenakan baju jubah padri
yang melakukan Pengadilan Suci, dsb. Kita masih sedikit sekali berbuat, hampir
tidak berbuat apa-apa, untuk menyebarkan pemblejetan-pemblejetan
yang menyeluruh dan baru di kalangan massa buruh. Banyak di antara kita bahkan
masih belum menyadari kewajiban kita ini, tetapi
secara spontan mengekor di belakang "perjuangan sehari-hari yang
boyak", dalam bingkai sempit kehidupan pabrik. Di bawah keadaan demikian
jika mengatakan bahwa "Iskra berkecenderungan
memperkecil arti proses maju perjuangan sehari-hari yang boyak dibanding dengan
propaganda ide-ide yang cemerlang dan lengkap-sempurna" (Martinov, hlm.
61)--berarti menyeret mundur Partai, berarti membela dan mengagung-agungkan
ketidaksiapan dan keterbelakangan kita.
Tentang
menyerukan kepada massa supaya beraksi, ini akan datang dengan sendirinya
segera sesdudah dilakukannya agitasi politik yang giat,
pemblejetan-pemblejetan yang hidup dan
menyolok. Menangkap basah seorang penjahat dan terus mencap dia di muka umum
dan dimana-mana dengan sendirinya jauh lebih efektif daripada
"seruan"; ini sering kali sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
orang menetapkan siapa sebenarnya yang "menyerukan" kepada orang
banyak dan siapa sebenarnya yang mengajukan rencana demonstrasi ini atau itu,
dll. Seruan-seruan untuk beraksi, bukan dalam arti kata yang umum, melainkan
dalam arti kata yang konkrit, dapat dikeluarkan hanya di tempat aksi itu; hanya
mereka yang melakukan aksi itu sendiri, dan melakukannya itu segera, yang dapat
mengeluarkanseruan-seruan itu. Dan urusan kita sebagai publisis-publisis
sosial-demokrat ialah memperdalam, memperluas dan memperhebat
pemblejetan-pemblejetan politik dan agitasi politik.
Sambil
lalu sepatah kata mengenai "seruan untuk beraksi". Satu-satunya
surat kabar yang sebelum
kejadian-kejadian pada musim semi menyerukan kepada kaum buruh supaya aktif
campur tangan dalam soal yang pasti tidak menjanjikan hasil
apa pun yang nyata berwujud bagi
kaum buruh, yaitu mewajibkan militer mahasiswa, ialah Iskra. Segera
sesudah pengumuman perintah 11 Januari tentang "pewajiban militer 183
mahasiswa", Iskra memuat artikel
tentang hal itu (dalam Nomor 2, Februari)64
dan sebelum
demonstrasi apa pun dimulai secara terbuka menyerukan kepada
"kaum buruh supaya membantu mahasiswa", menyerukan kepada
"rakyat" supaya secara terbukan tantangan sombong pemerintah itu.
Kami bertanya kepada semua tanpa kecuali: bagaimana menerangkan kenyataan yang
istimewa itu bahwa walaupun Martinov berbicara begitu banyak tentang
"seruan untuk beraksi" dan bahkan menonjolkan "seruan-seruan
untuk beraksi" sebagai suatu bentuk aktivitas khusus, dia sepatah kata pun
tidak menyebut-nyebut seruan ini? Sesudah ini,
bukankah pernyataan Martinov bahwa Iskra berat
sebelah
karena ia tidak cukup "menyerukan" perjuangan untuk tuntutan-tuntutan
yang "menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud" itu filistinisme?
Kaum
ekonomis kita, termasuk Raboceye Dyelo,
mendapat sukses besar karena mereka menjilat kepada kaum buruh yang
terbelakang. Tetapi buruh sosial-demokrat, buruh revolusioner (dan jumlah buruh
demikian itu terus meningkat) dengan marah akan menolak segala omongan tentang
perjuangan untuk tuntutan-tuntutan "yang menjanjikan hasil-hasil yang
nyata berwujud" ini, dll, karena dia akan mengerti bahwa ini hanyalah
suatu variasi dari lagu lama tentang tambahan satu kopek per rubel. Buruh
demikian itu akan mengatakan kepada penasehat-penasehatnya dari Rabocaya
Misl
dan Raboceye
Dyelo:
kalian membuang-buang waktu saja, tuan-tuan, dan menyingkiri
kewajiban-kewajiban tuan sendiri dengan terlalu getol turut campur dalam
pekerjaan yang dapat kami tanggulangi sendiri. Kan sama sekali bukan sesuatu
yang pintar ketika tuan mengatakan bahwa
tugas kaum sosial-demokrat ialah memberikan watak politik kepada perjuangan
ekonomi itu sendiri; ini hanyalah permulaan, tetapi bukan tugas pokok kaum
sosial-demokrat. Karena di seluruh dunia, termasuk Rusia, polisi
itu sendiri sering mulai memberi watak politik
kepada perjuangan ekonomi, dan kaum buruh sendiri belajar mengerti siapa yang
didukung oleh pemerintah*.
"Perjuangan ekonomi kaum buruh menentang kaum majikan dan
pemerintah", yang begitu banyak kalian ributkan seakan-akan kalian telah
menemukan Amerika baru, sedang dilakukan di banyak tempat jauh terpencil di
Rusia oleh kaum buruh sendiri yang sudah mendengar pemogokan-pemogokan, tetapi
yang hampir belum mendengar apa-apa tentang sosialisme. "Keaktifan"
yang hendak kalian dorong di kalngan kami kaum buruh dengan mengajukan
tuntutan-tuntutan konkrit yang menjanjikan hasil yang nyata berwujud, sudah ada
pada kami dan dalam pekerjaan kecil-kecilan keserikatburuhan sehari-hari kami,
kami sendiri mengajukan tuntutan-tuntutan konkrit ini, sering sekali tanpa bantuan
apa pun dari kaum intelektual. Tetapi keaktifan demikian itu
tidak cukup bagi kami; kami bukanlah anak-anak yang harus disuapi bubur encer
politik "ekonomi" saja; kami ingin tahu segala sesuatu yang diketahui
oleh orang lain; kami ingin mengetahui seluk-beluk dari segala
segi
kehidupan politik dan ambil bagian dengan aktif dalam
setiap kejadian politik. Agar kami dapat melakukan ini, kaum intelektual harus
mengurangi bicara kepada kami tentang
apa yang sudah kami ketahui*, dan
lebih banyak menceritakan kepada kami tentang apa yang belum kami ketahui dan
apa yang tak pernah dapat kami ketahui dari pengalaman pabrik dan pengalaman
"ekonomi" kami, yaitu: pengetahuan politik. Kalian kaum intelektual
dapat memperoleh pengetahuan ini, dan kewajiban
kalianlah untuk membawanya kepada kami seratus dan seribu kali lebih banyak
daripada yang telah kalian lakukan hingga sekarang; dan lagi kalian harus
membawanya kepada kami, tidak hanya dalam bentuk argumen-argumen, brosur-brosur
dan artikel-artikel (yang terkadang--maafkan keterusterangan kami---agak
boyak), tetapi justru dalam bentuk pemblejetan-pemblejetan yang
hidup tentang apa yang sedang dilakukan oleh pemerintah kita dan klas-klas
berkuasa kita pada saat ini juga di segala bidang kehidupan. Cobalah curahkan semangat
lebih besar lagi pada pelaksanaan kewajiban ini, dan kurangilah
bicara tentang "meningkatkan keaktifan massa buruh"!
keaktifan kami jauh lebih besar daripada yang kalian kira dan kami sanggup
mendukung dengan perjuangan terbuka di jalan-jalan tuntutan-tuntutan yang tidak
menjanjikan "hasil" apa pun "yang nyata berwujud"! Dan
bukanlah kalian yang harus "meningkatkan" keaktifan kami, karena justru
keaktifan itu yang tidak cukup pada kalian sendiri.
Kurangilah pemujaan kepada spontanitas, dan pikirkanlah lebih banyak tentang
peningkatan keaktifan kalian sendiri, tuan-tuan!
*
D. APA PERSAMAAN ANTARA EKONOMISME DENGAN
TERORISME?
Di atas,
dalam catatan bawah halaman, kami mengutip pendapat seorang ekonomis dan
seorang teroris bukan sosial-demokrat yang kebetulan sependapat. Akan tetapi,
berbicara secara umum, diantara keduanya tidak ada hubungan yang kebetulan,
melainkan hubungan intern yang bersifat keharusan, hal yang mana harus kami
bicarakan lebih lanjut, tetapi yang harus disinggung di sini ialah soal
pendidikan keaktifan revolusioner. Kaum ekonomis dan kaum teroris masa kini
mempunyai satu akar yang sama, yaitu pemujaan
kepada spontanitas, yang telah kami bicarakan dalam bab di
muka sebagai suatu gejala umum, dan yang sekarang akan kami tinjau dalam
hubungan dengan pengaruhnya atas aktivitas politik dan perjuangan politik.
Sepintas kilas, pernyataan kami mungkin tampaknya seperti paradoks: begitu
besar perbedaan antara orang-orang yang menitikberatkan "perjuangan
sehari-hari yang boyak" dengan orang -orang yang menuntut perjuangan yang
paling menuntut pengorbanan diri dari perseorangan. Tetapi ini bukanlah
paradoks. Kaum ekonomis dan kaum teroris memuja kutub aliran spontan yang
berbeda-beda: kaum ekonomis memuja spontanitas "gerakan buruh semata-mata",
sedang kaum teroris memuja spontanitas amarah yang meradang dari kaum
intelektual yang tidak mampu atau tidak mempunyai kesempatan untuk menyatukan
pekerjaan revolusioner dengan gerakan buruh menjadi satu kesatuan yang utuh.
Memang sulit bagi orang-orang yang telah kehilangan kepercayaannya, atau yang
belum pernah percaya bahwa hal ini mungkin, untuk menemukan suatu jalan keluar
lain bagi rasa amarah dan enerji revolusionernya kecuali teror. Jadi, pemujaan
kepada spontanitas dari kedua aliran yang telah kami sebut di atas tak lain
hanyalah permulaan pelaksanaan program Credo yang
terkenal busuk itu: Biarkan kaum buruh melakukan "perjuangan ekonomi"
mereka "menentang kaum majikan dan pemerintah" (kami minta maaf
kepada penulis Credo karena menyatakan
ide-idenya dengan kata-kata Martinov! Kami berpendapat, kami berhak berbuat
demikian karena Credo juga mengatakan
bahwa dalam perjuangan ekonomi kaum buruh "berhadapan dengan rezim
politik"), dan biarkan kaum intelektual melakukan perjuangan politik dengan
usaha-usaha mereka sendiri-- dengan bantuan teror, tentu saja! Ini adalah kesimpulan yang
sepenuhnya logis dan tak terelakkan, yang harus dipegang teguh--meskipun
orang-orang yang mulai melaksanakan program ini tidak
menyadari sendiri bahwa kesimpulan ini tak dapat
dielakkan. Aktivitas politik mempunyai
logikanya sendiri yang tidak bergantung pada kesadaran orang-orang yang, dengan
maksud-maksud terbaik, menyerukan tindakan teror atau pemberian watak politik
kepada perjuangan ekonomi itu sendiri. Jalan ke neraka bertabur dengan
maksud-maksud baik, dan, dalam hal ini, maksud-maksud baik tidak menyelamatkan
orang dari terseret secara spontan "sepanjang garis program Credo
yang semata-mata borjuis. Bukanlah kebetulan pula bahwa banyak
orang liberal Rusia-- orang-orang liberal yang terang-terangan dan orang-orang
liberal yang berkedok Marxisme-- dengan sepenuh hati bersimpati pada teror dan
sedang mencoba terus menghidupkan gelombang sentimen-sentimen teroris dewasa
ini.
Dan
pembentukan Grup Swoboda Sosialis-Revolusioner--yang
menetapkan untuk dirinya sendiri tugas membantu gerakan buruh secara
menyeluruh, tetapi yang memasukkan teror dalam programnya, dan
pembebasan, boleh dikatakan, dari sosial-demokrasi--kenyataan ini sekali lagi
membenarkan ketajaman pandangan yang istimewa dari P. B. Akselrod yang secara hurufiah
meramalkan akibat-akibat kebimbangan sosial-demokrat ini sudah
pada akhir tahun 1897 (Tugas-Tugas Dan Taktik Dewasa Ini), ketika
dia menguraikan secara garis besar "dua perspektif"nya yang istimewa
itu. Semua perdebatan dan perbedaan pendapat selanjutnya di kalangan kaum
sosial-demokrat Rusia sudah terkandung, bagaikan tetumbuhan dalam benih, dalam
dua perspektif* ini.
Dilihat
dari sudut ini menjadi jelas pula mengapa Raboceye Dyelo, karena
tak dapat melawan spontanitas ekonomisme, telah tak dapat pula melawan
spontanitas terorisme. Sangatlah menarik untuk menyebutkan di sini
argumen-argumen spesifik yang dikemukakan oleh Swoboda dalam
membela terorisme. Ia "mengingkari sama sekali" peranan intimidasi
dari terorisme (Kelahiran Kembali Revolusionisme,
hlm.64), tetapi malahan menekankan "arti merangsang"nya. Ini adalah
khas, pertama, sebagai hal yang menggambarkan salah satu tingkat kebobrokan dan
kemerosotan lingkaran ide-ide tradisional (pra sosial-demokratis) yang tetap
mempertahankan terorisme. Mengakui bahwa pemerintah sekarang tak dapat
"ditakut-takuti"---dan oleh karenanya tidak dapat dikacaukan-- dengan
teror, berarti, bahwa pada hakekatnya, menghukum teror sepenuhnya sebagai suatu
sistem perjuangan, sebagai suatu bidang aktivitas yang dikukuhkan oleh program.
Kedua, ini lebih-lebih lagi khas sebagai suatu contoh ketidakmengertian
mengenai tugas kita yang terdekat dalam usaha "memberikan pendidikan
keaktifan revolusioner kepada massa". Swoboda
mempropagandakan teror sebagai suatu cara guna "merangsang" gerakan
buruh, dan guna memberikan padanya suatu "dorongan keras". Suakrlah
membayangkan suatu argumen yang lebih
membantah diri sendiri daripada argumen ini. Tidakkah cukup banyak
perbuatan jahat yang dilakukan dalam kehidupan Rusia sehingga harus
dikarang-karang "perangsang-perangsang" khusus? Dan di pihak lain,
tidakkah jelas bahwa orang yang tidak terangsang dan tidak dapat dirangsang
bahkan oleh kesewenang-wenangan Rusia akan menonton sambil
"mengorek-ngorek hidung" beberapa gelintir teroris melakukan
perkelahian seorang lawan seorang dengan pemerintah? Justru soalnya ialah bahwa
massa buruh sangat terangsang oleh kekejian-kekejian dalam kehidupan Rusia,
tetapi kita tak mampu mengumpulkan, kalau orang boleh mengatakan demikian, dan
memusatkan semua tetes dan cucuran dari keterangsangan rakyat yang ditimbulkan
oleh keadaan kehidupan Rusia dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripoada yang
kita bayangkan dan kira-kira, tetapi justru yang perlu dipadukan menjadi satu arus
raksasa. Bahwa tugas ini dapat dilaksanakan dibuktikan dengan tak dapat
dibantah oleh perkembangan maha besar gerakan buruh dan kedambaan kaum buruh
akan literatur politik, yang sudah kami sebutkan di atas. Di pihak lain, seruan-seruan
supaya melakukan teror dan seruan-seruan supaya memberi watak politik kepada
perjuangan ekonomi itu sendiri hanyalah dua bentuk yang berbeda untuk menjauhi
kewajiban yang paling mendesak dari kaum revolusioner Rusia, yaitu
mengorganisasi agitasi politik yang meliputi banyak segi. Swoboda ingin mengganti agitasi
dengan teror, dengan terang-terangan mengakui bahwa "segera sesudah
agitasi yang ditingkatkan dan giat dimulai di kalangan massa maka akan
selesailah peranan merangsang dari teror". (Kelahiran
Kembali Revolusionisme, hlm. 68). Inilah justru yang menunjukkan
bahwa baik kaum teroris maupun kaum ekonomis meremehkan keaktifan
revolusioner massa, kendatipun ada bukti yang menyolok dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada musim semi*,dan
kalau kaum teroris pergi mencari "perangsang-perangsang" buatan, kaum
ekonomis berbicara tentang "tuntutan-tuntutan konkrit". Tetapi
kedua-duanya tidak mencurahkan cukup perhatian pada pengembangan keaktifan
mereka
sendiri dalam
agitasi politik dan dalam mengorganisasi pemblejetan-pemblejetan politik. Dan
tak ada pekerjaan lain yang dapat menjadi pengganti untuk
pekerjaan ini baik di waktu sekarang maupun di waktu lain mana pun juga.
*
E. KLAS
BURUH SEBAGAI PEJUANG PELOPOR UNTUK DEMOKRASI
Telah
kita lihat bahwa penyelenggaraan agitasi politik yang seluas-luasnya, dan oleh
karenanya pengorganisasian pemblejetan-pemblejetan politik yang meliputi banyak
hal, merupakan tugas aktivitas yang mutlak perlu dan paling
mendesak, yaitu jika aktivitas itu harus betul-betul
sosial-demokratis. Akam tetapi kita sampai pada kesimpulan ini semata-mata
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan mendesak klas buruh akan pengetahuan politik
dan pendidikan politik. Tetapi sebenarnya mengemukakan soal demikian saja
terlalu sempit, karena ia mengabaikan tugas-tugas demokratis umum
sosial-demokrasi pada umumnya dan tugas-tugas sosial-demokrasi Rusia masa kini
pada khususnya. Untuk menerangkan hal itu secara lebih kongkrit kita kan
mencoba mendekati masalahnya dari segi yang "paling dekat" dengan
ekonomis, yaitu dari segi praktis. "Semua orang sependapat" bahwa
perlu mengambangkan kesadaran politik klas buruh. Soalnya ialah, bagaimana
mengerjakannya,
apa yang dibutuhkan untuk mengerjakan ini? Perjuangan ekonomi hanyalah
"menyadarkan" kaum buruh akan soal-soal mengenai sikap pemerintah
terhadap klas buruh. Karena itu, bagaimanapun juga
usaha kita untuk "memberi watak politik kepada perjuangan
ekonomi itu sendiri" kita tak akan dapat
mengembangkan kesadaran politik kaum buruh (sampai pada tingkat kesadaran
politik sosial-demokratis) di dalam rangka perjuangan ekonomi, karena rangka
itu terlalu sempit. Rumus Martinov berharga bagi kita, bukan
karena rumus itu mengggambarkan kemampuan Martinov mengacaukan sesuatu,
melainkan karena ia secara menonjol mengungkapkan kesalahan fundamental
yang dilakukan oleh semua orang
ekonomis, yaitu keyakinan mereka bahwa orang mungkin mengembangkan kesadaran
politik klas kaum buruh, boleh dikatakan, dari dalam perjuangan
ekonomi mereka, yaitu bertolak semata-mata (atau setidak-tidaknya pada
pokoknya) dari perjuangan ini, berdasarkan semata-mata (atau setidak-tidaknya
pada pokoknya) perjuangan ini. Pandangan demikian itu salah secara fundamental.
Justru karena kaum ekonomis jengkel karena polemik-polemik kita dengan mereka,
maka mereka tidak mau merenungkan dalam asal-usul perbedan-perbedaan pendapat
ini, sehingga akibatnya kita sama-sekali tidak saling mengerti, berbicara dalam
bahasa yang berlainan.
Kesadaran
politik klas dapat ditanamkan pada kaum buruh hanya dari luar, yaitu
dari luar perjuangan ekonomi, dari luar lingkungan hubungan-hubungan antara
kaum buruh dngan kaum majikan. Lingkungan satu-satunya darimana pengetahuan ini
mungkin ditimba ialah lingkungan hubungan-hubungan antara semua klas
dan lapisan dengan negara dan pemerintah, lingkungan saling hubungan di antara semua klas.
Karena itu, atas pertanyaan: apa yang harus dikerjakan untuk memberi
pengetahuan politik kepada kaum buruh? Kita tidak bisa memberi satu-satunya
jawaban yang dalam kebanyakan hal sudah memuaskan pekerja-pekerja praktis,
terutama pekerja-pekerja praktis yang condong kepada ekonomisme, yaitu
"pergi ke kalangan kaum buruh". Untuk memberikan pengetahuan politik
kepada kaum
buruh,
kaum sosial-demokrasi harus pergi ke kalangan semua klas penduduk, harus
mengirim satuan-satuan tentaranya ke segala jurusan.
Kita
sengaja memilih rumus yang kaku ini, kita sengaja menyatakan pendirian kita
secara sederhana dan blak-blakan --bukan karena kita ingin memperturutkan hati
untuk berbicara dalam paradoks-paradoks, melainkan untuk secara baik-baik
"menyadarkan" kaum ekonomis akan tugas-tugas yang mereka abaikan
dengan tak termaafkan, untuk membuat mereka mengerti akan perbedaan antara
politik trade-unionis dengan politik sosial-demokratis yang mereka tak mau
memahaminya. Dan karena itu kami minta kepada pembaca supaya jangan naik darah,
tetapi dengarkanlah dengan cermat sampai habis.
Ambillah
tipe lingkaran orang-orang sosial-demokrat yang telah sangat meluas dalam
beberapa tahun yang lalu dan telitilah pekerjaannya. Ia mempunyai
"hubungan-hubungan dengan kaum buruh", dan merasa puas dengan ini,
mengeluarkan surat-surat sebaran dimana penyalahgunaan di pabrik-pabrik,
keberatsebelahan pemerintah ke pihak kaum kapitalis dan tindakan kekerasan polisi
dilabrak. Dalam rapat-rapat kaum buruh pembicaraan-pembicaraan biasanya tidak
atau jarang keluar dari batas-batas tema ini. Laporan-laporan dan
pembicaraan-pembicaraan mengenai sejarah gerakan revolusioner, mengenai
soal-soal politik dalam dan luar negeri pemerintah kita, mengenai soal-soal
evolusi ekonomi Rusia dan Eropa, dan kedudukan berbagai klas dalam masyarakat
modern, dsb, sangat jarang. Mengenai penyelenggaraan dan perluasan hubungan
secara sistematis dengan klas-klas lain dalam masyarakat, tak seorang pun yang
memikirkannya. Sebetulnya aktivis yang ideal, sebagaimana kebanyakan anggota
lingkaran-lingkaran demikian itu menggambarkannya, adalah sesuatu yang lebih
mirip seorang sekretaris serikat buruh daripada mirip seorang
sosialis--pemimpin politik. Karena sekretaris serikat buruh mana saja,
misalnya, serikat buruh Inggris, selalu membantu kaum buruh melakukan
perjuangan ekonomi, membantu mengorganisasi pemblejetan di pabrik, menjelaskan
ketidakadilan undang-undang dan tindakan-tindakan yang merintangi kebebasan
mogok dan kebebasan berpiket (yaitu, untuk memperingatkan semua orang bahwa di
suatu pabrik tertentu pemogokan sedang berlangsung), menjelaskan tentang
keberatsebelahan hakim-hakim pengadilan arbitrasi yang termasuk klas-klas
borjuis, dsb,dsb. Pendek kata, setiap sekretaris buruh melakukan dan membantu
melakukan "perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah".
Dan tidak cukup hanya menenkankan bahwa ini belum
sosial-demokratisme. Cita-cita seorang sosial-demokrat seharusnya bukan menjadi
seorang sekretaris serikat buruh, melainkan menjadi mimbar
rakyat,
yang pandai memberi reaksi terhadap segala manifestasi keseweng-wenangan dan
penindasan, tak peduli dimana terjadinya, tak peduli lapisan atau klas mana
yang terkena; dia harus pandai menggeneralisasi semua manifestasi ini menjadi
satu gambaran tentang tindakan kekerasan polisi dan penghisapan kapitalis; dia
harus pandai mengggunakan setiap peristiwa, betapapun juga kecilnya, untuk
menjelaskan keyakinan-keyakinan sosialisnya dan tuntutan-tuntutan demokratisnya
kepada semua
orang,
untuk menjelaskan kepada semua orang tanpa
kecuali arti yang bersejarah-dunia dari perjuangan proletariat untuk
pembebasan. Bandingkanlah, misalnya, seorang aktivis seperti Robert Knight
(sekretaris dan pemimpin terkenal Perhimpunan Pembikin Ketel Uap, salah satu
serikat buruh yang paling kuat di Inggris) dengan Wilhelm Liebnecht, dan coba
terapkan pada mereka pertentangan-pertentangan yang digambarkan oleh Martinov
dalam perbedaan pendapat dengan Iskra. Kalian akan melihat --saya
baca sepintas lalu artikel Martinov--bahwa Robert Knight lebih banyak
mengeluarkan "seruan kepada massa supaya melakukan aksi-aksi kongkrit
tertentu" (hlm. 39) sedang Wilhelm Liebnecht lebih banyak memberikan
"penerangan secara revolusioner tentang seluruh sistem sekarang atau
manifestasi-manifestasinya secara sebagian-sebagian" (hlm. 38-39); bahwa
Robert Knight "merumuskan tuntutan-tuntutan terdekat proletariat dan
menunjukkan cara untuk pencapaiannya" (hlm. 41), sedang Wilhelm Liebnecht,
sementara melakukan ini, tidak menampik "bersamaan itu memimpin
aktivitas-aktivitas berbagai lapisan oposisi", "mendiktekan program
aksi yang positif bagi mereka"* (hlm.
41); bahwa justru Robert Knightlah yang berusaha keras "untuk sedapat
mungkin memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri" (hlm.
42) dan dengan ulung dapat "mengajukan kepada pemerintah tuntutan-tuntutan
kongkrit yang menjanjikan hasil-hasil tertentu yang nyata berwujud" (hlm.
43), sedang W. Liebnecht jauh lebih banyak melakukan "pemblejetan-pemblejetan"
yang "berat sebelah" (hlm. 40); bahwa Robert Knight lebih banyak
menaruh arti pada "gerak maju perjuangan ekonomi sehari-hari yang
boyak" (hlm. 61) sedang W. Liebnecht lebih banyak menaruh arti pada "propaganda
tentang ide-ide yang cemerlang dan lengkap-sempurna" (hlm. 61); bahwa W.
Liebnecht mengubah surat kabar yang dipimpinnya menjadi "sebuah organ
revolusioner yang memblejeti sistem di negeri kita, terutama sistem politik,
karena ia mengenai kepentingan-kepentigan lapisan penduduk yang sangat
bermacam-macam" (hlm. 63), sedang Robert Knight "bekerja untuk usaha
buruh dalam hubungan organis yang erat dengan perjuangan proletar" (hlm.
63) --jika dengan "hubungan erat dan organis" itu itu dimaksudkan
pemujaan kepada spontanitas yang kita tinjau di atas dengan menggunakan contoh
Kricevski dan Martinov --dan "membatasi lingkungan pengaruhnya",
dengan keyakinan, tentu saja, seperti juga Martinov, bahwa dia "dengan
demikian meningkatkan pengaruh itu" (hlm. 63). Pendek kata kalian akan
melihat bahwa de fakto*
Martinov memerosotkan sosial-demokrasi ke tingkat trade-unionisme, meskipun,
sudah barang tentu, dia berbuat demikian bukan karena dia tidak menginginkan
hal kebaikan sosial-demokrasi, melainkan semata-mata karena dia agak terlalu
terburu-buru mau memperdalam Plekhanov, dan bukannya berjerih payah untuk
memahami Plekhanov.
Akan
tetapi baiklah kita kembali pada uraian kita. Kita katakan bahwa seorang sosial-demokrat, jika dia tidak dalam
kata-kata saja menyetujui perlunya mengembangkan secara menyeluruh kesadaran
politik proletariat, harus "pergi ke kalangan semua klas penduduk".
Ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan: Bagaimana harus melakukan ini? Apakah
kita cukup mempunyai kekuatan untuk melakukan ini? Adakah dasar untuk pekerjaan
demikian itu di kalangan semua klas lainnya? Apakah ini tidak akan berarti
mundur, atau mengakibatkan pengunduran, dilihat dari sudut pendirian klas?
Baiklah kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini.
Kita
harus "pergi ke kalangan semua klas penduduk" sebagai ahli teori,
sebagai propagandis, sebagai agitator dan sebagai organisator. Tak seorang pun
meragukan bahwa pekerjaan teori dari kaum sosial-demokrat harus ditujukan untuk
mempelajari segala ciri kedudukan sosial dan politik berbagai klas. Tetapi
dalam hubungan ini sedikit dan sedikit sekali, tak sepadan kecilnya jika
dibandingkan dengan pekerjaan yang dipusatkan untuk mempelajari ciri-ciri
kehidupan pabrik. Dalam komite-komite dan lingkaran-lingkaran, kalian akan
menjumpai orang-orang yang malahan mendalami suatu cabang khusus dari industri
logam, tetapi orang hampir tak pernah menemui anggota organisasi-organisasi
(yang, sebagaimana sering terjadi, karena satu atau lain sebab terpaksa
meninggalkan pekerjaan praktis) yang
khusus melakukan pengumpulan bahan-bahan mengenai suatu soal yang mendesak dari
kehidupan sosial dan politik negeri kita yang dapat memberi alasan untuk
melakukan pekerjaan sosial-demokratis di kalangan lapisan-lapisan penduduk lainnya. Dalam
membicarakan kekurangan pendidikan dari kebanyakan pemimpin gerakan buruh masa
kini, kita tidak bisa tidak juga menyebutkan hal pendidikan dalam hubungan ini,
karena ini pun berkaitan dengan konsepsi "ekonomi" tentang
"hubungan organis yang erat dengan perjuangan proletar". Tetapi yang
pokok tentu saja propaganda dan agitasi di
kalangan semua lapisan rakyat. Bagi sosial-demokrat Eropa Barat tugas ini
dipermudah oleh rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan umum, di mana hadir siapa
saja
yang mau, dan oleh parlemen di mana dia berpidato di muka wakil-wakil semua klas.
Baik parlemen maupun kebebasan berapat tidak ada pada kita, walaupun demikian
kita dapat menyelenggarakan rapat-rapat umum kaum buruh yang ingin mendengarkan seorang sosial-demokrat.
Kitra harus dapat juga menyelenggarakan rapat-rapat para wakil semua klas
penduduk yang ingin mendengarkan seorang demokrat. Karena mereka yang dalam
kenyataan melupakan bahwa "kaum komunis menyokong setiap gerakan
revolusioner", bahwa kita karena itu berkewajiban membentangkan dan
menekankan tugas-tugas demokratis umum dihadapan seluruh rakyat, tanpa
sesaat pun menyembunyikan keyakinan-keyakinan sosialis kita, bukanlah orang
sosial-demokrat. Mereka yang dalam kenyataan melupakan kewajibannya mendahului
semua orang dalam mengajukan, menonjolkan dan memecahkan setiap masalah
demokratis umum, bukanlah orang sosial-demokrat.
"Tetapi
semua orang pasti setuju dengan ini!" --seru pembaca yang tidak sabar--
dan instruksi baru yang diterima oleh Kongres Perserikatan yang lalu65 untuk dewan redaksi Raboceye
Dyelo
secara tegas mengatakan: "Semua gejala dan kejadian kehidupan sosial dan
politik yang mengenai proletariat baik secara langsung sebagai suatu klas
khusus maupun sebagai
pelopor semua kekuatan revolusioner dalam perjuangan untuk kebebasan
haruslah menjadi alasan-alasan untuk propaganda dan agitasi politik" (Dua
Kongres,
hlm. 17, kursif dari kami). Ya, ini adalah kata-kata yang tepat sekali dan
sangat bagus dan kita akan puas sepenuhnya jika Raboceye Dyelo
memahaminya, jika ia berbarengan dengan itu tidak mengatakan sesuatu yang jutru merupakan kebalikannya. Karena
tidaklah cukup menamakan diri kita sendiri "pelopor", detasemen
depan; kita harus bertindak sebagai itu; kita harus bertindak begitu rupa
sehingga semua detasemen lainnya akan melihat
kita, dan terpaksa mengakui bahwa kita berjalan di baris depan. Dan kita
bertanya kepada pembaca: Apakah wakil-wakil dari
"detasemen-detasemen" lainnya itu orang-orang yang begitu tolol
sehingga percaya pada kata-kata kita begitu saja bilamana kita mengatakan bahwa
kita adalah "pelopor"? Coba bayangkan sendiri yang berikut ini:
Seorang sosial-demokrat datang kepada "detasemen" kaum radikal
terpelajar Rusia, atau kaum konstitusionalis liberal, dan berkata: Kami adalah
pelopor, "tugas yang kami hadapi sekarang ialah sedapat mungkin memberi
watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri". Si radikal, atau si
konstitusionalis, jika dia sedikit cerdas (dan di kalangan kaum radikal dan
kaum konstitusionalis Rusia terdapat banyak orang cerdas), hanya akan tersenyum
mendengar omongan semacam itu, dan akan berkata (kepada diri sendiri, tentu
saja, karena dalam kebanyakan hal dia adalah seorang diplomat yang
berpengalaman): "Barisan pelopormu tentunya terdiri dari orang-orang
tolol! Mereka bahkan tidak mengerti bahwa tugas kamilah, tugas wakil-wakil
progressif dari demokrasi borjuis untuk memberi watak politik kepada perjuangan
ekonomi kaum buruh itu sendiri. Nah, kami juga,
seperti semua borjuis Eropa Barat, mau menarik kaum buruh ke dalam politik, tetapi
justru ke dalam politik trade-unionis, dan bukan ke dalam politik
sosial-demokratis. Politik trade-unionis dari klas buruh
adalah justru politik borjuis dari
klas buruh. Dan perumusan oleh "pelopor" itu mengenai tugas-tugasnya
adalah justru rumus untuk politik trade-unionis! Karena itu, biarkan mereka
bahkan menamakan dirinya kaum sosial-demokrat sesuka hatinya. Saya bukanlah
anak-anak yang bisa menjadi naik darah karena cap. Asalkan mereka tidak terkena
pengaruh kaum dogmatis ortodoks yang jahat, asalkan mereka memberikan
"kebebasan mengkritik" kepada orang-orang yang dengan tidak sadar
mendorong sosial-demokrasi ke saluran trade-unionis!"
Dan
ketawa kecil dari konstitusionalis kita itu akan menjadi ketawa tebahak-bahak
apabila dia tahu bahwa orang-orang sosial-demokrat yang berbicara tentang
kepeloporan sosial-demokrasi masa kini, di kala spontanitas hampir sepenuhnya
mendominasi gerakan kita, tidak ada yang lebih ditakutinya daripada
"meremehkan unsur spontan", daripada "meremehkan arti kemajuan
perjuangan sehari-hari yang boyak, jika dibandingkan
dengan propaganda tentang ide-ide yang cemerlang dann lengkap-sempurna",
dsb, dsb! Barisan "pelopor" yang takut kalua-kalau kesadaran akan
melampaui spontanitas, yang takut mengajukan suatu "rencana" yang
berani yang akan memaksa pengakuan umum bahkan di kalangan orang-orang yang
berpikir lain dengan kita! Apakah mereka tidak mencampuradukkan kata
"barisan pelopor" dengan kata "barisan belakang"?
Renungkanlah
pemikiran Martinov berikut ini. Pada halaman 40 dia mengatakan bahwa taktik
pemblejetan Iskra adalah berat sebelah, bahwa
"betapapun banyaknya kita sebarkan rasa tidak percaya dan kebencian
terhadap pemerintah, kita tidak akan mencapai tujuan kita selama kita belum
berhasil mengembangkan kekuatan sosial yang cukup aktif untuk menggulingkannya".
Ini, dikatakan dalam tanda kurung, adalah urusan yang sudah kita ketahui untuk
meningkatkan keaktifan massa, sementara berusaha membatasi keaktifannya
sendiri. Tetapi sekarang ini bukan itu soalnya. Karena itu Martinov di sini
berbicara tentang kekuatan revolusioner
("untuk menggulingkan"). Dan kesimpulan apa yang dicapainya? Karena
di waktu-waktu biasa berbagai lapisan sosial tidak dapat tidak berjalan
sendiri-sendiri, "maka itu jelaslah bahwa kita kaum sosial-demokrat tak
dapat dengan serempak memimpin aktivitas-aktivitas berbagai lapisan oposisi,
kita tak dapat mendiktekan kepada mereka program aksi yang positif, kita tidak
dapat menunjukkan kepada mereka dengan cara apa mereka harus berjuang untuk
kepentingan-kepentingan mereka sehari-hari….. Lapisan-lapisan liberal akan
mengurus sendiri perjuangan aktif untuk kepentingan-kepentingan terdekat mereka
dan perjuangan itu akan membawa mereka berhadapan muka dengan rezim politik
negeri kita" (hlm. 41). Dengan demikian, setelah mulai dengan berbicara
tentang kekuatan revolusioner, tentang perjuangan aktif untuk menggulingkan
otokrasi, Martinov segera beralih ke kekuatan serikat buruh, ke perjuangan
aktif untuk kepentingan-kepentingan terdekat! Dengan sendirinya jelaslah bahwa
kita tak dapat memimpin perjuangan mahasiswa, kaum liberal, dll, untuk
"kepentingan-kepentingan terdekat" mereka, tetapi soalnya bukan ini,
tuan ekonomis yang terhormat! Persoalan yang kita bicarakan ialah keikutsertaan
yang mungkin dan perlu dari berbagai lapisan sosial dalam menggulingkan
otokrasi; dan kita tidak hanya dapat, tetapi bahkan
mutlak harus memimpin "aktivitas-aktivitas berbagai lapisan oposisi" ini jika
kita ingin menjadi "pelopor". Bukan hanya para mahasiswa kita, kaum
liberal kita, dll, itu sendiri akan mengurus "perjuangan yang akan membawa
mereka berhadapan muka dengan rezim politik negeri kita"; polisi dan
pejabat-pejabat pemerintah otokrasi itu sendiri akan pertama-tama dan
lebih-lebih mengurus ini. Tetapi "kita", jika kita ingin menjadi kaum
demokrat yang maju, harus menjadikan urusan kita mendorong
orang-orang yang tidak puas hanya dengan keadaan di
universitas, atau hanya dengan keadaan Zemstwo66,
dsb, untuk berpikir bahwa sistem politik seluruhnya sama sekali tak ada
harganya. Kita harus memikul tugas mengorganisasi
perjuangan politik yang meliputi segala segi di bawah pimpinan Partai kita dengan
cara yang sedemikian rupa sehingga memperoleh segala dukungan yang mungkin dari
semua lapisan oposisi untuk perjuangan itu dan untuk Partai kita. Kita harus
mendidik para pekerja praktis sosial-demokrat untuk menjadi pemimpin-pemimpin
politik, yang cakap memimpin segala manifestasi perjuangan yang meliputi segala
segi ini, yang cakap pada saat yang diperlukan "mendiktekan program aksi
yang positif" kepada para mahasiswa yang resah, anggota-anggota Zemstwo
yang tidak puas, sekte-sekte agama yang marah, guru-guru sekolah dasar yang
merasa tersinggung, dsb, dsb. Karena itu, pernyataan Martinov, salah
sama sekali-- bahwa "mengenai mereka ini, kita dapat tampil
ke depan hanya dalam peranan negatif sebagai
pemblejet-pemblejet penyalahgunaan….kita hanya
dapat" (kursif dari kami) "membuyarkan harapan-harapan yang mereka
letakkan pada berbagai komisi pemerintah". Dengan mengatakan demikian
Martinov menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mengerti apa-apa tentang
peranan yang harus benar-benar dilakukan oleh "pelopor" revolusioner.
Jika pembaca mengingat hal ini, maka ia akan jelas mengenai arti
yang sesungguhnya dari kata-kata penutup Martinov yang
berikut: "Iskra adalah organ oposisi
revolusioner yang memblejeti keadaan di negeri kita, terutama keadaan politik
karena ia mengenai kepentingan-kepentingan lapisan penduduk yang sangat
bermacam-macam. Akan tetapi kita bekerja dan akan terus bekerja untuk usaha
buruh dalam hubungan organis yang erat dengan perjuangan proletar. Dengan
menyempitkan lingkungan pengaruh kita, maka dengan demikian kita memperumit
pengaruh itu sendiri" (hlm. 63). Arti yang sebenarnya dari kesimpulan ini
sebagai berikut: Iskra ingin meningkatkan politik
trade-unionis dari klas buruh (para pekerja praktis kita sering membatasi diri
pada politik ini; karena salah pengertian, kekurangan pendidikan, atau karena
keyakinan) ke politik sosial-demokratis, sedang Raboceye Dyelo ingin
memerosostkan politik sosial-demokratis ke politik trade-unionis. Dan, lagi
pula, ia mencoba meyakinkan semua tanpa kecuali bahwa ini adalah
"pendirian-pendirian yang sepenuhnya dapat disejalankan di dalam usaha
bersama" (hlm. 63). O, Sancta simplicitas!*
Kita
teruskan. Apakah kita mempunyai cukup kekuatan untuk mengarahkan propaganda dan
agitasi kita ke kalangan semua klas penduduk?
Tentu saja kit apunya cukup kekuatan. Kaum ekonomis kita, yang sering cenderung
untuk mengingkari ini, melupakan sama sekali langkah maju raksasa yang telah
dicapai oleh gerakan kita dari tahun 1894 (kira-kira) sampai pada tahun 1901.
seperti kaum "khwostis" sejati, mereka seringkali hidup di masa
lampau yang sudah lama silam., dalam periode awal gerakan. Memang pada waktu
itu kita mempunyai kekuatan yang sangat kecil dan sudah sewajarnya dan logis
sekali kalau pada waktu itu kitamencurahkan diri pada aktivitas-aktivitas di
kalangan kaum buruh, dan dengan keras menecam setiap penyimpangan dari sini.
Tugas seluruhnya pada waktu itu ialah mengkonsolidasi kedudukan kita dalam klas
buruh. Tetapi pada waktu sekarang ini kekuatan-kekuatan raksasa telah terlibat
ke dalam gerakan; wakil-wakil terbaik dari generasi muda dai klas-klas
terpelajar pada datang kepada kita; di seluruh negeri terdapat orang-orang yang
terpaksa tinggal di provinsi-provinsi, yang sudah mengambil bagian dalam
gerakan di masa lampau atau yang ingin mengambil bagian sekarang, yang condong
pada sosial-demokrasi (sedang dalam tahun 1894 orang bisa menghitung jumlah
kaum sosial-demokrat Rusia dengan jari). Salah satu kekurangan politik dan
organisasi yang pokok dari gerakan kita ialah bahwa kita tidak
tahu bagaimana menggunakan semua kekuatan ini dan memberi
pekerjaan yang cocok kepada mereka (hal ini akan kita bicarakan secara lebih
terperinci lagi dalam bab berikutnya). Mayoritas mutlak dari kekuatan-kekuatan
ini sama sekali tak mempunyai kesempatan untuk "pergi ke kalangan kaum
buruh", maka itu tak mungkin berbicara tentang bahaya diselewengkannya
kekuatan-kekuatan dari usaha pokok kita. Dan untuk dapat memberikan kepada kaum
buruh pengetahuan politik yang sesungguhnya, menyeluruh dan hidup, kita harus
mempunyai "orang-orang kita sendiri", orang-orang sosial-demokrat,
dimana-mana, di kalangan semua lapisan masyarakat dan dalam semua kedudukan yang
memungkinkan kita mengetahui penggerak intern mekanisme negara kita.
Orang-orang demikian itu dibutuhkan tidak hanya dari segi propaganda dan
agitasi, tetapi lebih-lebih lagi dari segi keorganisasian.
Adakah
lapangan untuk aktivitas di kalangan semua klas penduduk? Orang-orang yang tak
dapat melihat ini ketinggalan juga, dan dalam kesadaran mereka, dari
kebangkitan massa yang secara spontan. Gerakan buruh telah menimbulkan dan
terus menimbulkan rasa tak puas pada sementara orang, menimbulkan
harapan-harapan akan dukungan bagi oposisi pada yang lain dan kesadaran akan
tak dapat dibiarkannya dan tak terelakkannya keruntuhan otokrasi pada yang
lainnya lagi. Kita akan menjadi "politikus" dan sosial-demokrat hanya
dalam nama saja (sebagaimana dalam kenyataannya sering sekali terjadi), jika
kita tidak menyadari bahwa tugas kita ialah menggunakan setiap manifestasi
ketidakpuasan dan mengumpulkan serta menggunakan sebaik-baiknya setiap butir
protes sekali pun masih berupa embrio. Jangan dikata lagi bahwa berjuta-juta
kaum tani pekerja, pengrajin, tukang kecil, dsb, akan selalu dengan lahap
mendengarkan khotbah seorang sosial-demokrat yang agak berkemampuan. Dapatkah
kiranya orang menyebut satu klas penduduk dimana tidak terdapat orang-orang,
golongan-golongan atau kalangan-kalangan yang tidak puas dengan ketiadaan hak
dan kesewenang-wenangan dan, oleh karenanya, mudah dimasuki propaganda kaum
sosial-demokrat sebagai juru bicara dari kebutuhan-kebutuhan demokrasi umum
yang paling mendesak? Bagi mereka yang ingin mempunyai gambaran yang kongkrit
mengenai agitasi politik seorang sosial-demokrat di
kalangan semua klas dan lapisan penduduk, kita tunjukkan
pada pemblejetan-pemblejetan
politik
dalam arti kata yang luas sebagai bentuk pokok (tetapi tentu saja bukan yang
satu-satunya) agitasi ini.
"Kita
harus membangkitkan pada setiap lapisan penduduk yang sedikit saja berkesadaran
kegemaran pada pemblejetan-pemblejetan politik", demikian saya menulis
dalam artikel saya "Dari Mana Mulai?" (Iskra No. 4,
Mei 1901), yang akan saya bicarakan secara lebih terperinci lagi lagi nanti.
"Kita tidak boleh kecil hati karena kenyataan bahwa suara pemblejetan
politik sekarang masih sayup-sayup, jarang-jarang dan takut-takut. Ini bukanlah
karena sikap berdamai secara menyeluruh terhadap kesewenang-wenangan polisi,
melainkan karena mereka yang dapat dan bersedia melakukan
pemblejetan-pemblejetan tidak mempunyai mimbar darimana mereka bisa bicara,
tidak ada sidang pendengar yang akan mendengarkan dengan asyik dan memberi
semangat para pembicara, dan karena pembicara tidak melihat dimana pun di
kalangan rakyat kekuatan kepada siapa sepantasnya diarahkan keluhan-keluhan
terhadap pemerintah Rusia yang "maha kuasa"…….. Kita sekarang mampu,
dan kita berkewajiban, menyediakan mimbar memblejeti pemerintah tsar di muka
seluruh rakyat. Mimbar itu haruslah
surat kabar sosial-demokratis"67.
Sidang
pendengar yang ideal bagi pemblejetan-pemblejetan politik ialah klas buruh,
yang pertama-tama dan terutama membutuhkan pengetahuan politik yang menyeluruh
dan hidup, dan yang paling sanggup mengubah pengetahuan ini menjadi perjuangan
aktif, sekalipun ia tidak menjanjikan "hasil-hasil yang nyata
berwujud". Dan mimbar untuk pemblejetan-pemblejetan di muka seluruh
rakyat
hanya mungkin surat kabar untuk seluruh Rusia. "Tanpa organ politik, suatu
gerakan yang patut diberi nama gerakan politik, tidaklah dapat dibayangkan di
Eropa modern", dan dalam hal ini Rusia pasti termasuk juga dalam dalam
Eropa modern. Pers sudah lama menjadi kekuatan di negeri kita, kalau tidak pemerintah
tak akan mengeluarkan puluhan ribu rubel untuk menyuapnya, dan memberi subsidi
kepada orang-orang sebangsa Katkov dan sebangsa Mescerski. Dan di Rusia
otokratis bukanlah suatu barang baru bagi pers di bawah tanah untuk menembus
tembok sensor dan memaksa pers legal dan konservatif membicarakannya secara
terbuka. Demikianlah halnya dalam tahun-tahun 70-an dan bahkan dalam
tahun-tahun 50-an. Betapa jauh lebih luas dan dalamnya sekarang ini lapisan
-lapisan rakyat yang bersedia membaca pers ilegal, dan belajar dari padanya
"bagaimana hidup dan bagaimana mati", demikianlah menurut kata-kata
seorang buruh yang mengirim surat kepada Iskra (No. 7)68. Pemblejetan-pemblejetan politik
adalah serupa dengan pernyataan perang kepada pemerintah seperti
pemblejetan-pemblejetan ekonomi merupakan pernyataan perang kepada
pemilik-pemilik pabrik. Dan arti moril pernyataan perang ini akan lebih-lebih
lagi besarnya jika kampanye pemblejetan ini lebih luas dan lebih hebat lagi,
lebih banyak dan lebih gigih klas sosial yang telah menyatakan
perang untuk memulai perang. Karenanya pemblejetan-pemblejetan
politik itu dengan sendirinya menjadi salah satu alat yang ampuh untuk menghancurkan sistem
musuh, suatu cara untuk menceraikan dari musuh sekutu-sekutunya yang kebetulan
atau sementara waktu, suatu cara untuk menyebarkan permusuhan dan
ketidakpercayaan di kalangan kompanyon-kompanyon tetap kekuasaan otokrasi.
Halaman
166-167 hilang…………………….
Lanjut
halaman 168
perjuangan
ini"? Tidakkah gamblang bahwa ini berarti pendidikan politik kaum buruh,
penyingkapan di muka mereka semua segi otokrasi kita yang keji itu? Dan
tidakkah jelas bahwa justru untuk pekerjaan inilah kita membutuhkan
"sekutu-sekutu dalam barisan kaum liberal dan inteligensia", yang
bersedia bersama-sama dengan kita memblejeti serangan politik terhadap Zemstwo-Zemstwo, terhadap guru,
terhadap para ahli statistik, terhadap
mahasiswa, dsb? Apakah "mekanisme" yang mengagumkan "rumitnya"
ini benar-benar begitu sulit untuk dipahami? Tidakkah P. B. Akselrod telah
mengulangi berkali-kali kepada kalian sejak tahun 1897: "Masalah kaum
sosial-demokrat Rusia memperoleh pengikut dan sekutu yang langsung dan tidak
langsung di kalangan klas-klas non-proletar akan terpecahkan terutama dan
pertama-tama oleh watak aktivitas-aktivitas propagandis yang dilakukan di
kalangan proletariat itu sendiri?" Tetapi orang-orang sebangsa Martinov
dan orang-orang ekonomis lainnya terus membayangkan bahwa "dengan
perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah", kaum buruh mula-mula
harus mengumpulkan kekuatan (untuk politik trade-unionis) dan kemudian
"beralih" --barangkali dari "pendidikan keaktifan"
trade-unionis-- ke keaktifan sosial-demokratis!
"…..Dalam
pencariannya", sambung kaum ekonomis, "Iskra tidak jarang
menyimpang dari pendirian klas, mengaburkan kontradiksi-kontradiksi klas dan
mengedepankan keumuman ketidakpuasan terhadap pemerintah, walaupun sebab-sebab
dan derajat ketidakpuasan ini sangat berbeda-beda di kalangan 'sekutu-sekutu'.
Demikianlah, misalnya, sikap Iskra terhadap Zemstwo"…. Iskra,
katanya, "menjanjikan bantuan klas buruh kepada kaum bangsawan yang tidak
puas dengan persen pemerintah, tetapi Iskra sepatah kata pun tidak
menyebut-nyebut antagonisme klas di antara lapisan-lapisan penduduk ini".
Jika pembaca mau memperhatikan artikel-artikel "Otokrasi Dan Zemstwo"
(Iskra No. 2 dan 4) yang, mungkin dimaksud oleh penulis-penulis surat
itu, akan didapatinya bahwa artikel-artikel* ini membicarakan
sikap pemerintah terhadap "agitasi lunak dari Zemstwo birokratik,
yang berdasarkan pangkat-pangkat", dan terhadap "aktivitas bebas dari
klas-klas yang bermilik sekalipun". Dalam artikel-artikel ini dinyatakan
bahwa kaum buruh tak dapat menyaksikan dengan acuh tak acuh sementara
pemerintah melakukan perjuangan menentang Zemstwo, dan Zemstwo-is-Zemstwo-is
dihimbau supaya menghentikan pidato-pidato yang lunak, dan supaya berbicara
dengan tegas dan keras ketika sosial-demokrasi revolusioner menghadapi
pemerintah dengan segenap kekuatannya. Apa yang tidak disetujui oleh para
penulis surat ini di sini tidak jelas. Pakah mereka berpikir bahwa kaum buruh
"tidak akan mengerti" kata-kata "klas-klas yang bermilik"
dan "Zemstwo birokratik yang berdasarkan pangkat-pangkat"? Apakah
mereka berpikir bahwa mendesak Zemstwo-is-Zemstwo-is supaya menghentikan
pidato-pidato yang lunak dan supaya berbicara dengan tegas dan keras adalah
"menilai terlalu tinggi ideologi"? Apakah mereka mengkhayalkan kaum
buruh dapat "mengumpulkan kekuatan" untuk perjuangan melawan
absolutisme, jika mereka tidak mau tahu sikap absolutisme terhadap Zemstwo?
Kesemuanya ini juga tetap tidak diketahui. Cuma satu hal saja yang jelas yaitu
bahwa para penulis surat itu mempunyai gambaran yang sangat samar-samar
mengenai apa itu tugas-tugas politik sosial-demokrasi. Hal ini disingkapkan dengan
lebih jelas lagi oleh kata-kata mereka: "Demikian juga" (yaitu, juga
"mengaburkan antagonisme-antagonisme klas") "sikap Iskra
terhadap gerakan mahasiswa". Bukannya menyerukan kepada kaum buruh supaya
menyatakan dengan demonstrasi-demonstrasi terbuka bahwa sumber sesungguhnya
dari kekerasan, ekses-ekses dan main
merdeka bukanlah para mahasiswa melainkan pemerintah Rusia (Iskra, No. 2*), malah kita
semestinya tak ragu lagi menyisipkan argumen-argumen yang berjiwa Rabocaya
Misl! Dan pikiran-pikiran demikian itu dinyatakan oleh kaum sosial-demokrat
dalam musim rontok tahun 1901, sesudah peristiwa Februari dan peristiwa Maret,
pada saat menjelang kebangkitan baru gerakan mahasiswa, yang menyingkapkan
bahwa di bidang ini pun protes yang "spontan" terhadap otokrasi
melampaui pimpinan sosial-demokrasi yang sedar atas gerakan itu. Usaha spontan
kaum buruh membela para mahasiswa yang dipukuli oleh polisi dan orang-orang
Kozack itu melampaui aktivitas sedar organisasi sosial-demokratis!
"Sementara
itu dalam artikel-artikel lainnya", para penulis surat itu meneruskan,
"Iskra dengan keras mengecam segala kompromi, dan tampil membela,
misalnya, sikap yang tidak toleran dari kaum Guesdis". Kami ingin
menasehati mereka yang biasanya begitu percaya pada diri sendiri dan main
gampang-gampangan menyatakan dalam hubungan dengan perbedaan pendapat yang ada
di antara kaum sosial-demokrat dewasa ini bahwa perbedaan pendapat itu tidak
penting dan tidak membenarkan adanya perpecahan, supaya merenungkan dalam
kata-kata ini. Mungkinkah ada aktivitas yang berhasil baik, di dalam satu
organisasi, dari orang-orang yang mengatakan bahwa kita masih berbuat luar
biasa sedikitnya dalam hal menerangkan permusuhan otokrasi terhadap berbagai
klas, dan memberitahukan kepada kaum buruh tentang oposisi berbagai lapisan
penduduk terhadap otokrasi, dan dari orang-orang yang melihat hal ini sebagai
suatu "kompromi"--jelas suatu kompromi dengan teori "perjuangan
ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah"?
kita
telah berbicara tentang perlunya memasukkan perjuangan klas ke desa-desa pada
kesempatan ulang tahun ke-40 pembebasan kaum tani (No. 369) dan berbicara tentang tak
terdamaikannya badan-badan pemerintah otonom dengan otokrasi dalam hubungan
dengan memorandum rahasia Witte (No. 4). Dalam hubungan dengan undang-undang
baru kita serang tuan-tuan tanah feodal dan pemerintah yang mengabdi mereka
(No. 870), dan menyambut kongres
ilegal Zemstwo. Kita mendorong Zemstwo supaya beralih dari mengajukan
petisi-petisi yang merendahkan diri ke perjuangan (No. 871). Kita mendorong para mahasiswa, aygn
telah mulai mengerti perlunya perjuangan politik, dan telah memulainya (No. 3),
dan bersamaan dengan itu kita melabrak "ketiadaan pengertian yang amat
sangat" yang diperlihatkan oleh pengikut-pengikut gerakan "mahasiswa
semata-mata", yang menyerukan kepada para mahasiswa supaya jangan ambil
bagian dalam demonstrasi di jalan-jalan (No. 3, dalam hubungan dengan manifes
Komite Eksekutif Mahasiswa Moskow tanggal 25 Februari). Kita blejeti
"impian-impian gila" dan "kemunafikan yang membohong" dari
kaum liberal yang licik dari surat kabar Rossiya72 (No. 5) dan bersamaan dengan itu
kita mengulas kematagelapan "dalam penyiksaan atas diri para penulis yang
suka damai, professor-professor dan sarjana-sarjana lanjut usia dan kaum
Zemstwo-is liberal yang terkenal" dalam kamar-kamar siksa pemerintah (No.
5, "Penggrebekan Polisi Terhadap Literatur"). Kita blejeti arti
sesungguhnya dari program "perhatian negara atas kesejahteraan kaum
buruh", dan menyambut dengan gembira "pengakuan yang berharga"
bahwa "lebih baik memberikan reform-reform dari atas untuk mendahului
tuntutan untuk reform-reform itu dari bawah, daripada menantikan sampai
tuntutan-tuntutan itu diajukan" (No. 673).
Kita dorong para ahli statistik yang memprotes (No. 7), dan mengecam para ahli
statistik yang memcah pemogokan (No. 9). Barang siapa melihat dalam taktik ini
suatu pengaburan kesadaran klas dari proletariat dan suatu kompromi dengan
liberalisme dengan menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak memahami arti
sejati program Credo dan de fakto melaksanakan program itu,
bagaimanapun juga dia memungkirinya! Karena dengan begitu dia menyeret
sosial-demokrasi ke arah "perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan
pemerintah" dan menyerah kepada liberalisme, meninggalkan tugas
untuk campur tangan secara aktif dalam setiap persoalan
"liberal" dan untuk menentukan sikapnya sendiri, sikap
sosial-demokratis, terhadap soal ini.+++
F. SEKALI LAGI “PEMFITNAH”, SEKALI LAGI
“PENIPU”
Kata-kata
yang sopan ini, seperti pembaca ingat, adalah kata-kata Raboceye
Dyelo,
yang dengan cara demikian menjawab tuduhan kita bahwa ia “secara tak langsung
mempersiapkan dasar untuk mengubah gerakan buruh menjadi suatu alat demokrasi
borjuis”. Dalam kesederhanaan jiwanya Raboceye Dyelo memutuskan
bahwa tuduhan ini tidak lain hanya ulah polemik, seolah-olah mau mengatakan,
kaum dogmatis pendengki ini telah berketetapan untuk mengatakan segala macam
hal yang tidak enak tentang diri kita; nah, apa yang bisa lebih tidak enak
daripada menjadi alat demokrasi borjuis? Maka itulah mereka mencetak dengan
huruf tebal “bantahan”: “Tidak lain hanya fitnah mentah-mentah” (Dua
Kongres,
hlm. 30), “penipuan” (hlm. 31), “penyamaran” (hlm. 33). Seperti Yupiter, Raboceye
Dyelo (meskipun
hanya sedikit saja mirip Yupiter) marah karena ia salah, dan dengan makiannya
yang keburu nafsu itu membuktikan ketidakmampuannya menyelamami jalan pikiran
lawan-lawannya. Namun, dengan merenungkan sedikit saja, ia akan mengerti
mengapa segala pemujaan kepada spontanitas gerakan
massa dan setiap pemerosotan politik
sosial-demokratis ke politik trade-unionis justru berarti mempersiapkan dasar
untuk mengubah gerakan buruh menjadi suatu alat demokrasi borjuis. Gerakan
buruh yang spontan dengan sendirinya sanggup menciptakan 9dan pasti menciptakan)
trade-unionisme saja, dan politik trade-unionis klas buruh adalah justru
politik borjuis dari klas buruh. Keikutsertaan klas buruh dalam perjuangan
politik, dan bahkan dalam revolusi politik, tidaklah dengan sendirinya membuat
politiknya menjadi politik sosial-demokratis. Apakah Raboceye
Dyelo
berani menyangkal ini? Maukah ia akhirnya menerangkan di muka umum dengan
blak-blakan dan tanpa putar lidah pengertiannya mengenai soal-soal yang
mendesak dari gerakan sosial-demokratis internasional dan Rusia? Oh tidak, ia
tidak akan memberanikan diri untuk melakukan sesuatu semacam itu, karena ia
berpegang kuat-kuat pada cara yang bisa dinamakan cara mengatakan “tidak”
kepada segala-galanya; “Aku bukan aku; kuda itu bukan kudaku; aku bukan kusir.
Kami bukan kaum ekonomis; Rabocaya Misl bukan
ekonomisme; di Rusia sama sekali tidak ada ekonomisme”. Ini adalah suatu cara
yang luar biasa lihainya dan “panjang akal”, akan tetapi mempunyai cacat
sedikit yaitu bahwa penerbitan-penerbitan yang mempraktekkannya itu biasanya
diberi julukan “Apa yang tuan kehendaki?”
Raboceye
Dyelo
mengira bahwa pada umumnya demokrasi borjuis di Rusia hanyalah suatu “khayal”
belaka (Dua Kongres, hlm. 32)*.
Sungguh orang-orang yang bahagia! Laksana burung unta, mereka memendamkan kepalanya
ke dalam pasir, maka mengira bahwa segala sesuatu disekelilingnya menghilang
lenyap. Publisis-publisis liberal yang dari bulan ke bulan memproklamasikan
kepada dunia kemenangan mereka atas keruntuhan dan bahkan kelenyapan Marxisme;
surat-surat kabar liberal (S. Petersburgskiye Wyedomosti74), Russkiye
Wyedomosti, dan banyak lagi lainnya) yang mendorong kaum liberal
yang membawa kepada kaum buruh konsepsi Brentano75
tentang perjuangan klas dan konsepsi trade-unionis tentang politik; sekumpulan
bintang kritikus terhadap Marxisme, yang kecenderungan-kecenderungannya yang
sesungguhnya disingkapkan dengan begitu baiknya oleh Credo dan
yang produk literaturnya saja beredar di Rusia tanpa halangan apa-apa;
kehidupan kembali aliran-aliran revolusioner non sosial-demokratis,
terutama sesudah peristiwa Februari dan peristiwa Maret—kesemuanya ini rupanya
khayal belaka! Kesemuanya ini sama-sekali tidak ada hubungannya dengan
demokrasi borjuis!
Raboceye
Dyelo
dan para penulis surat ekonomis yang dimuat dalam Iskra No. 12
seharusnya “memikirkan apa sebanya peristiwa-peristiwa pada musim semi itu
telah mengakibatkan kehidupan kembali aliran-aliran revolusioner non-demokratis
demikian itu dan bukannya menaikkan wibawa dan prestise sosial-demokrasi”.
Sebabnya ialah bahwa ternyata kita tidak memadai tugas-tugas yang kita hadapi.
Keaktifan massa buruh ternyata melebihi keaktifan kita; pada kita tidak
terdapat pemimpin-pemimpin dan organisator-organisator revolusioner yang cukup
terlatih yang tahu betul akan suasana hati di kalangan semua lapisan oposisi
dan pandai memimpin gerakan, mengubah demonstrasi yang spontan menjadi
demonstrasi politik, memperluas sifat politiknya, dsb. Dalam keadaan yang
demikian keterbelakangan kita tidak bisa bisa tidak pasti akan digunakan oleh kaum
revolusionerbukan sosial-demokrat yang lebih lincah dan lebih giat, dan kaum
buruh, bagaimanapun juga keras dan besarnya pengorbanan diri mereka dalam
berkelahi melawan polisi dan pasukan-pasukan tentara, bagaimanapun juga
revolusionernya aksi-aksi mereka, akan ternyata hanya merupakan suatu kekuatan
yang menyokong kaum revolusioner ini, merupakan barisan belakang demokrasi
borjuis, dan bukan merupakan pelopor sosial-demokratis. Ambillah, sebagai
misal, kaum sosial-demokrat Jerman, yang hanya segi-segi lemahnya saja yang
ingin dijiplak oleh kaum ekonomis kita. Apa sebabnya maka tidak
satu pun peristiwa politk yang terjadi di Jerman yang tanpa
menambah wibawa dan prestise sosial-demokrasi? Karena sosial-demokrasi selalu
ternyata mendahului semua lainnya dalam memberikan penilaian yang paling
revolusioner kepada setiap peristiwa tertentu dan dengan pembelaannya atas
setiap protes menentang kesewenang-wenangan. Ia tidak meninabobokkan diri
dengan pembicaraan-pembicaraan tentang perjuangan ekonomi menghadapkan kaum
buruh pada kenyataan ketiadaan hak-hak bagi mereka dan pembicaraan-pembicaraan
tentang keadaan konkrit yang secara fatal mendorong gerakan buruh ke jalan
revolusi. Ia campur tangan dalam segala bidang dan dalam segala soal kehidupan
sosial-politik: dalam soal penolakan Wilhelm untuk mensahkan seorang progressis
borjuis sebagai wali kota (kaum ekonomis kita belum berhasil meyakinkan
orang-orang Jerman bahwa ini pada hakekatnya adalah suatu kompromi dengan
liberalisme!); dalam soal undang-undang yang melarang penerbitan-penerbitan dan
gambar-gambar “cabul”; dalam soal pemerintah mempengaruhi pemilihan
professor-professor, dsb, dsb. Di mana-mana kaum sosial-demokrat ternyata
berada di depan semua lainnya, membangkitkan ketidakpuasan politik di kalangan semua
klas, membangunkan yang malas-malas, mendorong yang terbelakang dan memberikan
banyak bahan guna pengembngan kesadaran politik dan keaktifan politik
proletariat. Hasil dari kesemuanya ini ialah bahwa musuh-musuh sosialisme yang
sedar pun mempunyai rasa hormat terhadap pejuang-pejuang politik yang maju ini,
dan tidak jarang sebuah dokumen penting tidak hanya dari kalangan borjuis,
tetapi bahkan juga juga dari kalangan birokrat dan istana, melalui suatu jalan
ajaib sampai pada kantor redaksi Vorwarts.
Maka
inilah keterangan mengenai hal yang tampaknya merupakan “kontradiksi”,
yang begitu jauh di luar pengertian Raboceye
Dyelo
sehingga ia hanya angkat tangan dan berteriak; “Penyamaran!” Memang, cobalah
bayangkan: kami, Raboceye Dyelo,
memandang gerakan massa buruh sebagai batu
alas
(dan mencetak hal itu dengan huruf-huruf tebal!); kami peringatkan semua orang
tanpa kecuali terhadap peremehan arti unsur spontan; kami ingin memberi watak
politis kepada perjuangan ekonomi itu
sndiri, itu sendiri, itu sendiri; kami ingin
memelihara hubungan yang erat dan organis dengan perjuangan proletar! Tetapi
dikatakan bahwa kami mempersiapkan dasar untuk mengubah gerakan buruh menjadi
suatu alat demokrasi borjuis! Dan siapakah yang mengatakan itu? Orang-orang
yang “berkompromi” dengan liberalisme, yang campur tangan dalam setiap soal
“liberal” (sungguh suatu salah pengertian yang bukan main tentang “hubungan
organis dengan perjuangan proletar!”), yang mencurahkan begitu banyak perhatian
pada para mahasiswa dan bahkan (oh, sungguh, terlalu!) pada kaum Zemstwo-is!
Orang-orang yang pada umumnya ingin mencurahkan usaha-usaha mereka dalam
persentase yang lebih besar (dibandingkan dengan kaum ekonomis) pada aktivitas
di kalangan klas-klas non-proletar dari penduduk! Apakah ini bukan suatu
“penyamaran”?
Raboceye
Dyelo
yang malang! Apakah ia akan menemukan pemecahan bagi teka-teki yang pelik ini?
* * *
IV
KERAJINAN-TANGANISME
KAUM EKONOMIS DAN ORGANISASI KAUM REVOLUSIONER
Pernyataan-pernyataan
Raboceye
Dyelo—yang
telah kita analisa di atas—bahwa perjuangan ekonomi merupakan cara agitasi
politik yang paling luas dapat digunakan dan bahwa tugas kita sekarang ialah
memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri, dsb, mengungkapkan
pandangan picik tidak hanya mengenai tugas-tugas politik kita, tetapi juga
mengenai tugas-tugas keorganisasian kita.
“Perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah” sekali-kali tidaklah
memerlukan—dan karenanya perjuangan demikian itu tidak akan bisa
melahirkan—suatu organisasi se-Rusia yang terpusat yang akan mengkombinasikan
dalam satu serangan umum semua dan setiap manifestasi oposisi politik, protes
dan kemarahan, suatu organisasi yang akan terdiri dari kaum revolusioner
professional yang dipimpin oleh pemimpin-pemimpin politik sejati seluruh
rakyat. Ini jelas. Watak organisasi apa saja sewajarnya dan tak dapat tidak
ditentukan oleh isi aktivitasnya. Karena itu Raboceye Dyelo, dengan
pernyataan-pernyataannya seperti dianalisa di atas, menguduskan dan mensahkan
bukan hanya kepicikan aktivitas politik, melainkan juga kepicikan pekerjaan
keorganisasian. Dalam hal ini pun, seperti biasanya, Raboceye
Dyelo
merupakan organ yang kesedarannya menyerah kepada spontanitas. Namun pemujaan
kepada bentuk-bentuk organisasi yang berkembang secara spontan, tidak adanya
kesedaran betapa sempit dan primitifnya pekerjaan keorganisasian kita, betapa
kita masih merupakan “tukang kerajinan-tangan” di bidang yang penting ini,
tidak adanya kesadaran ini, saya katakan, merupakan penyakit yang sungguh-sungguh
menghinggapi gerakan kita. Ini bukanlah penyakit yang terdapat dalam proses
kemerosotan, tetapi tentu saja penyakit yang terdapat dalam proses pertumbuhan.
Tetapi justru sekaranglah, pada waktu gelombang kemarahan spontan, boleh
dikatakan, melanda kita, para pemimpin dan organisator gerakan, bahwa
teristimewa perlu dilakukan perjuangan yang paling tak terdamaikan terhadap
segala pembelaan atas keterbelakangan, terhadap segala legalitas kepicikan
dalam soal ini, dan terisitimewa pula perlu menimbulkan pada setiap orang yang
ambil bagian dalam pekerjaan praktis atau yang sedang bersiap-siap memulai
pekerjaan itu, rasa tidak puas dengan kerajinan-tanganisme yang
berdominasi di kalangan kita dan tekad yang teguh untuk membebaskan diri dari kerajinan-tanganisme itu.
A.
APAKAH KERAJINAN-TANGANISME ITU?
Akan
kita coba menjawab pertanyaan ini dengan memberikan gambaran singkat tentang
aktivitas suatu lingkaran sosial-demokrat yang khas pada tahun-tahun 1894-1901.
Sudah kita sebutkan tentang kegairahan pada Marxisme yang melanda pemuda
pelajar pada periode itu. Tentu saja kegairahan ini tidak hanya menyangkut atau
bahkan tidak begitu banyak menyangkut Marxisme sebagai suatu teori, tetapi
sebagai suatu jawaban kepada pertanyaan; “apa yang harus dikerjakan?”; sebagai
suatu seruan untuk memulai pertempuran melawan musuh. Dan pejuang-pejuang baru
ini pergi ke pertempuran dengan perlengkapan dan latihan yang luar biasa
primitifnya. Dalam banyak hal, mereka bahakan hampir tidak mempunyai
perlengkapan apapun dan tak ada latihan sama sekali. Mereka pergi berperang
seperti petani-petani dari membajak, hanya bersenjatakan pentung. Suatu
lingkaran mahasiswa yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan aktivis-aktivis
lama gerakan, tak mempunyai hubungan apapun dengan lingkaran di distrik-distrik
lain, atau bahkan di bagian-bagian lain kota yang sama (atau dengan
perguruan-perguruan lain), tanpa pengorganissian berbagai pekerjaan
revolusioner apapun, tidak mempunyai rencana aktivitas yang sistematisyang
meliputi sesuatu jangka waktu, mengadakan hubungan-hubungan dengan kaum buruh
dan mulai bekerja. Lingakran itu berangsur-angsur meluaskan propaganda dan
agitasinya; dengan aktivitas-aktivitasnya ia memperoleh simpati dari
lapisan-lapisan buurh yang agak besar dan dari segolongan tertentu masyarakat
terpelajar, yang memberikan kepadanya uang dan dari kalangan mana “komite”
mendapatkan grup-grup pemuda baru. Daya tarik komite (atau Liga Perjuangan)
tumbuh, ruang lingkup aktivitasnya menjadi semakin luas dan ia memperluas aktivitas
ini secara spontan sepenuhnya; orang-orang itu juga yang setahun atau beberapa
bulan yang lalu berbicara dalam pertemuan-pertemuan lingkaran mahasiswa itu dan
memecahkan soal: “Ke Mana?”, yang mengadakan dan memelihara hubungan dengan
kaum buruh, menulis dan mengeluarkan surat-surat sebaran, sekarang mengadakan
hubungan dengan grup-grup lain dari kaum revolusioner, memperoleh literatur,
mulai bekerja untuk untuk menerbitkan surat-surat kabar lokal, mulai berbicara
tentang tentang mengorganisir demonstrasi, dan akhirnya memulai aksi permusuhan
terbuka (aksi permusuhan terbuka ini, menurut keadaan bisa mengambil bentuk
penerbitan surat sebaran agitasi yang mula pertama, atau nomor pertama surat
kabar, atau penyelenggaraan demonstrasi yang pertama kali).
Dan
biasanya aksi-aksi yang mula pertama itu segera berkhir dengan kegagalan total.
Segera dan total justru karena aksi-aksi permusuhan terbuka ini bukan merupakan
hasil rencana yang sistematis dan dipikirkan masak-masak sebelumnya serta
dipersiapkan secara berangsur-angsur untuk perjuangan jangka panjang dan gigih,
tetapi semata-mata hasil pertumbuhan spontan dari pekerjaan lingakran yang
tradisional; karena polisi, sudah sewajarnya, hampir selalu tahu pemimpin utama gerakan setempat, karena mereka sudah
“mendapat nama baik” untuk dirinya sendiri pada masa sekolahnya, dan polisi
hanya menantikan saat yang paling baik baginya untuk melakukan penggrebekan,
dengan sengaja memeberikan waktu yang cukup kepada lingkaran itu untuk tumbuh
dan berkembang sehingga polisi mendapatkan suatu corpus
delicti* yang
nyata dan selalu dengan sengaja membiarkan beberapa orang yang mereka kenal
tetap bebas untuk berlaku sebagai “pembiak-pembiak” (yang, setahu saya, adalah
istilah teknik yang dipakai baik oleh orang-orang kita maupun oleh gendarme).
Orang tidak bisa tidak membandingkan perang macam ini dengan perang yang
dilakukan oleh segerombolan petani, yang bersenjatakan pentungan, melawan
pasukan-pasukan tentara modern. Dan orang hanya dapat mengagumi daya hidup
gerakan yang berkembang, tumbuh dan memperoleh kemenangan-kemenangan meskipun
tanpa latihan sama sekali di kalangan para pejuangnya. Benar bahwa dilihat dari
sudut sejarah, keprimitifan perlengkapan itu bukan hanya tidak terhindarkan
mula-mula, tetapi bahkan sah sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan pejuang-pejuang secara luas. Tetapi begitu
operasi-operasi perang yang serius mulai (dan operasi-operasi ini sebenarnya
sudah mulai dengan pemogokan-pemogokan pada musim panas tahun 1896), maka
kekurangan-kekurangan dalam organisasi-organisasi tempur kita semakin terasa.
Walaupun mula-mula kebingungan dan membuat beberapa kesalahan (misalnya,
seruannya kepada masyarakat yang melukiskan perbuatan-perbuatan jahat kaum
sosialis, atau pembuangan kaum buruh dari ibukota ke pusat-pusat industri
daerah), tetapi pemerintah dengan cepat sekali menyesuaikan diri dengan keadaan
baru perjuangan dan berhasil menyebarkan detasemen-detasemen agen provokator,
mata-mata dan gendarmenya yang dilengkapi dengan sempurna. Pogrom76 menajdi begitu sering, menimpa begitu
banyak orang dan menyapu begitu habis-habisan lingkaran-lingkaran setempat
sehingga massa buruh betul-betul kehilangan semua pemimpin mereka, gerakan
menjadi bersifat luar biasa sporadisnya dan mejadi sama-sekali tak mungkin
untuk menegakkan kontinuitas dan kesinambungan dalam pekerjaan. Sangat
terpencar-pencarnya para aktivis setempat, sifat kebetulan keanggotaan
lingkaran, ketiadaan pendidikan dalam soal-soal teori, politik dan organisasi
dan pandangan-pandangan yang picik mengenai soal-soal tersebut, kesemuanya ini
adalah akibat yang tak terelakkan dari keadaan-keadaan seperti yang dilukiskan
di atas. Keadaan telah sampai begitu rupa sehingga di beberapa tempat kaum
buruh, karena pada kita kurang daya tahan dan kekonspiratifan, mulai kehilangan
kepercayaan kepada intelijensia dan menjauhi mereka; kaum intelektual, kata
mereka, terlalu sembrono sehingga memberi kesempatan kepada polisi untuk
melakukan penggrebekan!
Siapapun
yang sedikit saja mengenal gerakan, mengetahui bahwa semua orang
sosial-demokrat yang berpikir akhirnya mulai memandang
kerajinan-tanganisme ini sebagai suatu
penyakit. Tetapi supaya pembaca yang tak mengenal gerakan tidak akan berpikir
bahwa kami “mengarang-ngarang” suatu tingkat khusus atau suatu penyakit khusus
gerakn itu, maka kami akan ajukan sekali lagi saksi yang sudah kami sebut. Kami
mengharap hendaknya dimaafkan atas panjangnya kutipan ini.
“Kalau
peralihan berangsur-angsur ke aktivitas praktis yan lebih luas”, tulis B—v
dalam Raboceye
Dyelo
No. 6, “suatu peralihan yang langsung bergantung pada masa peralihan umum yang
sekarang sedang dilalui gerakan buruh Rusia, adalah sautu ciri khas…maka ada
ciri lain lagi yang tidak kurang menariknya dalam mekanisme umum revolusi kaum
buruh Rusia. Yang kita maksudkan ialah kekurangan secara
umum akan kekuatan-kekuatan revolusioner yang cocok untuk aksi* yang
terasa tidak hanya di Petersburg, tetapi juga di seluruh Rusia. Dengan
kehidupan kembali secara umum gerakan, perkembangan umum massa buruh, semakin
sseringnya pemogokan-pemogokan, dan dengan perjuangan massa buruh yang kian
lama kian menjadi terbuka, yang memperhebat penguberan, penangkapan,
pengasingan dan pembuangan oleh pemerintah, maka kekurangan akan
kekuatan revolusioner yang sangat trampil ini menjadi semakin menyolok dan
tiada ragu lagi, tidak bisa tidak mempengaruhi kedalaman serta sifat umum
gerakan.
Banyak penogokan terjadi tanpa pengaruh yang kuat dan langsung dari
organsasi-organisasi revolusioner…… Kekurangan akan surat sebaran agitasi dan literatur
ilegal terasa… Lingkaran-lingkaran buruh dibiarkan tanpa agitator….. Di samping
itu, terus-menerus mengalami kekurangan dana keuangan. Pendek kata, pertumbuhan
gerakan buruh melampaui pertumbuhan dan perkembangan organisasi-organisasi
revolusioner. Dalam jumlah kekuatan kaum revolusioner yang aktif
terlalu kecil untuk memusatkan dalam tangan mereka sendiri pengaruh atas
seluruh massa buruh yang resah, atau untuk memberikan kepada keresahan ini
walau sedikit saja keterkoordinasian dan keterorganisasian…..
Lingkaran-lingkaran yang terpisah-pisah dan kaum revolusioner orang-seorang
tidak dihimpun dan dipersatukan, dan tidak merupakan satu organisasi yang kuat
dan berdisiplin dengan pengembangan bagian-bagiannya secara berencana”… Dan
setelah mengakui bahwa pemunculan segera lingakran-lingkaran baru menggantikan
lingkaran-lingkaran yang sudah dibubarkan itu ‘hanyalah membuktikan daya hidup
gerakan… tetapi tidak membuktikan adanya cukup jumlah aktivis revolusioner yang
sepenuhnya cocok”, penulis menyimpulkan demikian; “Tidak adanya latihan praktis
di kalangan kaum revolusioner Petersburg terlihat dalam hasil-hasil pekerjaan
mereka. Pemeriksaan-pemeriksaan pengadilan baru-baru ini, terutama pemeriksaan
atas grup Pembebasan Diri dan grup Perjuangan Kerja Melawan Kapital77, dengan jelas menunjukkan bahwa
agitator muda, yang tidak mengenal secara mendetail syarat-syarat kerja dan
karenanya juga tidak mengenal syarat-syarat dimana agitasi dapat dilakukan di
sebuah pabrik tertentu, tidak tahu prinsip-prinsip konspirasi dan hanya
mengerti pandangan-pandangan umum ssosial-demokrasi” (apakah dia mengerti?),
“dapat melakukan pekerjaannya mungkin selama empat, lima atau enam bulan.
Kemudian datanglah penangkapan-penangkapan, yang seringkali mengakibatkan
kehancuran seluruh organisasi atau setidak-tidaknya sebagian dari organisasi
itu. Karena itu timbullah pertanyaan, dapatkah grup itu melakukan aktivitas
yang berhasil baik dan produktif jika usianya dihitung dengan bulanan?…..
Jelaslah, kekurangan-kekurangan dari organisasi-organsasi yang ada itu tak
dapat dikatakan sepenuhnya disebabkan oleh periode peralihan… Jelaslah, segi
kwantitas dan terutama segi kwalitas organisasi-organisasi yang aktif di sini
memainkan peranan yang tidak kecil, dan tugas pertama kaum sosial-demokrat
kita…… haruslah secara nyata menggabungkan
organisasi-organisasi itu dan menseleksi anggota-anggotanya secara ketat”.
* * *
B.
KERAJINAN-TANGANISME DAN EKONOMISME
Kita
sekarang harus membicarakan suatu soal yang pasti sudah timbul dalam pikiran
setiap pembaca. Dapatkah diadakan hubungan antara kerajinan-tanganisme, suatu
penyakit pertumbuhan yang menghinggapi seluruh
gerakan, dengan ekonomisme, yang merupakan salah satu aliran
dalam sosial-demokrasi Rusia? Kita rasa dapat. Ketiadaan latihan praktis,
ketiadaan kecakapan untuk melakukan semua pekerjaan keorganisasian memang umum bagi
kita semua, termasuk mereka yang sejak semula telah
mempertahankan Marxisme revolusioner dengan teguh. Dan tentu saja seandainya
hanya ketiadaan latihan praktis saja, maka tak seorangpun bisa menyalahkan
pekerja praktis. Tetapi kecuali ketiadaan sesuatu yang lain: ia berarti ruang
lingkup yang sempit dari semua pekerjaan revolusioner pada umumnya,
ketidakmengertian bahwa suatu organisasi yang baik dari kaum revolusioner tak
dapat dibangun atas dasar aktivitas yang sempit itu, dan akhirnya –dan yang
paling penting – ia berarti percobaan-percobaan untuk membenarkan kesempaitan
ini dan untuk mengangkatnya ke suatu “teori” khusus, yaitu pemujaan kepada
spontanitas dalam soal ini juga. Sekali percobaan-percobaan demikian itu
menampakkan diri, niscayalah kerajinan-tanganisme itu berhubungan dengan
ekonomisme dan kita tak akan melenyapkan kesempitan aktivitas organisasi kita
ini sebelum kita melenyapkan ekonomisme pada umumnya (yaitu, pengerrtian picik
tentang teori Marxis, tentang peranan sosial demokrasi dan tentang tugas-tugas
politiknya). Dan percobaan-percobaan ini nempak dalam dua jurusan. Ada yang
mulai berkata: massa buruh sendiri belum mengajukan tugas-tugas politik yang
luas dan militan yang sedang dicoba “dipaksakan” kepada mereka oleh kaum
revolusioner; mereka masih harus berjuang untuk tuntutan-tuntutan politik yang terdekat,
melakukan “perjuangan ekonomi melawan majikan dan pemerintah” *(dan
sudah sewajarnya, sesuai dengan perjuangan ini yang “mudah dimengerti” oleh
gerakan massa mestilah ada organisasi yang akan “mudah dimengerti” bahkan ada
pemuda yang paling tidak terlatih). Lainnya lagi, jauh dari segala macam
“beberangsur-angsuran”, mulai berkata: adalah mungkin dan perlu “melakukan
revolusi politik”, tetapi untuk itu tidak diperlukan pembangunan suatu
organisasi kuat kaum revolusioner guna mendidik proletariat dalam perjuangan
yang tabah dan gigih. Untuk itu cukuplah kalau kita semua mememgang pentung
kayu yang sudah kita kenal dan “mudah dipakai”. Berbicara tanpa kiasan ini
berarti –kita harus mengorganisasi pemogokan** umum,
atau kita harus mendorong kemajuan yang “kersang” dari gerakan buruh dengan
jalan “teror yang merangsang”***. Kedua
aliran ini, kaum oportunis dan kaum “revolusionis”, menyerah kepada kerajinan
–tanganisme yang sedang berdominasi: kedua-duanya tidak percaya bahwa ia dapat
dilenyapkan, kedua-duanya tidak mengerti akan tugas praktis kita yang utama dan
paling mendesak, yaitu mendirikan suatu organisasi kaum revolusioner yang
sanggup memelihara energi, kestabilan dan kontinuitas perjuangan politik.
Kita baru saha mengutip
kata-kata B-v: pertumbuhan gerakan buruh melampaui pertumbuhan dan perkembangan
organisasi-organisasi revolusioner”. “Ucapan yang berharga dari seorang
pengamat dekat” ini (komentar Rabocahaya Dyelo mengenai artikel B-v) mempunyai
nilai yang rangkap bagi kita. Ia menunjukkanbahwa pendapat kita benar yaitu
bahwa sebab pokok krisis dalam sosial-demokrasi Rusia dewasa ini ialah bahwa
para pemimpin (para “ideologis”, kaum revolusioner, kaum sosial
demokrat) terbelakang dari kebangkitan massa yang spontan. Ia
menunjukkan bahwa semua argumen yang dikemukakan oleh para penulis surat
ekonomis (dalam Iskra No.12), oleh B. Kricevski dan oleh Martinov,
mengenai bahwa meremehkan arti unsur spontan, mengenai perjuangan sehari-hari
yang boyak, mengenai taktik-sebagai-proses, dsb., adalah justru
pengagung-agungan dan pembelaan terhadap kerajinan-tanganisme. Orang-orang ini
yang tak dapat mengucapkan kata “teoritikus” tanpa seringai yang menghina, yang
menamakan tekuk lutut mereka kepada tidak adanya secara umum pendidikan dan
keterbelakangan mereka sebagai suatu “perasaan akan kehidupan”, dalam praktek
menyingkapkan ketidakmengertian akan tugas-tugas praktis kita yang
paling mendesak. Kepada orang-orang yang ketinggalan mereka berteriak: Berjalan
serempak! Jangan lari mendahului! Kepada orang-orang yang kurang energi dan
inisiatif dalam pekerjaan keorganisasian, tidak cukup mempunyai “rencana” untuk
aktivitas yang luas dan berani, mereka meneriakkan “taktitk sebagai proses”!
Dosa pokok kita ialah bahwa kita memerosotkan tugas-tugas politik dan keorganisasian
kita ke tingkat kepentingan-kepentingan “kongkrit”, langsung, yang “nyata
berwujud” dari perjuangan ekonomi sehari-hari; namun demikian mereka terus
menyanyikan kepada kita lagu lama: berikan watak politik kepada perjuangan
ekonomi itu sendiri. Kita katakan lagi: ini persis sama dengan “perasaan akan
kehidupan” yang diperlihatkan oleh pahlawan dalam dongeng rakyat yang berteriak
kepada suatu iring-iringan pemakan: selama hari lahir!
Ingatlah keangkuhan yang tiada bangingnya, yang benar-benar seperti
“Narcissus”78 dengan keangkuhan ma
aorang-orang yang sok tahu ini memberi kuliah kepada Plekhanov tentang “lingkaran-lingkaran
kaum buruh pada umumnya” (sic!) “tak mampu menanggulangi tugas-tugas politik
dalam arti kata yang sesungguhnya dan praktis, yaitu dalam arti
perjuangan praktis yang efektif
dan berhasil baik untuk tuntutan-tuntutan politik” (jawaban Rabocheye Dyelo,
hlm.24). Ada macam-macam lingkaran, tuan-tuan! Lingkaran-lingkaran “tukang
kerajinan tangan” tentu saja tak sanggup menanggulangi tugas-tugas politik
selama tukang-tukang kerajinan tangan itu belum menyadari karajianan-tanganisme
mereka dan membuangnya. Jika selain itu, tukang-tukang kerajian tangan itu
jatuh cinta pada kerajinan-tanganisme mereka, jika mereka menulis kata
“praktis” pasti dalam kursif, dan membayangkan bahwa kepraktisan menuntut
supaya tugas-tugas mereka diturunkan ke taraf pengertian lapisan-lapisan massa
yang paling terbelakang, maka tentu saja tukang-tukang kerajinan tangan itu
tiada berpengharapa, dan memang tak dapat menanggulangi tugas-tugas politik
apapun pada umumnya. Tetapi lingkaran dari jago-jago seperti Alekseyev dan
Mssykin, Khalturin dan Zyelyabov sanggup menanggulanginya justru karena dan
sejauh pengkhotbahan mereka yang gairah mendapat sambutan di kalangan massa
yang bangkit secara spontan, dan energi mereka yang bergolak disahut dan
didukung oleh energi klas revolusioner. Plekhanov seribu kali benar kerika ia
tidak hanya menunjukkan bahwa tak terelakkannya dan tak terhindarkannya
kebangkitan yang sponta, tetapi juga ketika ia meletakkkan di hadapan
“lingkaran-lingkaran kaum buruh” pun tuga politik besar dan luhur. Tetapi
kalian menunjukkepada gerakan massa yang telah timbul sejak waktu itu untuk memerosotkan
tugas ini, untuk mempersempit energi dan
ruang lingkup aktivitas “lingkaran-lingkran kaum buruh”. Jika
kalian bukan tukang-tukang kerajinan tangan yang jatuh cinta pada
kerajian-tanganisme kalian, lalu kalian itu apa? Kalian menyombongkan diri
dengan kepraktisan kalian tetapi kalian tidak melihat fakta yang diketahui oleh
setiap pekerja praktis Rusia, yaitu keajaiban-keajaiban yang dapat dilaksanakan
oleh energi tidak hanya dari lingkaran-lingkaran tetapi juga dari orang-orang
sendiri-sendiri dalam usaha revolusi. Atau kalian berpendapat bahwa gerakan
kita tak dapat menghasilkan jago-jago seperti jago-jago pada tahun-tahun 70-an?
Tetapi mengapa? Karena kita kurang latihan? Tetatpi kita sedang melatih diri,
akan terus berlatih dan terlatih! Celakanya, betul lumut telah tumbuh diatas
permukaan air mandek “perjuangan ekonomi melawan majikan dan pemerintah”: di
kalangan kita telah miuncul orang-orang yang sujud menyembah spontanitas,
memandang dengan takzimnya (sebagaimana dinyatakan oleh plekhanov ) kepada
“bokong” proletariat Rusia. Tetapi kita akan dapat membebaskan diri dari lumut
ini. Justru sekaranglah kaum revolusioner Rusia, yang dibimbing oleh teori
revolusioner sejati, dengan menyandarkan diri pada klas revolusioner sejati dan
yang bangkit spntan, akhirnya –akhirny!—dapat tegak lurus dan membentangkan
segenap kekuatan raksasanya. Untuk itu yang dibutuhkan hanyalah bahwa massa
pekerja praktis kita, dan massa orang yang lebih banyak lagi yang merindukan
pekerjaan praktis sejak masih duduk di bangku sekolah, harus menyambut dengan
cemooh dan ejekan setiap percobaan memerosotkan tugas-tugas politik kita dan
membatasi ruang lingkup pekerjaan keorganisasian kita. Dan kita akan mencapai
itu percayalah, tuan-tuan!
Dalam artikel “Dari Mana
Kita Mulai?” saya menulis bertentangan dengan Rabocheye Dyelo: “taktik
agitasi dalam hubungan dengan sesuatu soal khusus, atau taktik mengenai sesuatu
detail dari organisasi partai bisa berubah dalam 24 jam, atau 24 bu7lan
sekalipun, pandangan-pandangan mereka mengenai apakah pada umumnya, selamanya
dan mutlak, perlu mempunyai organisasi militan dan melakukan agitasi politik di
kalangan massa“79. Rabochaya
Dyelo menjawab: “Ini, satu-satunyadari tuduhan-tuduhan Iskra yang katanya
berdasarkan fakta-fakta, sama sekali tanpa alasan. Para pembaca Rabochaya
Dyelo tahu betul bahwa sejak semula kami tidak hanya menuntut agitasi
politik, dengan tidak menantikan terbitnya Iskra” … (dan bersamaan itu
mengatakan bahwa bukan hanya lingkaran-lingkaran kaum buruh “melainkan juga
gerakan massa buruh tak dapat memandang penggulingan absolutisme sebagai tugas
politiknya yang utama”, tetapi hanya perjuangan untuk tuntutan-tuntutan politik
yang terdekat, dan bahwa “massa mulai mengerti akan tuntutan-tuntutan politik
yang terdekat sesuadah satu atau setidak-tidaknya sesudah beberapa pemogokan)…
“tetapi penerbitan-penerbitan yang kita peroleh dari luar negeri untuk
kawan-kawan yang bekerja di Rusia, memberikan satu-satunya bahan politik
dan agitasi sosial demokratis” … (dan dalam satu-satunya bahan ini, kalian
tidak hanya mendasarkan agitasi politik yang seluas-luasnya semata-mata pada
perjuangan ekonomi, tetapi kalian bahkan sampai menyatakan bahwa agitasi yang
dipersempit ini adalah yang “paling luas dapat digunakan”. Dan tidakkah kalian
melihat, utan-tuan, bahwa argumen-argumen kalian sendiri justru membuktikan
perlunya –karena bahan macam itu satu-satunya bahan yang diberikan
–penerbitan Iskra dan perjuangannya menentang Raboceye Dyelo?)….”
Di pihak lain, aktivitas penerbitan kita sebebanranya mempersiapkan dasar bagi
kesatuan taktik partai”… (kesatuan dalam pendapat bahwa taktik adalah suatu
proses pertumbuhan tugas-tugas Partai, yang tumbuh bersama-sama dengan Partai?
Suatu kesatuan yang sungguh-sungguh berharga!)… “dan dengan itu memberikan
kemungkinan untuk penciptaan suatu ‘organisasi miltan’ yang untuk penciptaannya
itu perserikatan telah melakukan segala-galanya yang dapat dilakukan oleh suatu
organisasi di luar negeri” (Raboceye Dyleo No.10 hl,.15). Suatu usaha
pengekangan yang sia-sia! Saya sekali-kakli tak ada niat untuk menyangkal bahwa
kalian melakukan segala sesuatu yang dapat kalian lakukan. Saya telah
menyatakan dan sekarang pun menyatakan bahwa batas-batas dari apa yang “mungkin” bagi kalian untuk
melakukannya dipersempit oleh kepicikan pandangan kalian. Bahkan mengglkikan
berbicara tentang “organisasi militan” guna memperjuangkan “tuntutan-tuntutan
politik yang terdekat”, atau melakukan “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan
dan pemerintah”.
Tetapi jika pembaca ingin
melihat contoh cemerlang dari kecintaan “ekonomis” pada kerajianan-tanganisme,
sudah barang tentu dia harus berpaling dari Rabceye Dyelo yang eklektis
dan bimbang-bimbang kepada raboceye Misl yang konsekwen dan tegas. Dalam
lampiran khususnya, hlm.13, R.M menulis: “Sekarang dua patah kata tentang apa
yang dinamakan inteligensia revolusioner yang sebenarnya. Benar bahwa lebih
dari sekali mereka telah membuktikan bahwa mereka sepenuhnya siap siap untuk
‘memasuki pertempuran yang gigih melawan tsarisme’! Akan tetapi celakanya ialah
bahwa intelegensi revolusioner kita yang secara kejam diuber-uber oleh polisi
politik, menganggap perjuangan melawan polisi politik, menganggap perjuangan
politik melawan otokrasi. Itulah sebabnya maka, sampai hari inipun, mereka tak
dapat mengerti ‘dimana dapat diperoleh kekuatan untuk perjuangan melawan
otokrasi’”.
Betapa tiada tara dan
bagusnya penghinaan itu terhadap perjuangan melawan polisi dari pemuja (pemuja
dalam arti yang paling jelek) gerakan spontan ini, bukan? Dia bersedia membenarkan ketidaktrampilan kita di bidang kospirasi
dengan argumen di bawah syarat gerakan massa yang spontan, yang pada hakekatnya
tidaklah penting bagi kita untuk berjuang melawan polisi politik!! Memang
sedikit sekali yang akan menyetujui kesimpulan yang ajaib ini;
kekurangan-kekurangan organisasi revolusioner kita telah menjadi soal yang
begitu mendesak untuk mengijinkan mereka menyetujui ini. Tetapi jika martinov,
misalnya, tidak mau menyetujuinya, itu hanyalah karea dia tak sanggup atau
tidak mempunyai keberanian untuk memikirkan ide-idenya sampai pada kesimpulan
logis. Sesungguhnya, apakah “tugas” mendorong massa supaya mengajukan tuntutan-tuntutan
kongkrit yang menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud itu memerlukan
usaha-usaha khsusus guna menciptakan suatu organisasi kaum revolusioner yang
kokoh, terpusat, militan? Apakah massa yang sama sekali tidak “berjuang melawan
polisi politik” itupun tak dapat melakukan “tugas” demikian? Lagi: dapatkah
tugas ini dilaksanakan jika, disamping pemimpin-pemimpin yang sedikit itu, ia
tidak dipikul oleh kaum buruh (mayoritas mutlak), yang sama sekali tak mampu
“berjuang melawan polisi politik”? Kaum buruh demikian itu, orang rata-rata
dari kalangan massa, sanggup memperlihatkan enerzi yang maha besar dan
pengorbanan diri dalam pemogokan-pemogokan dan pertempuran di jalan-jalan
melawan polisi dan pasukan-pasukan tentara, dan sanggup (sebenarnya mereka saja
yang sanggup) menentukan kesudahan seluruh gerakan kita –tetapi
perjuanganmelawan polisi politik justru membutuhkan sifat-sifat khsusus,
membutuhkan kaum revolusioner profesional. Dan kita tidak boleh hanya
mengusahakan supaya massa “mengajukan” tuntutan-tuntutan yang kongkrit, tetapi
juga supaya massa buruh “menampilkan” semakin banyak orang revolusioner
profesional demikian itu. Dengan demikian kita telah sampai pada soal hubungan
antara organisasi kaum revolusioner profesional dengan gerakan buruh
semata-mata. Meskipun soal ini mendapatkan sidikit pencerminan dalam literatur,
namun ia telah bnayak menyibukkan kita “politikus-politikus” dalam
pembicaraan-pembicaraan dan perdebatan-perdebatan dengan kawan-kawan yang
sedikit atau banyak condong kepada ekonomisme. Soal ini patut dibahas secara
khusus. Tetapi terlebih dulu baiklah kita petik pertalian antara
kerajian-tanganisme dengan ekonomisme.
Dalam Jawabannya, Tuan N. N.80 menulis: “Grup Pembebasan Kerja
menuntut perjuangan langsung melawan pemerintah tanpa lebih dulu
mempertimbangkan di mana kekuatan-kekuatan materiil untuk perjuangan ini bisa
didapat, dan tanpa menunjukkan jalan perjuangan itu”. Dan
menggarisbawahi kata-kata yang terakhir, penulis menambahkan pada kata “jalan”
catatan bawah halaman berikut: “Hal ini tidak dapat diterangkan oleh
maksud-maksud konspirasi, karena program
tidak menyebutkan suatu komplotan tetapi gerakan massa. Dan massa
tak dapat berjalan lewat jalan-jalan rahasia. Mana mungkin ada pemogokan
rahasia? Masa mungkin ada demonstrasi dan petisi rahasia?” (Vademacum,
hlm. 59). Penulis sangat mendekati baik soal “kekuatan-kekuatan materiil” (para
organisator pemogokan dan demonstrasi) maupun “jalan-jalan” perjuangan, tetapi
walaupun demikian, masih dalam keadaan kebingungan, karena dia “memuja” gerakan
massa, yaitu dia memandangnya sebagai sesuatu yang membebaskan
kita dari keharusan melakukan aktivitas revolusioner dan bukan sebagai sesuatu
yang seharusnya memberanikan kita dan mendorong aktivitas
revolusioner kita. Suatu pemogokan rahasia tidaklah mungkin—bagi orang-orang
yang mengambil bagian di dalamnya dan bagi orang-orang yang langsung
berhubungan dengannya. Tapi suatu pemogokan bisa tetap (dan sebagian besar
tetap) merupakan suatu “rahasia” bagi massa buruh Rusia, karena pemerintah
berusaha memutuskan segala hubungan antara para pemogok, berusaha mencegah
segala berita tentang pemogokan-pemogokan itu jangan sampai tersiar luas. Di
sinilah sesungguhnya dimana dibutuhkan suatu “perjuangan khusus” “melawan
polisi politik”, suatu perjuangan yang sekali-kali tidak akan dapat dilakukan
secara aktif oleh massa yang sebegitu banyak seperti yang ambil bagian dalam
pemogokan-pemogokan. Perjuangan ini harus diorganisasi, menurut “segala aturan
seni”, oleh orang-orang yang secara professional melakukan aktivitas
revolusioner. Kenyataan bahwa massa secara spontan tertarik ke dalam gerakan
tidaklah membuat pengorganisasian perjuangan ini menjadi kurang perlu.
Sebaliknya, hal ini membuatnya menjadi lebih perlu lagi, karena
kita kaum sosialis akan tidak melaksanakan kewajiban kita yang langsung
terhadap massa jika kita tidak mampu mencegah polisi membuat setiap pemogokan
dan setiap demonstrasi menjadi suatu rahasia (dan jika kita sendiri
kadang-kadang tidak mempersiapkannya secara rahasia). Dan kita akan berhasil
dalam melakukan ini, justru karena kebangkitan masssa yang secara spontan itu
akan menampilkan juga dari kalangan mereka sendiri semakin banyak
orang “revolusioner professional” (yaitu, jika kita tidak berniat menasehati
kaum buruh supaya tetap berjalan di tempat).
* * *
C. ORGANISASI KAUM BURUH DAN ORGANISASI KAUM
REVOLUSIONER
Jika konsepsi perjuangan politik bagi kaum sosial-demokrat adalah
identik dengan konsepsi “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan
pemerintah”, maka sewajarnyalah dapat diharapkan bahwa konsepsi “organisasi
kaum revolusioner” baginya sedikit atau banyak identik dengan konsepsi
“organisasi kaum buruh”. Dan ini sebenarnya adalah apa yang sungguh-sungguh
terjadi; sehingga apabila kita berbicara tentang organsasi, kita benar-benar
bicara dalam bahasa yang berlainan. Sebagaimana sekarang saya ingat, misalnya,
pada suatu percakapan antara saya dengan seorang ekonomis yang agak konsekwen,
yang tidak saya kenal sebelumnya. Kami membicarakan brosur Siapa Yang
Akan Melaksanakan Revolusi Politik? Dan kami segera sependapat bahwa
kekurangannya yang utama ialah bahwa ia mengabaikan soal organisasi. Kami mulai
merasa bahwa kami sepenuhnya akur satu sama lain—tetapi…serentak pembicaraan
berjalan terus, ternyatalah bahwa kami membicarakan hal yang berlainan. Lawan
bicara saya menuduh si penulis mengabaikan dana pemogokan, perkumpulan
gotong-royong, dll, sedang yang saya maksudkan suatu organisasi kaum revolusioner yang diperlukan untuk
“melaksakan” revolusi politik. Begitu perbedaan pendapat itu menjadi jelas,
saya sudah tidak ingat lagi akan soal prinsipil satupun yang saya sependapat
dengan kaum ekonomis itu!
Apa yang menjadi sumber perbedaan pendapat kami itu? Sumbernya ialah
kenyataan bahwa baik mengenai soal organisasi maupun soal politik kaum ekonomis
selamanya tergelincir dari sosial-demokratisme ke dalam trade-unionisme.
Perjuangan politik sosial-demokrasi jauh lebih luas dan rumit daripada
perjuangan ekonomi kaum buruh melawan kaum majikan dan pemerintah. Begitu juga
(dan memang karena itu) organisasi suatu partai sosial-demokrat revolusioner
tak dapat tidak pasti suatu organisasi macam lain daripada
organisasi kaum buruh yang diperuntukkan perjuangan ini. Sebuah organisasi kaum
buruh haruslah pertama-tama sebuah organisasi sekerja; kedua, ia harus seluas
mungkin; dan ketiga, ia harus sesedikit mungkin bersifat konspirasi (di sini
dan selanjutnya, sudah tentu, yang saya maksudkan hanyalah Rusia otokratis).
Sebaliknya, organisasi kaum revolusioner haruslah terdiri pertama-tama dan
terutama dari orang-orang yang membuat aktivitas revolusioner sebagai
professinya (itulah ssebabnya saya akan berbicara tentang organisasi kaum revolusioner,
maksudnya ialah kaum revolusioner sosial-demokrat).
Mengingat ciri umum anggota-anggota organisasi demikian itu, maka segala
perbedaan antara kaum buruh dengan kaum intelektual, dan tentu saja
perbedaan-perbedaan di antara berbagai professi haruslah dihapuskan sama
sekali. Organsasi yang demikian itu semestinya tidak boleh terlalu luas
dan sedapat mungkin bersifat konspirasi. Baiklah kita bahas tiga macam
perbedaan ini.
Di negeri-negeri dimana ada kemerdekaan politik perbedaan antara
serikat buruh dengan organisasi politik cukup jelas, sebagaimana perbedaan
antara serikat buruh dengan sosial-demokrasi. Hubungan antara yang tersebut
belakangan dengan yang pertama pasti berbeda-beda di berbagai negeri menurut
syarat-syarat sejarah, syarat-syarat yuridis dan syarat-syarat lainnya— bisa
sedikit banyak rapat, rumit, dsb, (dari sudut pandang kita hubungan itu
seharusnya serapat dan sesederhana mungkin); tetapi di negeri-negeri merdeka
sama sekali tidak bisa organisasi-organisasi serikat buruh identik dengan
organisasi-organisasi partai sosial-demokrat. Akan tetapi di Rusia penindasan otokrasi
sepintas lalu tampaknya menghapuskan segala perbedaan antara organisasi
sosial-demokrat dengan serikat buruh, karena segala perserikatan
kaum buruh dan segala lingkaran dilarang, dan karena manifestasi
serta senjata utama perjuangan ekonomi kaum buruh—pemogokan—dipandang sebagai
suatu pelanggaran kriminal (dan bahkan kadang-kadang sebagai pelanggaran
politik). Karena itu keadaan-keadaan di negeri kita, di satu pihak, sangat
“mendorong” kaum buruh yang melakukan perjuangan ekonomi menaruh perhatian pada
soal-soal politik, dan di pihak lain, keadaan-keadaan itu “mendorong” kaum
sosial-demokrat mencampur-adukkan trade-unionisme dengan sosial-demokratisme
(dan orang-orang sebangsa Kricevski, sebangsa Martinov kita serta
konco-konconya, sementara dengan rajin mendiskusikan “pendorongan” macam
pertama, tidak melihat “pendorongan” macam kedua). Memang, bayangkanlah sendiri
orang-orang yang 99% terbenam dalam “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan
dan pemerintah”. Beberapa di antara mereka, tidak akan pernah, sepanjang masa
aktivitas mereka (empat sampai enam bulan), terdorong untuk memikirkan soal
perlunya suatu organisasi kaum revolusioner yang lebih rumit; lainnya mungkin
akan “bersua” dengan literatur Bernsteinis yang agak luas, dan dari literatur
itu mereka akan menjadi yakin akan istimewa pentingnya “kemajuan perjuangan
sehari-hari yang boyak”. Lainnya lagi mungkin agak terpikat oleh ide yang
menggoda yaitu menunjukkan kepada dunia suatu contoh baru tentang “hubungan
yang erat dan organis dengan perjuangan proletar”—hubungan antara gerakan
serikat buruh dengan gerakan sosial-demokratis. Orang-orang demikian itu bisa
berargumentasi bahwa semakin terbelakang sebuah negeri memasuki gelanggang
kapitalisme dan, karenanya, juga gelanggang gerakan buruh, maka semakin
dapatlah kaum sosialis negeri itu mngambil bagian dalam gerakan serikat buruh
dan menyokong gerakan serikat buruh, dan dapat serta seharusnya semakin
berkurang alasan bagi adanya serikat buruh non sosial-demokratis. Sampai
sekarang argumen tersebut benar sekali; tetapi celakanya ada yang sampai
melewati itu dan mengangan-angankan fusi sepenuhnya antara sosial-demokratisme
dengan trade-unionisme. Kita akan segera melihat, dari contoh Anggaran Dasar
Liga Perjuangan Petersburg, betapa merugikannya pengaruh angan-angan ini atas
rencana-rencana pengorganisasian kita.
Organisasi-organsasi kaum buruh untuk perjuangan ekonomi haruslah
organisasi-organisasi serikat buruh. Setiap buruh sosial-demokrat haru sedapat
mungkin membantu dan bekerja aktif dalam organisasi-organisasi ini. Ini bbenar.
Tetapi sekali-kali bukanlah kepentingan kita untuk menuntut supaya hanya
orang-orang sosial-demokratlah yang bisa menjadi menjadi anggota
serikat-serikat “sekerja”: ini hanya akan mempersempit pengaruh kita atas
massa. Biarlah setiap buruh yang mengerti akan perlunya bersatu untuk
perjuangan melawan kaum majikan dan pemerintah masuk serikat sekerja.
Tujuan-tujuan serikat sekerja itu sendiri tak akan tercapai jika tidak
mempersatukan semua orang yang sekurang-kurangnya telah mencapai tingkat
pengertian yang elementer ini, dan jika serikat-serikat sekerja itu tidak
merupakan organisasi-organisasi yang sangat luas. Dan semakin
luas organisasi-organisasi ini, maka akan semakin luas pulalah pengaruh kita
atas organisasi-organisasi tersebut—suatu pengaruh yang tidak hanya karena
perkembangan “spontan” perjuangan ekonomi tetapi juga karena usaha secara
langsung dan sedar dari anggota-anggota sosialis serikat buruh untuk
mempengaruhi kawan-kawan mereka. Tetapi organisasi yang luas tak dapat
menerapkan konspirasi ketat (karena konspirasi itu menuntut latihan yang jauh
lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk perjuangan ekonomi). Bagaimana
kontradiksi antara perlunya jumlah anggota yang besar dengan perlunya
konspirasi ketat itu dapat disesuaikan? Bagaimana kita dapat membuat organisasi
serikat sekerja itu sesedikit mungkin bersifat konspirasi? Secara umum, untuk
tujuan ini hanya bisa ada dua jalan: atau serikat-serikat sekerja itu
dilegalkan (dan di beberapa negeri hal ini mendahului legalisasi
peerkumpulan-perkumpulan sosialis dan politik), atau organisasi itu tetap
dijaga sebagai suatu organisasi rahasia, tetapi begitu “bebas” dan tidak
berbentuk, lose81
seperti kata orang Jerman, sehingga kebutuhan akan konspirasi bagi massa anggota
menjadi hampir dapat ditiadakan.
Legalisasi perkumpulan-perkumpulan buruh non sosialis dan
non-politik di Rusia sudah mulai dan tak ragu lagi bahwa setiap kemajuan dari
gerakan buruh sosial-demokratis kita yang tumbuh dengan cepat akan
melipatgandakan dan mendorong usaha-usaha legalisasi—usaha-usaha yang untuk
sebagian besar berasal dari pendukung-pendukung sistem yang ada, tetapi
sebagian juga dari kaum buruh sendii dan dari kaum intelektual liberal. Panji
legalitas sudah dikibarkan oleh orang-orang sebangsa Wasilyev dan Zubatov. Tuan-tuan sebangsa Tuan
Ozerov dan Tuan Worms sudah menjanjikan dukungan mereka, dan pengikut-pengikut
aliran baru sudah terdapat di kalangan kaum buruh. Mulai sekarang kita tidak
bisa tidak memperhitungkan aliran ini. Adapun bagaimana kita harus
memperhitungkannya, tidak mungkin ada dua pendapat di kalangan kaum
sosial-demokrat. Kita harus dengan gigih memblejeti setiap peranan yang
dilakukan dalam gerakan ini oleh orang-orang sebagnsa Zubatov dan Wasilyev,
gendarme dan pendeta-pendeta, dan menerangkan kepada kaum buruh apa maksud
mereka yang sesungguhnya. Kita harus pula memblejeti nada kedamaian,
“keharmonisan” yang tercetus dalam pidato-pidato para politikus liberal dalam
rapat-rapat legal kaum buruh, tak pandang apakah pidato-pidato ini didorong
keyakinan sungguh-sungguh akan dikehendakinya kerjasama klas secara damai, oleh
keinginan untuk mencari muka kepada pihak yang berkuasa, atau semata-mata
akibat kerikuhan. Akhirnya, kita harus memperingatkan kaum buruh terhadap jebakan-jebakan yang sering dipasang
oleh polisi, yang dalam rapat-rapat terbuka itu dan perkumpulan-perkumpulan
mendapat ijin memata-matai orang-orang yang “berkepala panas” dan berusaha
melalui organisasi-organisasi legal untuk memasukkan agen-agen provokator
mereka ke dalam organisasi-organisasi ilegal.
Tetapi sementara melakukan kesemuanya ini, kita tidak boleh lupa
bahwa pada akhirnya legalisasi gerakan buruh akan menguntungkan
kita dan bukan menguntungkan orang-orang sebangsa Zubatov. Sebaliknya, justru
kampanye pemblejetan kita yang akan membantu kita memisahkan rerumputan dari
batang gandum. Mengenai apa itu rerumputan, sudah kita tunjukkan. Dengan batang
gandum, kita maksudkan ialah bahwa perhatian lapisan-lapisan buruh yang lebih
besar lagi dan lebih terbelakang tertarik pada soal-soal sosial dan politik;
kita maksudkan membebaskan kita , kaum revolusioner, dari fungsi-fungsi yang
pada hakekatnya legal (penyebaran buku-buku legal, gotong-royong, dll), dan
yang pada perkembangannya pasti akan memberikan kepada kita semakin banyak
bahan untuk agitasi. Dalam arti ini kita bisa dan dan harus berkata kepada
orang-orang sebangsa Zubatov dan Ozerov: terus berusahalah tuan-tuan,
berusahalah! Karena kalian memasang jebakan bagi kaum buruh (baik dengan jalan
provokasi secara langsung maupun dengan pembejatan kaum buruh secara “jujur”
dengan bantuan “Struwe-isme”), maka akan kita usahakan ssupaya kalian
diblejeti. Karena kalian mengambil langkah maju yang nyata, walaupun dalam
bentuk “liku-liku yang paling takut-takut”, kita kan berkata: silakan terus!
Dan satun-satunya langkah yang dapat merupakan langkah maju yang nyata ialah
perluasan yang nyata, meskipun kecil, dari lapangan aksi kaum buruh. Dan setiap
perluasan demikian itu akan
menguntungkan kita dan akan membantu mempercepat munculnya
perkumpulan-perkumpulan legal di mana bukan agen-agen provokator akan mencium
jejak kaum sosialis, tetapi dimana kaum sosialis akan mendapat pengikut. Pendek kata, tugas
kita ilah membersihkan tanah untuk tumbuhnya benih gandum. Dan sementara
orang-orang sebangsa Afanasi Iwanowic dan sebangsa Pulkheria Iwanovna82 memelihara tanaman pot-potan mereka,
kita harus menyediakan penyabit yang pandai membabat rerumputan pada hari ini,
dan juga menuai gandum pada hari esok*.
Jadi dengan legalisasi itu kita tak dapat memecahkan
masalah menciptakan suatu organisasi serikat buruh yang akan sesedikit mungkin konspiratif dan yang akan
seluas mungkin (tetapi kita akan sangat gembira jika orang-orang sebangsa
Zubatov dan Ozerov memberikan kita kesempatan sekalipun sebagian untuk
pemecahan itu—dan untuk tujuan itu kita harus berjuang melawan mereka sekuat
mungkin!). Tinggal jalan organisasi serikat buruh rahasia; dan kita harus
memberi segala bantuan kepada kaum buruh yang (sebagaimana kita ketahui dengan
pasti) sudah menempuh jalan ini. Organisasi-organisasi serikat buruh tidak
hanya bisa mempunyai nilai yang sangat besar dalam usaha mengembangkan dan
mengkonsolidasi perjuangan ekonomi, tetapi bisa pula menjadi pembantu yang
sangat penting bagi agitasi politik dan organisasi revolusioner. Untuk mencapai
ini, dan untuk membimbing gerakan serikat buruh yang mulai timbul menurut
saluran-saluran yang diingini kaum sosial-demokrat, kita pertama-tama harus
menyadari dengan jelas betapa nonsensnya rencana organisasi yang telah
menyibukkan kaum ekonomis Petersburg selama hampir lima tahun. Rencana ini
dibentangkan baik dalam “Anggaran Dasar Dana Buruh” pada bulan Juli 1897 (Listok
Rabotnika No. 9-10, hlm. 46; diambil dari Rabocaya Misl
No. 1), maupun dalam “Anggaran Dasar Organisasi Serikat Buruh” pada bulan
Oktober 1900 (surat sebaran khusus yang dicetak di Petersburg dan dikutip dalam
Iskra No. 1). Kekurangan fundamental dari kedua anggaran dasar
ini ialah bahwa kedua anggaran-anggaran dasar tersebut memberikan formulasi
secara terperinci mengenai organisasi luas kaum buruh dan memcampuradukkannya
dengan organisasi kaum revolusioner. Marilah kita ambil anggarand asar yang
kedua, karena ia disusun secara lebih terperinci. Isinya terdiri dari 52 pasal.
Dua puluh tifa pasal menguraikan struktur, cara pengelolaan dan yurisdiksi
“lingkaran-lingkaran kaum buruh”, yang harus diorganisasi di setiap pabrik
(“tidak lebih dari sepuluh orang”) dan yang memilih “grup-grup pusat (pabrik)”,
“Grup Pusat”, bunyi pasal 2, “mengikuti semua yang terjadi di pabrik atau
kilang dan membuat catatan tentang kejadian-kejadian di pabrik atau di kilang
itu”. “Grup Pusat memberikan laporan keuangan setiap bulan kepada semua
anggota” (pasal 17), dsb. Sepuluh pasal diperuntukkan bagi “organisasi
distrik”, dan 19 pasal bagi soal saling hubungan yang sangat rumit antara
“Komite Organisasi Buruh” dengan “Komite Liga Perjuangan Petersburg”
(wakil-wakil yang dipilih dari setiap distrik dan dari “grup-grup
eksekutif”—“grup-grup propagandis, grup-grup untuk memelihara hubungan dengan
provinsi-provinsi dan dengan organisasi di luar negeri. Grup-grup untuk
mengurus perbekalan, penerbitan dan dana”.
Sosial-demokrasi= “grup-grup eksekutif” dalam hubungan dengan
perjuangan ekonomi kaum buruh! Akan sulitlah mendemonstrasikan dengan lebih
menyolok bagaimana ide-ide kaum ekonomis menyimpang dari sosial-demokratisme ke
trade-unionisme, dan bagaimana asingnya bagi mereka setiap gagasan bahwa
seorang sosial-demokrat harus menaruh perhatian pertama-tama dan terutama pada
organisasi kaum revolusioner yang sanggup memimpin seluruh
perjuangan proletariat untuk pembebasan. Berbicara tentang “pembebasan politik
klas buruh” dan tentang perjuangan melawan “despotisme tsar”, tetapi menyusun
anggaran dasar semacam itu, berarti sama-sekali tidak mempunyai pengertian
tentang tugas-tugas politik yang sebenarnya dari sosial-demokrasi itu. Tak
satupun dari kurang lebih lima puluh pasal itu yang menunjukkan sedikit saja
pengertian bahwa perlu melakukan agitas politik seluas mungkin di kalangan
massa, agitasi yang membahas setiap segi absolutisme Rusia dan semua ciri
berbagai klas sosial di Rusia. Anggaran dasar semacam ini tidak ada gunanya
sekalipun untuk mencapai tujuan-tujuan
trade-unionis, apalagi tujuan-tujuan politik, karena hal ini membutuhkan
organisasi menurut lapangan pekerjaan, yang sama-sekali tidak
disebut-sebut dalm Anggaran Dasar itu.
Tetapi yang paling khas dari semuanya ialah, mungkin, sifat terlalu
berat di atas yang mengagungkan dari seluruh “sistem” itu yang mencoba mengikat
setiap pabrik dengan “komite” dengan tali permanen yaitu peraturan-peraturan
yang seragam dan tetek bengek yang menggelikan dan sistem pemilihan tiga
tingkat. Terkungkung oleh pandangan ekonomisme yang picik, maka pikiran
tenggelamlah dalam detail-detail yang pasti berbau formalisme dan birokrasi.
Dalam praktek, sudah barang tentu, tiga perempat dari pasal-pasal ini tidak
pernah diterapkan; akan tetapi, sebaliknya, suatu organisasi “konspiratif”
macam ini, dengan grup pusatnya di setiap pabrik, sangat memudahkan
gendarme-gendarme melakukan penggerebekan secara besar-besaran. Kawan-kawan
Polandia telah mengalami tahap yang demikian itu dalam gerakan mereka, pada kala
setiap orang antusias dengan pengorganisasian dana-dana buruh secara luas;
tetapi mereka cepat sekali melepaskan ide-ide ini ketika mereka melihat bahwa
organisasi-organisasi demikian itu hanyalah mendatangkan panen yang kaya bagi
gendarme-gendarme. Jika kita menghendaki organisasi-organisasi kaum buruh yang
luas dan bukan penangkapan-penangkapan secara besar-besaran, jika kita tidak
ingin memberi kepuasan kepada gendarme-gendarme, maka kita harus berusaha
supaya organisasi-organisasi ini sama sekali tidak formal. Tetapi apakah
organisasi-organisasi itu akan dapat berfungsi jika demikian? Baiklah, mari
kita lihat apa fungsi-fungsinya itu: “……mengikuti semua yang terjadi dalam
pabrik dan membuat catatan tentang kejadian-kejadian dalam pabrik itu” (Anggaran
Dasar pasal 20. Apakah kita betul-betul membutuhkan organisasi dengan bentuk
tertentu untuk ini? Apakah hal ini tidak dapat dicapai dengan lebih baik dengan
surat-menyurat kepada surat-surat kabar ilegal dan tanpa mendirikan grup-grup
khusus? “…….. Memimpin perjuangan kaum buruh untuk perbaikan keadaan mereka
dalam pabrik” (Anggaran Dasar pasal 3). Inipun tidak membutuhkan grup formal.
Sembarang agitator yang cerdas sedikit saja dapat mengetahui dengan tepat
tuntutan-tuntutan apa yang ingin
diajukan kaum buruh dari percakapan biasa dan menyampaikannya kepada organisasi
kaum revolusioner yang sempit—bukan yang luas—supaya dimuat dalam surat
sebaran. “……Mengorganisasi dana….. dengan iuran dua kopek dari setiap rubel”
(Pasal 9)……memberikan laporan keuangan setiap bulan kepada para anggota (pasal
170….memecat anggota-anggota yang tidak membayar iuran (pasal 10), dan
seterusnya. Sungguh, inilah sorga betul-betul bagi polisi; karena bagi mereka
tidak ada yang lebih mudah daripada menembus seluruh konspirasi “dana pabrik
pusat” ini, ,menyita uangnya dan menangkapi semua orang yang terbaik. Apakah
tidak lebih sederhana mengeluarkan kartu-kartu dari satu atau dua kopek dengan
memakai cap resmi dari suatu organisasi yang terkenal (yang sangat sempit dan
dan sangat konspiratif), atau megnadakan pemungutan tanpa kartu macam apapun
dan memuat laporan-laporan menurut kode tertentu yang sudah disetujui dalam
sebuah surat kabar ilegal? Dengan begitu tujuan akan tercapi, tetapi akan
seratus kali lebih sulit bagi gendarme-gendarme untuk menemukan kuncinya.
Saya dapat meneruskan menganalisa Anggaran Dasar itu, tetapi saya
rasa cukuplah apa yang sudah dikatakan di atas. Suatu inti kecil yang kompak
terdiri dari buruh-buruh yang paling dapat dipercaya, berpengalaman dan
terbaja, yang mempunyai wakil-wakil yang bertanggung jawab di distrik-distrik
yang terpenting dan yang berhubungan melalui semua peraturan konspirasi yang
ketat dengan organisasi kaum revolusioner, dapat, dengan bantuan yang
seluas-luasnya dari massa dan tanpa organisasi formal apapun melakukan semua
fungsi organisasi serikat buruh, dan tambahan pula, melakukannya menurut cara
yang dikehendaki sosial-demokrasi. Hanya dengan jalan demikianlah kita dapat
menjamin pengkonsolidasian dan pengembangan gerakan serikat buruh
sosial-demokratis, kendatipun adanya segala gendarme.
Orang bisa mengajukan keberatan bahwa organisasi yang begitu los,
sehingga juga tidak mempunyai bentuk tertentu, dan yang bahakan tidak mempunyai
anggota yang tercatat dan terdaftar, sekali-kali tidaklah bisa dinamakan suatu
organisasi. Itu mungkin. Saya tidak mementingkan nama. Tetapi “organisasi tanpa
anggota” ini akan melakukan segala-galanya yang diperlukan, dan sejak semula
menjamin hubungan yang serapat-rapatnya antara serikat-serikat buruh kita yang
akan datang dengan sosialisme. Hanyalah seorang utopis yang sudah tak dapat
diperbaiki lagi yang menginginkan suatu organisasi kaum buruh yang luas,
dengan pemilihan, laporan, hak pilih umum, dsb, di bawah otokrasi.
Kias yang dapat diambil dari sini sederhana saja: jika kita mulai
dengan dasar yang kokoh dari suatu organisasi kaum revolusioner yang kuat, maka
kita dapat menjamin kestabilan gerakan dalam keseluruhannya dan melaksanakan
tujuan-tujuan sosial-demokrasi maupun tujuan-tujuan serikat buruh sendiri. Akan
tetapi jika kita mulai dengan organisasi luas kaum buruh, yang dianggap paling
“mudah dimasuki” massa (tetapi sebenarnya paling mudah dimasuki gendarme dan
membuat kaum revolusioner paling mudah didatangi polisi), kita tak akan
mencapai satu pun dari kedua tujuan itu; kita tidak akan membebaskan diri dari
kerajinan-tanganisme, dan karena kita tetap berkeping-keping dan kekuatan kita
senantiasa diceraiberaikan oleh polisi, maka kita hanya akan membuat
serikat-serikat buruh tipe Zubatov dan Ozerov itu paling mudah dimasuki massa.
Sebenarnya, apa seharusnya fungsi-fungsi organisasi kaum
revolusioner? Hal ini akan kita bicarakan secara terperinci. Tetapi lebih dulu
marilah kita tinjau satu argumen yang sangat khas yang dikemukakan oleh teroris
kita, yang dalam hal ini juga (nasib malang!) adalah tetangga dekat ekonomis. Swoboda
(No. 1), majalah yang diterbitkan untuk kaum buruh, memuat sebuah artikel yang
berjudul “Organisasi”, yang penulisnya mencoba membela kawan-kawanya, kaum
buruh ekonomis dari Iwanowo-Woznesensk. Dia menulis:
“Adalah jelek apabila orang banyak bisu dan
tak berkesadaran, dan apabila gerakan tidak timbul dari lapisan bawah.
Misalnya, para mahasiswa dari suatu kota universitas pulang ke rumah
masing-masing selama musim panas dan liburan-liburan lainnya dan segera
terhentilah gerakan kaum buruh. Dapatkah suatu gerakan kaum buruh yang harus
didorong dari luar menjadi suatu kekuatan yang sesungguhnya? Tentu saja tidak!
…. Ia belum belajar berjalan, ia masih dituntun. Demikianlah halnya dengan
segala sesuatu. Para mahasiswa pergi dan segala sesuatu berhenti. Yang paling
cakap ditangkap, kepala susu dicedok—susu menjadi asam. Jika ‘komite’nya
ditangkap segala sesuatu macet sampai komite baru dapat terbentuk. Dan siapa
tahu komite macam apa yang akan terbentuk kemudian—mungkin sama sekali tidak
seperti yang terdahulu. Yang pertama berkata begini, yang kedua mungkin berkata
justru kebalikannya. Kontinuitas antara kemarin dan besok terputus, pengalaman
masa lampau tidak menjadi pelajaran bagi masa depan. Dan kesemuanya ini adalah
karena di kalangan orang banyak belum tertancap
akar-akar yang dalam; pekerjaan dilakukan bukan oleh seratus orang yang
tolol, melainkan oleh selusin orang yang bijaksana. Selusin orang yang
bijaksana dapat disapu sekali pukul, tetapi apabila organisasi itu meliputi
orang banyak, maka tak seorang pun, bagaimanapun juga kerasnya dia berdaya
upaya, akan mampu memusnahkan usaha kita” (hlm. 63).
Fakta-fakta itu dapat dilukiskan dengan tepat. Fakta-fakta itu
memberikan gambaran yang agak baik tentang kerajinan-tanganisme kita. Tetapi
kesimpulan-kesimpulannya baik dalam hal kebodohannya maupun kecerobohan
politiknya adalah sepadan dengan Rabocaya Misl.
Kesimpulan-kesimpulan itu merupakan puncak kebodohan, karena si penuls
mencampuradukkan soal filsafat dan soal sosial-sejarah tentang “kedalaman”
“akar-akar” gerakan dengan soal teknik dan keorganisasian cara terbaik melawan
gendarme. Kesimpulan-kesinpulan itu merupakan puncak kecerobohan politik,
karena si penulis, bukannya berpaling dari pemimpin-pemimpin yang jelek dan
menghimbau kepada pemimpin-pemimpin yang baik, melainkan berpaling dari
pemimpin-pemimpin pada umumnya dan emnghimbau kepada “orang banyak”. Ini sama
dengan suatu percobaan untuk menyeret kita mundur secara organisasi sebagaimana
ide untuk mengganti agitasi politik dengan terorisme yang merangsang menyeret
kita mundur secara politik. Memang, saya sedang benar-benar megnalami embras de
richesses*, dan tak tahu darimana saya mulai menguraikan kekusutan yang
ditimbulkan oleh Swoboda itu. Untuk jelasnya, akan saya coba
mulai dengan mengutip suatu contoh. Ambillah orang-orang Jerman. Saya harap,
kalian tidak akan menyangkal bahwa organisasi mereka mencakup orang banyak,
bahwa di Jerman semuanya berasal dari orang banyak, bahwa gerakan buruh di sana
sudah belajar berjalan. Tetapi perhatikan bagaimana orang banyak yang
berjuta-juta itu menilai “selusin” pemimpin politiknya yang sudah teruji,
bagaimana mereka melekat erat-erat pada para pemimpinnya! Para anggota partai-partai
musuh dalam parlemen sering mengolok-olok kaum sosialis dengan mengatakan:
“Memang kalian orang-orang demokrat yang baik! Gerakan kalian adalah gerakan
klas buruh dalam nama saja, dalam kenyataan sesungguhnya klik pemimpin-pemimpin
itu juga yang selalu tampil. Bebel yang itu juga, Liebknecht yang itu juga,
dari tahun ke tahun, dan itu terus berlangsung selama puluhan tahun.
Wakil-wakil buruh kalian yang katanya dipilih itu lebih permanen daripada
pejabat-pejabat yang diangkat oleh kaisar!” Tetapi orang-orang Jerman itu
membalasnya hanya dengan senyum menghina usaha-usaha demagogik ini untuk
mempertentangkan “orang banyak” dengan para “pemimpin”, untuk mengobarkan
insting buruk dan ambisius pada orang banyak, dan untuk merampas gerakan dari
kekohohan dan stabilitasnya dengan menggerogoti kepercayaan massa kepada
“selusin orang bijaksana” mereka. Pikiran politik sudah cukup berkembang di
kalangan orang-orang Jerman, dan mereka telah mengumpulkan cukup pengalaman
politik untuk mengerti bahwa tanpa “selusin” pemimpin yang sudah teruji dan
berbakat (dan orang-orang yang berbakat tidak lahir ratusan), terlatih secara
professional, terdidik oleh pengalaman yang lama dan bekerja dalam keserasian
yang sempurna, tidak ada klas dalam masyarakat modern yang dapat melakukan
perjuangan dengan gigih. Orang-orang Jerman pun pernah mempunyai
demagog-demagog dalam barisan mereka yang telah menyanjung “seratus orang
tolol”, mengagungkan mereka di atas “selusin orang bijak”, memuji-muji “tinju
berotot besar” dari massa, dan (seperti Most dan Hassellman) telah merangsang
mereka melakukan aksi “revolusioner” yang sembrono dan menyebarkan
ketidakpercayaan kepada para pemimpin yang teguh dan tabah. Hanya dengan
berjuang terus menerus dan tak kenal damai melawan segala macam elemen
demagogik di dalam gerakan sosialis, barulah sosialisme Jerman berhasil tumbuh
dan menjadi kuat. Akan tetapi orang-orang kita yang sok pintar itu pada waktu
sosial-demokrasi Rusia mengalami krisis yang seluruhnya disebabkan oleh tidak
adanya cukup banyak pemimpin yang terlatih, maju dan berpengalaman guna
memimpin massa yang bangkit secara spontan, berteriak dengan kedalaman si
pandir: “Sungguh jelek apabila gerakan tidak berasal dari orang-orang lapisan
bawah”!
“Suatu komite mahasiswa tidaklah berguna, ia tidak stabil!”. Benar
sekali. Tetapi kesimpulan yang harus ditarik dari sini ialah bahwa kita harus
mempunyai suatu komite kaum revolusioner professional dan
tidaklah menjadi soal apakah seorang mahasiswa atau seorang buruh sanggup
menjadi seorang revolusioner professional. Akan tetapi kesimpulan yang kalian
tarik ialah bahwa gerakan buruh tidak boleh didorong dari luar! Dalam kenaifan
politik kalian, kalian tidak melihat bahwa kalian sedang membantu kaum ekonomis
kita dan memupuk kerajinan-tanganisme kita. Dengan jalan bagaimana, kalau saya
boleh bertanya, para mahasiswa kita itu “mendorong” kaum buruh kita? Semata-mata
dengan membawa kepada buruh keratan-keratan pengetahuan politik yang
dimilikinya sendiri, remah-remah dari ide-ide sosialis yang telah berhasil
diperolehnya (karena santapan rohani yang utama dari mahasiswa masa kini, yaitu
“Marxisme legal”, hany dapat memberikan abese, hanya remah-remah pengetahuan).
“Pendorongan dari luar” demikian itu belum pernah
terlalu banyak; sebaliknya, hingga kini masih terlalu sedikit, keterlaluan
sedikitnya dalam gerakan kita, karena kita terlalu tekun bekerja dengan
mengurung diri; kita telah memuja terlalu amat membludak kepada “perjuangan
ekonomi” elementer kaum “buruh melawan majikan dan pemerintah”. kita kaum
revolusioner professional harus dan akan menjadikan pekerjaan kita melakukan
“pendorongan” macam ini seratus kali lebih hebat daripada kita
lakukan selama ini. Tetapi justru kenyataan bahwa kalian memilih kata-kata yang
begitu hina seperti “pendorongan dari luar”—kata-kata yang tidak bisa tidak
membangkitkan di kalangan kaum buruh (sekurang-kurangnya di kalangan kaum buruh
yang sama belum berkembangnya seperti kalian sendiri) rasa tidak percaya kepada
semua orang yang membawa kepada mereka pengetahuan politik dan
pengalaman revolusioner dari luar, dan membangkitkan pada mereka nafsu naluriah
untuk melawan semua orang itu—membuktikan bahwa kalian adalah demagog,
dan demagog adalah musuh yang paling jahat klas buruh.
Ya, ya! Jangan cepat-cepat muali menjerit-jerit mengenai “cara-cara’
polemik saya yang “tidak secara sekawan”! Saya sesekali tidak bermaksud
menyangsikan kemurnian maksud-maksud kalian. Seperti sudah saya katakan, orang
dapat menjadi demagog semata-mata karena kenaifan politik. Tetapi sudah saya
tunujukkan bahwa kalian telah merosot ke demagogi, dan saya tidak akan
jemu-jemunya mengulangi bahwa demagog-demagog adalah musuh yang paling jahat
klas buruh. Musuh yang paling jahat karena mereka mengobarkan insting-insting
jelek pada orang banyak, karena buruh yang belum maju tak dapat mengenal musuh
pada diri orang-orang yang menampilkan diri, dan kadang-kadang dengan ketulusan
hati, sebagai sahabat-sahabatnya. Musuh-musuh yang terjahat karena dalam
periode perpecahan dan kegoyangan, ketika gerakan kita baru saja mulai
mengambil bentuk, tidak ada yang lebih mudah daripada menggunakan cara
demagogik untuk menyesatkan orang banyak yang dapat menyadari kesalahnnya baru
kemudian sesudah megnalami pengalaman yang paling pahit. Itulah sebabnya semboyan
kini bagi sosial-demokrat Rusia haruslah: berjuang dengan tegas melawan Swoboda
dan Raboceye Dyelo, yang kedua-duanya telah merosot ke tingkat demagogi (hal
ini akan kita bahas secara lebih terperinci lagi di tempat lain*).
“Selusin orang bijaksana dapat diringkus lebih mudah daripada
seratus orang tolol!” Kebenaran yang cemerlang ini (untuk mana seratus orang
tolol akan selalu bertepuk tangan menyambut kalian) tampaknya jelas hanya
karena justru di tengah-tengah perdebatan kalian telah melompat dari satu soal
ke soal lain. Kalian mulai dengan bicara, dan terus bicara tentang “komite”,
“organisasi” yang diringkus, dan sekarang kalian melompat ke soal “kedalaman”
“akar-akar” gerakan. Tentu saja, kenyataannya ialah bahwa gerakan kita tak
dapat diringkus justru karena ia mempeunyai ratusan dan ratusan ribu akar yang mendalam di
kalangan massa; tetapi soalnya kan sama sekali bukan itu. Mengenai “akar-akar
yang dalam” itu, kita tak dapat “diringkus” sekarang pun, kendatipun segala
kerajinan-tanganisme kita, namun kita semua, mengeluh, dan tidak bisa tidak
mengeluh, karena diringkusnya “organisasi-organisasi”, dengan akibat musnahnya
setiap kesinambungan gerakan. Tetapi karena kalian mengemukakan soal
peringkusan organisasi dan tidak mau melepaskannya, maka saya
tegaskan kepada kalian bahwa jauh lebih sulit meringkus selusin orang bijaksana
daripada seratus orang tolol. Dan tesis ini akan saya pertahankan bagaimanapun
juga kalian menghasut orang banyak supaya menentang saya karena
“anti-demokratisme saya, dsb. Seperti sudah saya katakan berkali-kali bahwa
dengan “rang-orang bijaksana”, dalam hubungan dengan organisasi, saya maksudkan
orang-orang revolusioner professional, tak peduli apakah mereka
itu terlatih dari kalangan para mahasiswa atau kaum buruh. Saya tegaskan: 1)
bahwa tak ada gerakan revolusioner yang dapat bertahan tanpa suatu organisasi
yang stabil dari pemimpin-pemimpin dan yang memelihara kesinambungan; 2) bahwa
semakin luas massa yang secara spontan tertarik ke dalam perjuangan, yang
merupakan dasar gerakan dan ikut serta di dalamnya, maka semakin mendesaklah
kebutuhan akan organisasi demikian itu, dan semakin kokoh seharusnya organisasi
ini (karena jauh lebih mudah bagi demagog-demagog untuk menyesatkan
lapisan-lapisanmassa yang lebih terbelakang); 3) bahwa organisasi demikian itu
harus terdiri terutama dari orang-orang yang secara professional melakukan
aktivitas revolusioner; 4) bahwa di negara otokrasi, semakin kita membatasi
keanggotaan organisasi demikian itu pada orang-orang yang secara professional
melakukan aktivitas revolusioner dan yang secara professsional telah terlatih
dalam seni berjuang melawan polisi politik, maka akan semakin sukarlah untuk
“meringkus” organisasi demikian itu, dan 5) akan semakin besarlah
jumlah orang baik dari klas buruh maupun dari klas-klas lainnya dalam
masyarakat yang akan bisa ikut serta dalam gerakan dan bekerja aktif di
dalamnya.
Saya persilakan kaum ekonomis, teroris dan “ekonomis-teroris”* kita membantah dalil-dalil
ini. Pada saat ini saya hanya akan membahas dua hal terakhir. Soal mengenai
apakah lebih mudah untuk meringkus “selusin orang bijaksana” atau “seratus
orang tolol” pokoknya adalah soal yang telah kita kupas di atas, yaitu apakah
mungkin mempunyai organisasi massal pada waktu diperluas
konspirasi yang ketat. Kita tak akan dapat memberikan kepada suatu organisasi
yang luas derajat konspirasi, yang tanpa itu mustahil ada stabilitas dan
kesinambungan perjuangan melawan pemerintah. tetapi memuaskan semua fungsi
konspirasi dalam tangan sesedikit mungkin orang revolusioner professional
tidaklah berarti bahwa orang-orang revolusioner professional itu akan “berpikir
untuk semuanya” dan bahwa orang banyak tidak akan ambil bagian aktif dalam gerakan.
Sebaliknya, orang banyak akan menampilkan dari barisannya semakin banyak orang revolusioner
professional; karena mereka akan tahu bahwa tidaklah cukup beberapa mahasiswa
dan beberapa orang buruh yang melakukan perjuangan ekonomi itu saja, berkumpul
bersatu dan membentuk suatu “komite”, tetapi bahwa diperlukan waktu
bertahun-tahun guna melatih diri untuk menjadi seorang revolusioner
professional; orang banyak tidak akan “memikirkan” cara-cara
kerajinan-tanganisme saja tetapi juga latihan itu. Sentralisasi fungsi-fungsi
konspirasi organisasi sama sekali tidaklah berarti sentralisasi
semua fungsi gerakan. Keikutsertaan aktif massa yang
seluas-luasnya dalam pers ilegal tidak
akan berkurang karena “selusin” orang revolusioner professional mensentralisasi
fungsi-fungsi konspirasi yang berkaitan dengan pekerjaan ini; sebaliknya,
keikutsertaan itu akan meningkat sepuluh kali lipat. Dengan
demikianlah, dan hanya demikianlah, kita akan menjamin bahwa pembacaan
literatur ilegal, menulis untuk literatur ilegal itu, dan sampai pada batas
tertentu penyebarannya pun, hampir tidak lagi merupakan pekerjaan
konspirasi, karena polisi akan segera menyadari ketololan dan
kemustahilan menggerakkan seluruh aparat pengadilan, dan pemerintahan untuk
menyergap setiap eksemplar penerbitan yang disiarkan dalam jumlah ribuan. Hal
ini tidak hanya berlaku bagi pers, tetapi juga bagi semua fungsi gerakan,
bahkan bagi demonstrasi-demonstrasi. Keikutsertaan secara aktif dan luas massa
tak akan menderita kerugian; tetapi sebaliknya, akan beruntung karena kenyataan
bahwa “selusin” orang revolusioner yang berpengalaman, yang secara professional
tidak kurang terlatihnya daripada polisi, akan mensentralisasi semua segi
konspirasi pekerjaaan itu—menyusun surat-surat sebaran, menyusun rencana-rencana
secara garis besar dan mengangkat badan-badan pemimpin untuk masing-masing
distrik kota, untuk masing-masing distrik pabrik dan untuk masing-masing
lembaga pendidikan, dsb. (saya tahu bahwa akan ada orang yang membantah
pandangan-pandangan saya yang “tidak demokratis”, tetapi keberatan yang sama
sekali tidak cerdik ini akan saya jawab selengkapnya nanti). Sentralisasi
fungsi-fungsi yang paling konspiratif dalam sebuah organisasi kaum revolusioner
taka akan mengurangi, tapi malah menambah luas dan mempertinggi mutu aktivitas
sejumlah besar organisasi lainnya yang diperuntukkan bagi umum yang luas dan
oleh karena itu selonggar mungkin dan sedapat-dapatnya tidak konspiratif,
seperti serikat-serikat kaum buruh, lingkaran-lingkaran pendidikan sendiri
buruh dan lingkaran-lingkaran untuk pembacaan literatur ilegal,
lingkaran-lingkaran sosialis dan juga lingkaran-lingkaran demokratis di
kalangan semua lapisan penduduk lainnya, dst, dst. Kita harus
mempunyai lingkaran-lingkaran, serikat-serikat buruh dan organisasi sedemikian
itu dimana-mana dalam jumlah sebanyak mungkin dan dengan fungsi
yang sangat beraneka warna; tetapi sunguh nonsen dan membahayakan jika mencampuradukkan
lingkaran-lingkaran tersebut dengan organisasi kaum revolusioner,
jika menghapuskan garis pemisah di antara mereka, jika lebih memburamkan lagi
pengertian massa yang sudah luar biasa kaburnya itu mengenai hal bahwa untuk
“mengabdi” kepada gerakan massa kita harus mempunyai orang-orang yang khusus
membaktikan diri sepenuh hati pada aktivitas-aktivitas sosial-demokratis, dan
bahwa orang-orang itu harus melatih diri dengan sabar dan tekun
menjadi orang-orang revolusioner
professional.
Ya, pengertian ini telah menjadi luar biasa kaburnya. Dosa kita yang
terbesar mengenai organisasi ialah bahwa dengan kerajinan-tanganisme
kita, kita telah memerosotkan prestise kaum revolusioner di Rusia.
Seseorang yang lembek dan goyah dalam soal-soal teori, yang mempunyai pandangan
picik, yang mengemukakan spontanitas massa sebagai dalih bagi kemlempemannya
sendiri, yang lebih mirip seorang sekretaris buruh daripada mimbar rakyat, yang
tidak sanggup mengajukan suatu rencana yang luas dan berani yang akan
menimbulkan rasa hormat bahkan pada lawan-lawan pun, dan yang tak berpengalaman
dan kaku dalam seni professionalnya sendiri—seni perjuangan melawan polisi
politik—nah, orang demikian itu bukanlah seorang revolusioner melainkan seorang
tukang kerajinan-tangan yang menyedihkan!
Hendaknya jangan ada seorang pekerja praktis yang merasa tersinggung
karena kata-kata yang terus terang ini, karena mengenai latihan yang tak cukup,
saya terapkan kata-kata itu pertama-tama dan terutama pada diri saya sendiri.
Saya pernah bekerja di sebuah lingkaran83
yang mengajukan untuk dirinya sendiri tugas-tugas yang sangat luas, yang
menyeluruh; dan kami semua, anggota-anggota lingkaran itu, merasa pedih, perih,
karena menyadari bahwa kami ternyata adalah tukang kerajinan tangan pada saat
sejarah tatkala kita semestinya dapat mengatakan, dengan menubah kata-kata
seloka yan gterkenal: “Berilah kami sebuah organisasi kaum revolusioner, maka
Rusia akan kami jungkir-balikkan!” Dan semakin sering saya teringat pada rasa
malu yang membakar yang saya alami pada waktu itu, maka semakin pahitlah
perasaan saya terhadap orang-orang sosial-demokrat gadungan yang
khotbah-khotbahnya “menodai martabat seorang revolusioner”, yang tidak megnerti
bahwa kita bukanlah membela pemerosotan seorang revolusioner ke tingkat tukang kerajinan tangan, melainkan meningkatkan
tukang-tukang kerajinan tangan itu ke taraf kaum revolusioner.
* * *
WASANA KATA
Sejarah
sosial-demokrasi Rusia dapat dibagi dengan jelas dalam tiga periode:
Periode pertama
meliputi kira-kira sepuluh tahun, kira-kira dari tahun 1884 sampai pada tahun
1894. Ini adalah periode kelahiran dan
konsolidasi teori dan program sosial-demokrasi. Jumlah pengikut aliran baru di
Rusia dapat dihitung dengan jari. Sosial-demokrasi ada tanpa gerakan buruh;
sebagai suatu partai politik ia megnalami proses perkembangan embrional.
Periode kedua
mencakup tiga atau empat tahun—1894-1898. Dalam periode ini sosial-demokrasi
lahir sebagai gerakan sosial, sebagai kebangkitan massa rakyat, sebagai partai
politik. Ini adalah periode masa kanak-kanak dan masa remajanya. Dengan
kecepatan bagaikan wabah menjalarlah di kalangan intelijensia suatu kegairahan
umum untuk menentang Narodisme dan masuk ke kalangan buruh; suatu kegairahan
umum di kalangan kaum buruh untuk aksi mogok. Gerakan itu memperoleh
sukses-sukses maha besar. mayoritas terbesar para pemimpinnya adalah
orang-orang yang masih muda sekali yang masih jauh di bawah “usia tiga puluh
lima tahun” yang rupanya bagi Tuan N. Mikhailovski merupakan semacam garis
batas yang wajar. Berhubung dengan kemudaan mereka, maka ternyatalah mereka
tidak terlatih untuk pekerjaan praktis dan mereka turun panggung dengan sangat
cepatnya. Tetapi dalam kebanyakan hal ruang lingkup pekerjaan mereka luas
sekali. Banyak di antara mereka mulai berpikir secara revolusioner sebagai
pengikut-pengikut Narodnaya Wolya. Hampir semua mereka dalam awal masa mudanya
dengan gairah memuja-muja pahlawan teroris. Untuk membuang kesan-kesan yang
mempesonakan dari tradisi-tradisi heroik ini diperlukan perjuangan, dan
dibarengi dengan pemutusan hubungan dengan orang-orang yang bertekad bulat
untuk tetap setia pada Narodnaya Wolya dan yang sangat dihormati oleh kaum
sosial-demokrat yang masih muda itu. Perjuangan itu memaksa mereka belajar,
membaca literatur ilegal dari berbagai macam
aliran dan dengan seksama mempelajari soal-soal Narodisme legal.
Terlatih dalam perjuangan ini, kaum sosial-demokrat masuk gerakan buruh tanpa
“barang sesaat pun” melupakan baik teori
Marxisme yang dengan terang menyinari jalan mereka maupun tugas menggulingkan
otokrasi. Pembentukan Partai dalam musim semi tahun 1898 adalah tindakan yang
paling menonjol dan bersamaan itu tindakan yang terakhir dari kaum
sosial-demokrat dalam periode ini.
Periode ketiga,
sebagaimana telah kita lihat,
dipersiapkan dalam tahun 1897 dan secara definitif mengganti periode yang kedua
dalam tahun 1898 (1898- ?). ini adalah suatu periode perpecahan,
keterpecahbelahan dan kebimbangan. Dalam masa keremajaan suara orang menjadi
pecah. Demikian pula, dalam periode ini, suara sosial-demokrasi Rusia mulai
pecah, suaranya mulai kedengaran sumbang—di satu pihak, dalam tulisan-tulisan
Tuan Struwe dan Prokopowic, Bulgakov dan Berdyaev, dan di pihak lain, dalam
tulsian-tulisan W. I –n dan R. M, B.
kricevski dan Martinov. Tetapi hanya para pemimpinlah yang berjalan lambat
dengan susah payah sendiri-sendiri dan mundur; gerakan itu sendiri terus
tumbuh, dan mju dengan langkah-langkah maha besar. Perjuangan proletar meluas
merembet ke lapisan-lapisan baru kaum buruh, meluas ke seluruh Rusia dan
bersamaan itu secara tak langsung mendorong kehidupan kembali semangat
demokratis di kalangan mahasiswa dan di kalangan lapisan-lapisan penduduk
lainnya. Akan tetapi tetapi kesadaran para pemimpin tidak memadai keluasan dan
kekuatan kebangkitan yang spontan itu; di kalangan kaum sosial-demokrat
berdominasi suatu tipe lain—tipe aktivis yang telah terdidik hampir hanya
berdsarkan literatur “Marxis legal” semata-mata dan literatur ini semakin tidak
cukup dengan spontanitas massa menurut kesedaran yang semakin tinggi dari para
pemimpin. Para pemimpin itu ternyata tidak hanya terbelakang baik di bidang
teori (“kebebasan mengkritik”) maupun di bidang praktek
(“kerajinan-tanganisme”), tetapi juga mencoba membela keterbelakangan mereka
itu dengan segala argumen yang bombastik. Sosial-demokratisme dimerosotkan ke
tingkat trade-unionisme oleh kaum Brentanois dalam literatur legal, dan oleh
kaum khwostis dalam literatur ilegal. Program Credo
mulai dilaksanakan, terutama ketika “kerajinan-tanganisme” kaaum
sosial-demokrat menyebabkan hidupnya kembali kecenderungan-kecenderungan
revolusioner non-sosial-demokratis.
Dan jika pembaca
mencerca saya karena telah membicarakan tentang Raboceye Dyelo
secara terlampau mendetail, maka akan saya jwab: Raboceye Dyelo
telah memperoleh arti “sejarah” karena ia yang paling menyolok mencerminkan
“jiwa” periode yang ketiga* ini.
Bukanlah R. M. yang konsekwen itu melainkan orang-orang sebangsa Kricevski dan
Martinov yang angin-anginan yang dapat secara tepat mengungkapkan perpecahan
dan kebimbangan, kesediaan memberikan konsesi-konsesi kepada “kritik”, kepada
“ekonomisme” dan kepada terorisme. Bukanlah sikap memandang rendah yang luhur
terhadap pekerjaan praktis yang diperlihatkan oleh seorang pemuja “keabsolutan”
yang merupakan sifat khas periode ini, melainkan justru pemaduan praktisisme
remeh-temeh dengan sikap acuh tak acuh sama sekali terhadap teori.
Pahlawan-pahlawan periode ini lebih banyak melakukan pemvulgeran “kata-kata
besar” daripada menolaknya mentah-mentah; sosialisme ilmiah tidak lagi menjadi
teori revolusioner yang utuh tetapi menjadi semacam gado-gado yang dengan
“bebas” diencerkan dengan isi setiap buku pelajaran Jerman yang baru; semboyan
“perjuangan klas” tidak mendorong mereka maju ke aktivitas yang semakin luas
dan semakin giat, tetapi menjadi obat penenang, karena “perjuangan ekonomi
berhubungan secara tak terpisahkan dengan perjuangan politik”; ide tentang
partai tidak menjadi seruan untuk membentuk organisasi militan kaum
revolusioner, tetapi digunakan untuk membenarkan sesuatu macam “birokrasi
revolusioner” dan permainan dengan bentuk-bentuk “demokrasi” secara
kekanak-kanakan.
Bilamana periode
ketiga ini akan berakhir dan bilamana akan mulai periode keempat tak tahulah
kita (bagaimanapun juga ia sudah dialamatkan oleh banyak gelagat). Kita sedang
beralih dari bidang sejarah ke bidang masa kini dan sebagian masa depan.
Tetapi kita percaya dengan teguh bahwa periode keempat akan membawa
pengkonsolidasian Marxisme militan, bahwa sosial-demokrasi Rusia akan keluar
dari krisis dan menjadi lebih kuat serta lebih dewasa, bahwa barisan belakang
oportunis akan “diganti” oleh barisan pelopor sejati dari klas yang paling
revolusioner.
Dalam artian
menyerukan “pengantian” demikian itu dan menyimpulkan semua yang telah
diuraikan di atas, maka atas pertanyaan: Apa yang harus dikerjakan ? kita dapat
memberi jawaban singkat berikut:
Likwidasi
Periode Ketiga.
* * *
TAMBAHAN97
USAHA MEMPERSATUKAN ISKRA
DENGAN RABOCEYE DYELO
Sekarang kita
tinggal menguraikan taktik yang diambil dan dijalankan dengan konsekwen oleh Iskra
dalam hubungan-hubungan keorganisasiannya dengan Raboceye Dyelo.
Taktik ini sudah dinyatakan selengkapnya dalam Iskra No. 1, dalam
sebuah artikel “Perpecahan Dalam Perserikatan Kaum Sosial-Demokrat Rusia Di
Luar Negeri”*. Sejak semula kita
berpendirian bahwa Perserikatan Kaum
Sosial-Demokrat Di Luar Negeri yang sebenarnya, yang dalam kongres
pertama Partai kita diakui sebagai wakilnya di luar negeri, telah pecah
menjadi dua organisasi; bahwa soal perwakilan Partai tetap merupakan suatu soal
yang masih terkatung-katung, karena baru diselesaikan untuk sementara waktu dan
bersyarat dengan terpilihnya dalam Kongres Internasional di Paris dua anggota
dari Rusia untuk Biro Sosialis Internasional, seorang dari masing-masing
golongan dari Perserikatan yang sudah pecah itu. Kita telah menyatakan bahwa
pada hakekatnya Raboceye Dyelo salah; secara prinsip kita dengan
tegas memihak grup Pembebasan Kerja, tetapi bersamaan itu kita menolak
mempersoalkan detail-detail perepecahan itu dan mencatat jasa-jasa Perserikatan
di bidang pekerjaan praktis semata-mata*.
Karena itu, sikap
kita, sampai pada batas tertentu, adalah sikap menunggu; kita memberi konsesi
kepada pendapat-pendapat yang berdominasi di kalangan mayoritas kaum
sosial-demokrat Rusia bahwa lawan-lawan yang paling gigih ekonomisme dapat bekerja bergandengan tangan dengan
Perserikatan karena Perserikatan itu telah sering menyatakan persetujuannya
secara prinsip dengan grup Pembebasan Kerja, tanpa, rupanya, menuntut kebebasan
mengenai soal-soal teori dan taktik yang fundamental. Kebenaran sikap kita
secara tak langsung dibuktikan oleh kenyataan bahwa hampir berbarengan dengan
terbitnya nomor pertama Iskra (Desember 1900) tiga anggota
yang memisahkan diri dari Perserikatan dan yang membentuk apa yang dinamakan
“Grup Pemrakarsa” dan menawarkan jasa-jasa mereka: (1) kepada seksi luar negeri
dari organisasi Iskra, (2) kepada Organisasi Sotsial-Demokrat
Revolusioner, dan (3) kepada Perserikatan, sebagai perantara dalam
perundingan-perundingan untuk perdamaian. Dua organisasi yang pertama
segera memaklumkan persetujuan mereka, yang
ketiga—menolak. Benar, ketika seorang pembicara
membentangkan fakta-fakta ini dalam Kongres “Persatuan” tahun yang lalu,
seorang anggota Pengurus Perserikatan menyatakan bahwa penolakan mereka atas tawaran
itu semata-mata karena
kenyataan bahwa Perserikatan tidak puas dengan komposisi Grup Pemrakarsa itu.
Akan tetapi sementara saya menganggap sebagai kewajiban saya mengutip
penjelasan ini, saya tidak bisa untuk tidak menyatakan pendapat bahwa penjelasan
ini tidak memuaskan: mengetahui bahwa dua organisasi telah sepakat untuk
mengadakan perundingan-perundingan, Perserikatan semestinya dapat mendekati
mereka melalui perantara lain atau secara langsung.
Dalam musim semi
tahun 1901 baik Zarya (No. 1, April) maupun Iskra
(No. 4, Mei) mengadakan polemik terbuka dengan Raboceye Dyelo98. Iskra terutama menyerang “pembelokan sejarah”
yang dilakukan oleh Raboceye Dyelo yang, dalam lampirannya pada
bulan April, yaitu sesudah peristiwa-peristiwa musim semi, menampakkan
kegoyangan mengenai keranjingan pada teror dan seruan-seruan “berdarah”.
Walaupun ada polemik-polemik itu, Perserikatan setuju memulai lagi
perundingan-perundingan untuk perdamaian melalui perantaraan suatu grup
“pendamai” baru. Dalam bulan Juni berlangsung konferensipendahuluan dari para
wakil ketiga organisasi tersebut di atas dan disusunlah suatu rancangan
perjanjian atas dasar “persetujuan mengenai prinsip-prinsip” yang sangat
terperinci yang dimuat oleh Perserikatan dalam brosur Dua Kongres
dan oleh Liga dalam brosur Dokumen-Dokumen Kongres “Persatuan”.
Isi persetujuan
mengenai prinsip-prinsip ini (atau sebagaimana lebih sering dinamakan,
Resolusi-Resolusi Konferensi Juni) menunjukkan dengan jelas bahwa kita telah
mengajukan sebagai syarat mutlak persatuan ialah penolakan yang
setegas-tegasnya terhadap dan segala manifestasi oportunisme pada
umumnya dan oportunisme Rusia pada khususnya. Pasal 1 berbunyi: “Kami menolak
setiap usaha untuk memasukkan oportunisme ke dalam perjuangan klas proletariat—usaha-usaha
yang telah diungkapkan dalam apa yang dinamakan ekonomisme, Bersnsteinisme,
Millerandisme, dsbnya.”. “bidang aktivitas sosial-demokrasi meliputi…… perjuangan ideologi menentang
semua lawan Marxisme revolusioner” (4, c); “Di setiap bidang aktivitas
keorganisasian dan agitasi sosial-demokrasi tidak boleh barang sesaatpun lupa
bahwa tugas proletariat Rusia yang terdekat ialah—menggulingkan otokrasi” (5,
a); “…..agitasi, tidak hanya atas dasar perjuangan sehari-hari antara kerja
upahan dengan kapital” (5, b); “… tidak mengakui … suatu tingkat perjuangan
ekonomi semata-mata dan tingkat perjuangan untuk tuntutan politik
sebagian-sebagian” (5, c); “….kami menganggap penting bagi gerakan untuk
mengkritik kecenderungan-kecenderungan yang mengangkat keelementeran… dan
kepicikan bentuk-bentuk rendah gerakan sebagai suatu prinsip” (5, d). Bahkan orang luar sama sekalipun, yang telah
membaca resolusi-resolusi itu dengan agak teliti, akan melihat dari perumusannya saja bahwa
resolusi-resolusi itu ditujukan kepada orang-orang yang menjadi oportunis dan
“ekonomis” yang, sekalipun untuk sesaat, melupakan tugas menggulingkan
otokrasi, yang mengakui teori tingkat-tingkat, yang telah mengangkat kepicikan
menjadi suatu prinsip, dsb. Dan siapapun juga yang sedikit saja mengetahui
polemik-polemik yang dilakukan oleh grup Pembebasan Kerja, Zarya
dan Iskra terhadap Raboceye Dyelo, sesaatpun tidak
dapat menyangsikan bahwa resolusi-resolusi itu, pasal demi pasal, menolak
justru kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan Raboceye Dyelo.
Karena itu, ketika salah seorang anggota Perserikatan menyatakan dalam Kongres
“Persatuan” bahwa artikel-artikel dalam Raboceye Dyelo No. 10
didorong bukan oleh “pembelokan sejarah” baru pada pihak Perserikatan,
melainkan oleh “keabstrakan” yang keterlaluan dari resolusi itu*, maka
hal ini sudah sepantasnyalah ditertawakan oleh salah seorang pembicara.
Resolusi-resolusi itu bukan hanya tidak abstrak, katanya, tetapi bahkan luar
biasa konkritnya; membaca resolusi-resolusi itu sepintas kilas saja sudahlah
cukup untuk mengetahui bahwa resolusi-resolusi tersebut dimaksudkan untuk
“menangkap” seseorang.
Pernyataan ini
menjadi sebab terjadinya episode yang khas dalam kongres itu. Di satu pihak ,
B. Kricevsky segera mencekam kata “menangkap” dengan mengira ini adalah selip
lidah yang menyingkapkan maksud-maksud
jahat kita (“memasang perangkap”) dan dengan penuh perasaan berseru: “Siapakah
yang hendak mereka tangkap, siapa gerangan?” “Ya siapakah sesungguhnya?” tanya
Plekhanov dengan ironis . “Saya akan bantu kawan Plekhanov yang kurang pandai
menebak”, jawab B Kricevsky. “Akan saya terangkan kepadanya bahwa yang mau
ditangkap ialah dewan redaksi Roboceye Dyelo “ (ruang
sidang riuh gelak tawa terbahak-bahak ).”Tetapi kami tidak membiarkan
diri kami tertangkap !” (Komentar dari kiri : semakin celaka bagi
kalian!”). Di pihak lain seseorang anggota dari group Borba
(suatu grup pendamai ), dalam menentang amandemen-amandemen Perserikatan pada
resolusi-resolusi itu dan dalam keinginannya untuk membela pembicara kita ,
menyatakan bahwa rupanya kita kata kata “menangkap “ itu terlontar secara tidak
sengaja dalam panas-panasnya polemik.
Dari pihak saya,
saya berpendapat bahwa “pembelaan” demikian itu bagi pembicara yang menggunakan
kata-kata yang sedang di bahas itu tidak akan menyenangkan. Saya berpendapat
kata-kata “menangkap seseorang” adalah “kata-kata yang di ucapkan dengan
kelakar tetapi yang dipikirkan dengan serius”: kita selalu menuduh Raboceye
Dyelo tidak teguh , bimbang dan karena itu, tentu saja, kita harus
berusaha menangkapnya untuk menghentikan kebimbangannya ini. Sedikit
pun tak ada terbayang maksud jahat dalam hal ini, karena soalnya mengenai
ketidakteguhan dalam prinsip. Dan kita berhasil “menangkap” Perserikatan secara
kawan* sedemikian rupa sehingga
B.Kricevsky sendiri dan seorang anggota lagi dari Pengurus Perserikatan
menandatangani resolusi-resolusi Juni.
Artikel-artikel
dalam Raboceye Dyelo No.10 (kawan-kawan kita melihat nomor ini
untuk pertama kali ketika mereka sampai di kongres, beberapa hari sebelum
sidang-sidang di mulai) , menunjukkan dengan jelas bahwa suatu pembelokan baru
telah terjadi dalam Perserikatan dalam masa antara musim panas dan musim
rontok: kaum ekonomis telah unggul lagi , dan dewan redaksi yang berubah menurut
kemana “angin” berembus, mulai membela lagi kaum “Bernsteinis yang paling
karatan”dan “kebebasan mengkritik”, membela “spontanitas” dan melalui mulut
Martinov, mengkhotbakan “teori membatasi” lingkungan pengaruh politik kita
(katanya dengan maksud membuat pengaruh ini menjadi lebih rumit) . Sekali lagi
pendapat Pavrus yang jitu bahwa sulit menangkap seorang oportunis dengan suatu
rumus, terbukti benar. Seorang oportunis dengan mudah menyetujui sembarang
rumus dan semudah itu pula meninggalkannya, karena oportunisme itu justru
ketiadaan prinsip-prinsip yang pasti dan teguh.
Hari ini kaum oportunis menolak segala usaha memasukkan
oportunisme, menolak segala kepicikan, dengan khidmat berjanji
“tak akan barang sesaatpun melupakan
tugas menggulingkan otokrasi’, melakukan “agitasi tidak hanya atas dasar
perjuangan sehari-hari antara kerja upahan dengan kapital”, dst, dst. Tetapi
esoknya mereka mengubah bentuk pernyataan mereka dan kembali pada muslihat lama
mereka dengan dalih membela spontanitas dan gerak majunya perjuangan
sehari-hari yang boyak, menyanjung-nyanjung tuntutan-tuntutan yang menjanjikan
hasil-hasil yang nyata berwujud, dsbnya. Dengan terus menegaskan bahwa dalam
artikel-artikel dalam No. 10 “Perserikatan baik di masa lalu maupun sekarang
tidak melihat sesuatu penyimpangan secara bid’ah prinsip-prinsip umum rncangan
yang diterima dalam konferensi” (Dua Kongres, hlm.26), maka
Perserikatan hanyalah memperlihatkan tidak adanya sama sekali kemampuan atau
keengganan untuk memahami hakekat perbedaan-perbedaan pendapat.
Sesudah keluarnya Raboceye
Dyelo No. 10, kita hanya dapat melakukan satu usaha saja: membuka
diskusi umum guna memastikan apakah semua anggota Perserikatan setuju dengan
artikel-artikel ini dan dengan dewan redaksinya. Perserikatan teristimewa tidak
senang dengan kita karena hal ini dan menuduh kita berusaha menabur benih
perpecahan dalam Perserikatan, turut campur dalam urusan orang lain, dsb.
Tuduhan-tuduhan ini terang tidak beralasan karena dengan dewan redaksi pilihan
yang “berputar haluan” ke mana saja angin berembus, bagaimanapun lemahnya angin
ini, segala-galanya bergantung justru pada arah angin, dan kita tentukan arah
itu dalam sidang-sidang tertutup dimana tak seorang pun hadir kecuali
anggota-anggota organisasi-organisasi yang berniat bersatu. Amandemen-amandemen
pada resolusi-resolusi Juni yang diajukan atas nama perserikatan telah
melenyapkan bayangan terakhir harapan tercapainya kata sepakat.
Amandemen-amandemen itu merupakan bukti dokumenter pembelokan baru ke
ekonomisme dan kenyataan bahwa mayoritas anggota Perserikatan sependapat dengan
Raboceye Dyelo No. 10. Diajukan supaya kata-kata “apa yang
dinamakan ekonomisme” dicoret dari kaitannya dengan manifestasi-manifestasi
oportunisme (dengan dalih “arti” empat kata ini “samar-samar”—tetapi sekiranya
demikian motifnya, maka konsekwensinya adalah orang harus lebih tepat
mendefinisi hakekat kesalahan yang sudah meluas), dan mencoret “Millerandisme”
(meskipun B. Kricevski membelanya dalam Raboceye Dyelo No. 2-3,
hlm. 83-84) dan lebih terang-terangan lagi dalam Vorwarts*.
Walaupun kenyataan bahwa resolusi-resolusi Juni itu dengan tegas menunjukkan
bahwa tugas sosial-demokrasi adalah “memimpin setiap manifestasi
perjuangan proletariat menentang segala bentuk penindasan politik, ekonomi
dan sosial”, dengan demikian menuntut adanya keberencanaan dan persatuan dalam
semua manifestasi perjuangan ini. Perserikatan menambah lagi kata-kata yang
sama sekali tidak perlu yaitu bahwa “perjuangan ekonomi merupakan pendorong
yang perkasa bagi gerakan massa” (dengan sendirinya, kata-kata ini tak dapat
dibantah, tetapi dengan adanya ekonomisme yang sempit, ini tidak bisa tidak
memberi alasan untuk interpretasi yang keliru). Selain itu, bahkan penyempitan
“politik” secara langsung dimasukkan ke dalam resolusi-resolusi Juni,
baik dengan dicoretnya kata-kata “barang sesaat pun” (tidak melupakan tujuan
menggulingkan otokrasi) maupun dengan ditambahkannya kata-kata “perjuangan
ekonomi merupakan jalan yang paling luas dapat digunakan untuk
menarik massa ke dalam perjuangan politik yang aktif”. Tentu saja sesudah
dimasukkannya amandemen-amandemen demikian itu semua pembicara dari pihak kita,
satu demi satu, menolak berbicara, menganggap sama-sekali tidak ada gunanya
meneruskan perundingan-perundingandengan orang-orang yang membelok lagi ke
ekonomisme dan yang berusaha menjamin bagi diri mereka sendiri kemerdekaan
untuk bimbang.
“Justru
dipertahankannya wajah bebas dan otonomi Raboceye Dyelo yang
dianggap oleh Perserikatan sebagai sine qua non* bagi
kekokohan persetujuan kita yang akan datang, yang dipandang oleh Iskra
sebagai batu penghalang bagi persetujuan” (Dua Kongres, hlm. 250.
Ini sangat tidak tepat. Kita tidak pernah melakukan makar menentang otonomi* Raboceye
Dyelo. Kita memang mutlak menolak mengakui kebebasan
wajahnya, jika dengan “wajah bebas’ itu dimaksudkan kebebasan mengenai
soal-soal prinsip yang bertalian dengan teori dan taktik: Resolusi-resolusi
Juni memang secara mutlak menolak mengakui kebebasan wajah demikian
itu karena, dalam praktek, “wajah bebas” demikian itu selalu berarti,
sebagaimana telah kita tunjukkan, segala macam kebimbangan yang memupuk
perpecahan yang berdominasi di kalangan kita dan yang tak dapat dibiarkan
dilihat dari segi Partai. Dengan artikel-artikel dalam No. 10 dan dengan
“amandemen-amandemen” itu Raboceye Dyelo jelas memperlihatkan
keinginannya mempertahankan justru kebebasan wajah semacam ini, dan keinginan
yang demikian itu tentu saja dan tak terelakkan membawa perpecahan dan
pernyataan perang. Tetapi kita semua bersedia mengakui “wajah bebas” dari Raboceye
Dyelo dalam arti bahwa ia harus memusatkan diri pada fungsi-fungsi ini
secara tepat dengan sendirinya meminta: 1) majalah keilmuan, 2) surat kabar
politik, dan 3) kumpulan artikel yang populer, dan brosur-brosur yang populer.
Hanya dengan menyetujui pembagian fungsi yang demikianlah Raboceye Dyelo
akan membuktikan bahwa ia dengan tulus hati ingin meninggalkan
sekalidan selama-lamanya kesalahan-kesalahannya yang menjadi sasaran
resolusi-resolusi Juni. Hanya pembagian fungsi yang demikianlah yang akan
melenyapkan segala kemungkinan perselisihan dan secara efektif akan menjamin
persetujuan yang kokoh yang bersamaan itu akan menjadi dasar bagi kebangkitan
baru dan sukses-sukses baru gerakan kita.
Sekarang tak ada
sosial-demokrat Rusia satu pun yang dapat menyangsikan lagi bahwa perpecahan
yang definitif antara kecenderungan revolusioner dengan kecenderungan oportunis
ditimbulkan bukan oleh sesuatu keadaan “keorganisasian”, melainkan oleh
keinginan kaum oportunis untuk mengkonsolidasi wajah bebas oportunisme dan
untuk terus menimbulkan kekusutan pikiran dengan uraian-uraian panjang lebar
orang-orang sebangsa Kricevski dan Martinov.
------- * *
* ----------
KOREKSI
ATAS APA YANG HARUS DIKERJAKAN ?
Grup pemrakarsa
yang saya bicarakan dalam brosur Apa Yang Harus Dikerjakan?, hlm.
141, telah minta kepada saya supaya membuat koreksi berikut atas uraian saya
mengenai peranan yang mereka lakukan dalam usaha mendamaikan
organisasi-organisasi sosial-demokrat di luar negeri: Dari ketiga anggota grup
ini, hanyalah seorang yang keluar dari Perserikatan dalam tahun 1901, baru
sesudah mereka menjadi yakin bahwa tidaklah mungkin mendapatkan persetujuan
dari Perserikatan guna mengadakan konferensi dengan organisasi Iskra di
luar negeri dan Organisasi Sotsial-Demokrat Revolusioner, yaitu
apa yang telah diusulkan oleh Grup Pemrakarsa. Pengurus Perserikatan mula-mula
menolak usul ini, dengan memberi alasan bagi penolakannya bahwa orang-orang
yang menjadi anggota Grup Pemrakarsa itu “tidak kompeten” bertindak selaku
perantara dan menyatakan keinginannya untuk mengadakan hubungan langsung dengan
organisasi Iskra di luar negeri. Akan tetapi tak lama kemudian
Pengurus Perserikatan memberitahukan kepada Grup Pemrakarsa bahwa sesudah keluarnya
Iskra nomor pertama yang memuat tulisan singkat tentang
perpecahan di dalam Perserikatan, ia telah mengubah keputusannya dan tidak lagi
ingin mengadakan hubungan dengan Iskra. Sesudah itu, bagaimana
orang dapat menjelaskan pernyataan seorang anggota Pengurus Perserikatan bahwa
penolakan Perserikatan terhadap konferensi itu semata-mata
disebabkan oleh ketidakpuasannya dengan komposisi Grup Pemrakarsa? Sungguh,
sukar juga dipahami mengapa Pengurus Perserikatan setuju diselenggarakannya
konferensi dalam bulan Juni yang lalu; karena tulisan singkat dalam Iskra
nomor pertama itu masih tetap berlaku dan sikap Iskra yang
“negatif” terhadap Perserikatan lebih tegas lagi dinyatakan dalam Zarya
nomor pertama, dan dalam Iskra No. 4, yang kedua-duanya terbit
sebelum Konferensi Juni.
N. Lenin
Iskra No. 19, 1
April 1902
Diterbitkan
menurut teks Iskra
1 Buku Apa Yang Harus Dikerjakan ?
Masalah-Masalah Mendesak Gerakan Kita ditulis oleh Lenin pada akhir
tahun1901 dan awal tahun 1902. dalam artikel “Dari Mana Mulai ?”, yang dimuat
dalam Iskra No. 4 (Mei 1901), Lenin menulis bahwa artikel itu merupakan
“ bagan sebuah rencana yang diuraikan secara lebih terperinci lagi dalam brosur
yang sekarang sedang dalam persiapan untuk dicetak”.
Lenin
mulai benar-benar menulis buku ini dalam musim rontok tahun 1901. dalam “Kata
Pengantar ‘Dokumen-Dokumen Kongres “Persatuan”’ “, yang ditulis dalam bulan
November 1901, Lenin menerangkan bahwa buku itu “sedang dalam persiapan dan
dalam waktu dekat akan terbit”. Dalam bulan Desember, dalam Iskra No.
12, Lenin memuatkan artikel “Percakapan Dengan Pembela-Pembela Ekonomisme” yang
kemudian dinamakan Ikhtisar Apa Yang Harus Dikerjakan ?. Dalam bulan
Februari 1902 Lenin menulis kata pengantar untuk buku itu. Pada awal bulan
Maret buku Apa Yang Harus Dikerjakan ? diterbitkan di Stuttgart oleh Penerbit
Dietz. Pengumuman tentang penerbitannya itu dimuat dalam Iskra No. 18, 10 Maret
1902.
Ide-ide
Lenin yang diajukan dan dibentangkan dalam Apa Yang Harus Dikerjakan ?
dipertahankan dan dikembangkan oleh Kawan Stalin. Brosurnya Secara Ringkas
Tentang Perbedaan-Perbedaan Pendapat Dalam Partai, yang ditulis dalam musim
semi tahun 1905, langsung menyambung dengan Apa Yang Harus Dikerjakan ?
(Lihat Y. W. Stalin, Kumpulan Karya, edisi Rusia, Jilid 1, hlm. 89-130).
Artikel Kawan Stalin “Jawaban Kepada Sotsial-Demokrat”, yang dimuat dalam surat
kabar Proletariatis Brdzola (Perjuangan Proletariat) dalam bulan Agustus 1905
(Lihat Y. W. Stalin, Kumpulan Karya, edisi Rusia, Jilid I, hlm. 160-172), juga
diperuntukkan membela ide-ide Lenin yang diuraikan dalam Apa Yang Harus
dikerjakan ?. Ketika memberi penilaian yang tinggi kepada artikel ini, Lenin
menyatakan bahwa ia berisi “suatu penyajian secara bagus sekali soal ‘pemasukan
kesadaran dari luar’ yang terkenal itu”.
Ketika
menerbitkan kembali Apa Yang Harus Dikerjakan ? pada tahun 1907 dalam
kumpulan Dua Belas Tahun, Lenin meniadakan paragraf A dari Bab V
“Siapakah Yang tersinggung Oleh Artikel ‘Dari Mana Mulai’ ?’ “ dan menunjukkan
dalam kata pengantar bahwa buku itu diterbitkan dengan
“penyingkatan-penyingkatan yang sedikit sekali, hanya membuang detail-detail
mengenai hubungan-hubungan keorganisasian dan catatan-catatan polemik kecil”.
Bersamaan itu Lenin menambahkan lima catatan bawah halaman dalam edisi
baru.
2 Iskra (Percikan Api)—surat
kabar Marxis ilegal se-Rusia yang pertama, didirikan oleh Lenin dalam tahun
1900. Penerbitan organ militan kaum Marxis revolusioner ini merupakan “mata
rantai utama dan tugas utama dalama rangkaian mata-mata rantai dan dalam
rangkaian tugas-tugas yang dihadapi Partai pada waktu itu” (Stalin). Ia
memainkan peranan yang menentukan dalam pembentukan partai Marxis, dalam
mengalahkan kaum “ekonomis”, dalam menyatukan grup-grup sosial-demokrat yang
terpencar-pencar dan dalam mempersiapkan Kongres ke-II PBSDR.
Karena
tidak mungkin menerbitkan surat kabar revolsuioner di Rusia berhubung dengan pengejaran
polisi, maka Lenin selagi masih dalam pembuangan di Siberia telah memikirkan
semua detail rencana untuk menerbitkan surat kabar di luar neger. Sesudah masa
pembuangannya itu berakhir dalam bulan Januari 1900, Lenin segera mulai
melaksanakan rencananya.
Nomor
pertama Iskra terbit pada tanggal 11 (24) Desember 1900 di Leipzig,
nomor-nomor berikutnya terbit di Munich, sejak April 1902—di London dan mulai
musim semi tahun 1903—di Jenewa.
Dewan
redaksi Iskra terdiri dari W.I. Lenin, G. W. Plekhanov, Y. O. Martov, P.
B. Akselrod, A. N. Potresov dan W. I. Zasulic. N. K. Krupskaya menjadi
sekretaris dewan redaksi dalam musim semi tahun 1901. dalam kenyataannya Lenin
menjadi kepala redaktur dan pemimpin semua aktivitas Iskra. Dengan
artikel-artikelnya dalam Iskra, Lenin membicarakan semua masalah
fundamental mengenai pembangunan Partai dan perjuangan klas proletariat di
Rusia dan menanggapi peristiwa-peristiwa
terpenting dalam situasi internasional.
Grup-grup
dan Komite-Komite PBSDR (Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia) yang berhaluan Iskra
Lenin didirikan di sejumlah kota di Rusia (Petersburg, Moskow, dll). Di
Transkaukasus ide-ide Iskra dibela Brdzola (Perjuangan), surat
kabar ilegal yang pertama dalam bahasa Georgia dari organisasi sosial-demokrat
Tiflis, yaitu grup Iskra Leninnya. Pendiri dan pemimpin
organisasi-organisasi Iskra Lenin di Transkaukasus adalah Y. W. Stalin,
bersama-sama dengan W. Z. Ketskhhoweli, A. G. Tsulukidze dan W. K. Kurnatovski.
Organisasi-organisasi
Iskra didirkan dan bekerja di bawah pimpinan langsung kaum revolusioner
profesional yang diasuh oleh Lenin dan Stalin (N. E. Bauman, I. W. Babusykin,
S. I. Gusev, M. I. Kalinin, dll).
Atas
inisitaif Lenin, dan dengan turut sertanya Lenin secara langsung, dewan redaksi
Iskra menyusun sebuah rancangan program Partai (dimuat dalam Iskra No.
21), dan mempersiapkan Kongres ke-II PBSDR yang dilangsungkan dalam bulan
Juli-Agustus 1903.
Menjelang
berlangsungnya Kongres kebanyakan dari organsasi-organisasi lokal
sosial-demokrat di Rusia telah menggabungkan diri dengan Iskra,
menyetujui taktik, program dan rencana organisasinya, dan mengakui sebagai
organ pimpinan mereka. Dalam sebuah resolusi khusus, Kongres ke-II mencatat
peranan istimewa Iskra dalam perjuangan untuk membangun Partai dan menyatkan Iskra
sebagai Organ Sentral PBSDR.
Kongres
ke-II mensahkan dewan redaksi yang terdiri dari Lenin, Plekanov dan Martov.
Bertentangan dengan keputusan Kongres Partai, Martov menolak duduk dalam dewan
redaksi, dan Iskra nomor 46-51 diedit oleh Lenin dan Plekhanov. Kemudian
Plekhanov memihak kaum Menshevik dan menuntut supaya semua redaktur Menshevik
yang lama, yang telah ditolak oleh Kongres, dimasukkan dalam dewan redaksi Iskra.
Lenin tidak dapat menyetujui hal ini, dan pada tanggal 19 Oktober (1 November)
1903 keluar dari dewan redaksi Iskra untuk memperkuat posisinya dalam
Komite Sentral Partai dan dari posisi ini memukul kaum oportunis Menshevik. Iskra
No. 52 diedit oleh Plekhanov sendiri. Pada tanggal 13 (26) November 1903,
bertindak bertentangan dengan kemauan Kongres, Plekhanov mengkooptai
bekas-bekas redaktur Menshevik menjadi anggota dewan redaksi Iskra.
Mulai dari No. 52, kaum Menshevik mengubah Iskra menjadi organ mereka.
“Sejak
saat itu dalam Partai orang mulai menamakan Iskra Lenin, Iskra
Bolshevik—Iskra lama dan Iskra Menshevik, Iskra oportunis—Iskra
baru” (Sejarah PKUS [B], Kursus Singkat).
3 W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 5, hlm. 1-12.
4 Raboceye Dyelo (Usaha Buruh)—majalah
yang diterbitkan oleh kaum “ekonomis”, organ tiada berkala Perserikatan Kaum
Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri. Majalah ini terbit di Jenewa dari bulan
April 1899 sampai Februari 1902, dan diedit oleh B. N. Kricevski, A. S.
Martinov dan W. P. Iwansyin. Semuanya terbit 12 Nomor (tiga diantaranya nomor
rangkap).
Lenin
dalam bukunya Apa Yang Harus Dikerjakan ?, mengkritik
pandangan-pandangan kaum Raboceye Dyelo-is.
5Rabocaya Gazeta (Surat Kabar Buruh)—organ
ilegal dari grup sosial-demokrat Kiev. Terbit dua nomor; No. 1 dalam bulan
Agustus, dan No. 2 dalam bulan Desember (bertanggal November) 1897. Kongres
ke-I PBSDR mengakui Rabocaya Gazeta sebagai organ resmi Partai. Tetapi sesudah
Kongres, sebagai akibat penggebrekan polisi di percetakan dan ditangkapnya
anggota-anggota Komite Sentral, surat kabar ini tidak terbit lagi.
6 W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 5, hlm. 287-293.
* Dari awal mula—Red.
* Sambil
lalu, dalam sejarah sosialisme modern, barangkali ini merupakan gejala
satu-satunya dan yang menurut sifat khasnya luar biasa menggembirakannya, yaitu
bahwa persengketaan-persengketaan di antara berbagai aliran di dalam sosialisme
untuk pertama kali telah berubah dari persengketaan nasional menjadi
persengketaan internasional. Dulu, perdebatan-perdebatan antara kaum Lassalean
dengan kaum Eisenacher[7], antara kaum
Guesdis dengan kaum Possibilis[8], antara kaum
Fabian[9] dengan kaum sosial-demokrat, dan
antara kaum Narodnaya Wolya-is[10] dengan kaum
sosial-demokrat, tetap merupakan perdebatan-perdebatan nasional semata-mata,
yang mencerminkan kekhususan-kekhususan nasional semata-mata dan dapat
dikatakan berlangsung di bidang yang berbeda-beda. Pada waktu sekarang ini
(sekarang hal ini sudah nampak jelas) kaum Fabiah Inggris, kaum ministerialis
Perancis, kaum Bernsteinis Jerman dan kaum kritikus Rusia[11]—semuanya itu termasuk satu keluarga, semua mereka
itu sanjung-menyanjung, saling berguru, dan bersama-sama tampil menentang
Marxisme “dogmatis”. Barangkali dalam pertempuran pertama yang benar-benar
internasional melawan oportunisme sosialis ini, sosial-demokrasi internasional
revolusioner akan menjadi cukup kuat guna mengakhiri reaksi politik yang sudah
lama berkuasa di Eropa ?
7Kaum Lassalean dan kaum
Eisenacher—dua partai dalam gerakan buruh Jerman dalam tahun-tahun 60-an
dan awal-awal tahun 70-an abad ke-19.
Kaum
Lassalean—pendukung-pendukung
dan pengikut-pengikut Ferdinand Lassalle. Liga Umum Buruh Jerman, didirikan
oleh Lassalle dalam tahun 1863, merupakan inti gerakan. Dengan mengakui
kemungkinan pengubahan kapitalisme menjadi sosialisme secara damai dengan
bantuan perhimpunan-perhimpunan kaum buruh yang
disokong oleh negara kapitalis, kaum Lassallean mengkhotbahkan
perjuangan untuk hak pilih umum dan aktivitas parlementer secara damai sebagai
pengganti perjuangan revolusioner klas buruh.
Marx
dengan tajam mengkritik kaum Lassallean dan menunjukkan bahwa mereka “selama
beberapa tahunmerupakan penghalang bagi pengorganisasian proletariat dan
berakhir dengan menjadi tidak lebih daripada suatu alat dalam tangan polisi”.
Marx memberikan penilaian mengenai pandangan-pandangan teori kaum Lassallean
dan taktik-taktik mereka dalam karya-karyanya Kritik Terhadap Program Gotha,
Apa yang dinamakan Perpecahan Dalam Internasionale dan dalam surat-menyurat
dengan Engels.
Kaum
Eisenacher—pendukung-pendukung
Marxisme. Berada di bawah pengaruh ideologi K. Marx dan F. Engel. Di bawah
pimpinan Wilhelm Liebknecht dan August Bebel, mereka mendirikan Partai Buruh
Sosial-Demokrat Jerman dalam Kongres di Eisenach pada tahun 1869.
Di antara
kedua partai itu terjadi pertarungan yang sengit.
Di bawah
pengaruh kebangkitan gerakan buruh dan menghebatnya repressi pemerintah, pada
tahun 1875 dalam Kongres Gotha kedua partai berfusi menjadi satu Partai Buruh
Sosialis Jerman dimana kaum Lassallean mewakili sayap oportunis.
Lenin
mengkarakterisasi kaum Lassallean dan kaum Eisenacher dalam artikelnya “August
Bebel” yang ditulis dalam bulan Agustus 1913.
8Kaum Guesdis dan kaum
Possibilis—dua aliran dalam gerakan sosialis Perancis, yang muncul dalam
tahun 1882 sesudah terjadi perpecahan dalam Partai Buruh Perancis.
Kaum
Guesdis—pendukung-pendukung
Jules Guesde. Mereka mewakili aliran kiri, aliran Marxis, yang mempertahankan
politik revolusioner bebas proletariat. Dalam tahun 1901 kaum Guesdis
mendirikan Partai Sosialis Negeri Perancis.
Kaum
Possibilis—aliran
borjuis kecil, aliran reformis yang berusaha membelokkan proletariat dari
metode-metode perjuangan revolusioner . Kaum Possibilis mengusulkan dibatasinya
aktivitas-aktivitas klas buruh pada apa yang “mungkin” di bawah kapitalisme.
Dalam tahun 1902, bersama-sama dengan grup reformis lainnya, kaum Possibilis
mendirikan Partai Sosialis Perancis.
Partai
Sosialis Negeri Perancis dan Partai Sosialis Perancis berfusi menjadi satu
partai pada tahun 1905. Selama perang
imperialis 1914-1918 Jules Guesde, bersama dengan semua pimpinan Partai
Sosialis Perancis, mengambil pendirian sosial-sovinis.
9Kaum Fabian—anggota-anggota
Perkumpulan Fabian yang reformis dan oportunis. Perkumpulan ini didirikan di
Inggris dalam tahun 1884 oleh sekelompok intelektual borjuis. Perkumpulan ini
menggunakan nama jenderal Romawi Fabius Cunctator (“Pengulur”), yang termasyur
karena taktiknya menunggu dan menghindari pertempuran-pertempuran menentukan.
Perkumpulan Fabian, sebagaimana dikatakan Lenin, merupakan “pernyataan yang
paling selesai dari oportunisme dan politik buruh liberal”. Kaum Fabian
berusaha membelokkan proletariat dari perjuangan klas dan mengkotbahkan
peralihan secara damai dari kapitalisme ke sosialisme dengan jalan
reform-reform kecil. Selama perang dunia
imperialis (1914-1918) kaum Fabian mengambil pendirian sosial-sovinis.
10Kaum Narodnaya Wolya-is--- dari kata Narodnaya
Wolya (Kemerdekaan Rakyat), sebuah perkumpulan rahasia Narodnik yang didirikan
dalam tahun 1879 untuk perjuangan revolusioner melawan otokrasi tsar.
Narodnaya
Wolya dihancurkan oleh pemerintah tsar segera sesudah anggota-anggotanya
membunuh Alexander II pada tanggal 1 (13) Maret 1881. Sesudah itu mayoritas kaum Narodnik meninggalkan
perjuangan revolusioner melawan tsarisme, mulai mengkhotbahkan perdamaian,
keakuran dengan otokrasi tsar. Epigoni (penerus-penerus yang kurang baik
daripada pendahulu-pendahulunya—Red. IP) Narodnaya ini – kaum Narodnik
liberal tahun-tahun 80-an dan 90-an abad ke-19—sesungguhnya menyatakan
kepentingan-kepentingan kaum kulak.
Tentang
penilaian aktivitas-aktivitas Narodnaya Wolya, lihat Bab I, Sejarah
PKUS (B), Kursus Singkat.
11Kaum Kritikus Rusia—Struwe, Bulgakov dan
lain-lain yang tampil menentang Marxisme revolusioner dalam literatur yang
terbit secara legal.
12Menurut mitologi Romawi, Yupiter adalah kepala dewa-dewa,
sedang Minerva adalah dewi pelindung kerajinan tangan, ilmu dan seni, dewi
pelindung guru dan dokter. Dikatakan bahwa Minerva muncul dengan mengenakan
topi baja dan baju besi, pedang di tangan, dari kepala Yupiter. Cara
kelahirannya ini telah digunakan secara populer untukmelukiskan seseorang atau
gejala yang sempurna sejak awal mula.
13Karl
Marx, 18 Brumaire Dari Louis Bonaparte
14 Gendarme—anggota
polisi politik di Rusia tsar
15 Dari
dongeng Iwan Andreyewic Krilov “Dua Tong”. Tong yang satu kosong dan
bergelontangan di atas gerobak dengan bunyi yang demikian memekakkan sehingga
orang yang lewat semua berusaha menjauhkan diri dari jalan.
16 Perserikatan
Kum Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri—didirikan di Jenewa
dalam tahun 1894 atas inisiatif grup Pembebasan Kerja. Mula-mula grup
Pembebasan Kerja ini memimpin Perserikatan dan mengedit
penerbitan-penerbitannya. Elemen-elemen oportunis (“kaum muda”, kaum
“ekonomis”) kemudian berdominasi dalam Perserikatan. Pada bulan November 1898
dalam Kongres Pertama Perserikatan, grup Pembebasan Kerja menolak mengedit
penerbitan-penerbitan Perserikatan. Pemutusan hubungan yang definitif dengan
Perserikatan dan pemisahan diri grup
Pembebasan Kerja terjadi bulan April 1900 dalam Kongres kedua Perserikatan
ketika grup Pembebasan Kerja dan pengikut-pengikutnya meninggalkan kongres dan
mendirikan organisasi yang berdiri sendiri yaitu grup sotsial-Demokrat.
17 Zarya (Fajar)—majalah
ilmu-politik Marxis yang diterbitkan oleh dewan redaksi Iskra di
Stuttgart dalam tahun 1901-1902.
Dalam
Zarya dimuat artikel-artikel Lenin berikut: “Catatan-Catatan Sambil
Lalu”,”Persekutor-Persekutor Zemstwo dan Hannibal-hannibal Liberalisme”, empat
bab pertama dari “Masalah Agraria Dan Pengkritik-Pengkritik Marx” (dengan judul
“Tuan-Tuan ‘Pengkritik’ Mengenai Masalah Agraria”), “Tinjauan Dalam Negeri” dan
“Program Agraria Sosial-Demokrasi Rusia”. Semuanya terbit empat nomor: No. 1
dalam bulan April 1901 (sebenarnya pada tanggal 23 Maret menurut almanak baru),
No. 2-3 dalam bulan Desember 1901, dan No. 4 dalam bulan Agustus 1902.
*
Perbandingan antara kedua aliran di kalangan proletariat revolusioner
(revolusioner dan oportunis) dengan kedua alitan di kalangan borjuasi
revolusioner dalam abad ke-18 (kaum Yakobin, terkenal sebagai Gunung, dan kaum
Girondis) dibuat dalam tajuk rencana Iskra No. 2 (Februari 1901).
Penulis artikel ini ialah Plekhanov. Baik kaum kadet[18], maupun kaum Bezzaglavtsi[19]
dan kaum Menshevik sampai kini sangat suka berbicara tentang Yakobinisme dalam
soal sosial-demokrasi di Rusia, tetapi mereka lebih suka tinggal bungkam
mengenai, atau….melupakan keadaan bahwa Plekhanov menggunakan konsepsi ini untuk
pertama kali terhadap sayap kanan sosial-demokrasi. (Catatan penulis pada edisi
tahun 1907—Red)
18Kaum Kadet (Partai
Konstitusional-Demokrat)—partai borjuis yang terpenting di Rusia, partai
borjuis monarkis-liberal. Partai ini didirikan dalam bulan Oktober 1905. dengan
berkedok demokrasi dan dengan menamakan diri partai “kemerdekaan rakyat”, kaum
Kadet berusaha menarik kaumtani di pihak mereka. Mereka berusaha keras
mepertahankan tsarisme dalam bentuk monarki konstitusional. Kemudian kaum Kadet
menjadi partai borjuasi imperialis. Setelah kemenangan Revolusi Sosialis
Oktober, kaum Kadet mengorganisasi komplotan dan pemberontakan
kontra-revolusioner menentang Republik Soviet.
19Bezzaglavtsi—organisator-organisator
dan orang-orang yang turut menerbitkan majalah Bez Zaglawiya (Tanpa
Judul) yang diterbitkan di Petersburg dalam tahun 1906. Mereka itu ialah S. N. Prokopowic, E. D.
Kuskowa, W. Y. Bogucarski, dll. Bezzaglavtsi secara terbuka mengaku
sebagai pengikut-pengikut revisionisme, mendukung kaum Menshevik dan kaum
liberal dan menentang politik bebas proletariat. Lenin menamakan Bezzaglavtsi
Kadet-Kadet Menshevik atau kaum Mensheik Kadet.
20 Ilowaiski, D. I.
(1832-1920)—ahli sejarah, pengarang banyak buku pelajaran resmi tentang sejarah
yang luas digunakan di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan di Rusia sebelum
revolusi. Ilowaiski menafsirkan sejarah sebagai terdiri terutama dari
perbuatan-perbuatan tsar-tsar dan jenderal-jenderal, dan menerangkan proses
sejarah dengan faktor-faktor yang sekunder dan kebetulan.
21 Undang-Undang
Anti Sosialis—diberlakukan di Jerman dalam tahun 1878. Menurut Undang-Undang ini semua organisasi
partai sosial-demokrat, semua organisasi massa buruh dan pers dilarang,
literatur sosialis disita dan kaum sosial-demokrat dikejar-kejar. Undang-undang
itu dicabut pada tahun 1890 karena tekanan gerakan massa buruh.
* Pada
waktu Engels memberikan pukulan-pukulannya kepada Duhring, cukup banyak wakil
kaum sosial-demokrasi Jerman condong kepada pandangan-pandangan Duhring, dan
tuduhan-tuduhan seperti ketajaman, ketidaktoleranan, polemik-polemik yang tidak
bersifat bersahabat, dsb, bahkan dilontarkan kepada Engels di muka umum dalam
Kongres Partai. Most dan kawan-kawannya (dalam Kongres tahun 1877) mengajukan
saran supaya melarang dimuatnya artikel-artikel Engels dalam Vorwarts[22] karena artikel-artikel itu tidak menarik
perhatian mayoritas terbesar pembaca, dan dan Walteich menyatakan bahwa
pemuatan artikel-artikel ini telah menimbulkan kerugian besar bagi Partai,
bahwa Duhring juga telah berbuat jasa kepada sosial-demokrasi: “Kita harus
menggunakan setiap orang untuk kepentingan Partai, dan jika para profesor itu
mau berpolemik, berpolemiklah, tetapi Vorwarts seklai-kali bukanlah tempat
melakukan polemik-polemik demikian itu” (Vorwarts No. 65, 6 Juni 1877).
Sebagaimana orang tahu, ini juga contoh pembelaan terhadap “kebebasan
mengkritik” dan para kritikus legal kita serta kaum oportunis yang ilegal, yang
begitu suka menyebut-nyebut contoh orang-orang Jerman, patut merenungkan contoh
ini !
22Vorwarts (Maju)—surat kabar harian,
organ sentral Partai Sosial-Demokrat Jerman. Ia mulai diterbitkan pada tahun
1876 dengan Wilhelm Liebknecht sebagai redakturnya. Dalam kolom-kolomnya
Friedrich Engels berjuang menentang semua manifetasi oportunisme. Pada paro
kedua 90-an, setelah wafatnya Engels, Vorwarts mulai secara sistematis
memuat artikel-artikel kaum oportunis yang mendominasi Partai Sosial-Demokrat
Jerman dan Internasionale II. Selama
Perang Dunia I Vorwarts mengambil pendirian sosial-sovinisme. Ia terbit
di Berlin hingga tahun 1933.
23 Kaum Katheder-Sosialis (kaum
Sosialis Mimbar)—suatu aliran dalam ekonomi-politik borjuis, yang timbul di
Jerman dalam tahun-tahun 70-an dan 80-an abad ke-19. dari mimbar universitas
wakil-wakil aliran ini dengan kedok sosialisme mengkhotbahkan reformisme
liberal-borjuis. Kaum Katheder Sosialis menyatakan bahwa negara borjuis berdiri
di atas klas-klas, sanggup mendamaikan klas-klas yang bermusuhan, secara
bernagsur-angsur melaksanakan “sosialisme” tanpa menyentuh
kepentingan-kepentingan kaum kapitalis dan, sedapat mungkin memperhitungkan
tuntutan-tuntutan kaum pekerja. Di Rusia pandagan-pandangan kaum
Katheder-Sosialis itu dikotbahkan oleh kaum “Marxis legal”.
29 Pandangan
dunia sosial-politik yang sudah usang—maksudnya Narodisme.
30 Pengarang
Yang Menjadi Besar Kepala—judul salah satu dari cerita-cerita awal Maxim
Gorki.
* Yang dimaksud di sini ialah artikel K.
Tulin (Lenin—Red) yang ditulis untuk menentang Struwe (Lihat Lenin, Kumpulan
Karya, edisi Rusia ke-4. Jilid I, hlm. 315-484—Red). Artikel itu
disusun dari sebuah risalah yang berjudul “Refeksi Marxisme Dalam Literatur
Borjuis”. (Catatan penulis pada edisi tahun 1907—Red)
31 Yang Lenin maksudkan ialah Kumpulan Bahan-Bahan
yang Mengkarakterisasi Perkembangan Ekonomi Kita, yang dicetak secara legal
dalam jumlah 2000 eksemplar pada bulan April 1895. kumpulan itu berisi artikel
Lenin (dengan nama samaran K. Tulin) “Isi Ekonomi Narodisme Dan Kritik
Terhadapnya Dalam Buku Tuan Struwe (Pencerminan Marxisme Dalam Literatur
Borjuis)’ yang ditujukan untuk menentang kaum “Marxis legal” (lihat W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid I, hlm. 315-484)
32 Herostratus adalah seorang Yunani di
Asia Kecil. Untuk memperoleh nam untuk
diri sendiri, ia membakar Kuil Armetis, sebuah gedung artistik Yunani kuno yang
termasyur, pada tahun 356 sebelum Masehi.
33Zubatov-- kepala polisi rahasia Moskow, juga penggerak
“sosialisme polisi” di Rusia. Zubatov mendirikan organisasi-organisasi buruh
gadungan di bawah perlindungan gendarme dan polisi, dalam usaha untuk
membelokkan kaum buruh dari gerakan revolusioner.
* Credo—lambang keyakinan, program,
uraian tentang pandangan dunia.—Red.
* Yang dimaksud ialah Protes Tujuh Belas
Orang[34] terhadap Credo.
Penulis buku ini ambil bagian dalam menyusun protes ini (akhir tahun 1899).
Protes dan Credo itu disiarkan di luar negeri dalam musim semi tahun
1900. (Lihat Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 149-163—Red)
Sekarang ketahuan dari artikel yang ditulis oleh Nyonya Kuskowa (saya rasa
dalam Biloye[35]) bahwa dialah penulis Credo
itu, dan bahwa Tuan Prokopowic telah memainkan peranan yang paling menonjol
di kalangan kaum “ekonomis” di luar negeri pada waktu itu. (Catatan penulis
pada edisi tahun 1907.—Red)
34”Protes Kaum Sosial-Demokrat Rusia” ditulis
oleh Lenin dalam tahun 1899 di pembuangan. Ia ditujukan untuk menentang Credo—manifesto
dari sekelompok orang “ekonomis” (S. N.
Prokopowic, E. D. Kuskowa dan lain-lainnya yang kemudian menjadi
orang-orang Kadet). Sesudah menerima satu kopi Credo melalui saudara
perempuannya, A. I. Yelizarowa, Lenin menulis protes keras yang bersifat
pemblejetan.
Protes
tersebut didiskusikan dan dengan suara bulat disetujui oleh rapat dari 17 orang
buangan politik Marxis, yang diselenggarakan Lenin di desa Yermakovskoye,
Distrik Minusinsk. Orang-orang buangan di distrik Turukhansk dan di Orlowo
(Propinsi Wyatka) belakangan menyetujui protes tersebut.
Lenin
mengirimkan sebuah kopi protes itu kepada grup Pembebasan Kerja di luar negeri,
di mana pada awal tahun 1900 dimuat G. W. Plekhanov dalam tulisannya Vademecum
(Pedoman) Bagi Dewan Redaksi Raboceye Dyelo.
35Biloye (Masa Lampau)—majalah bulanan
mengenai masalah-masalah sejarah yang diterbitkan di Petersburg pada tahun 1906-1907. pada
tahun 1908 namanya diganti menjadi Minuvsyiye Godi (Tahun-Tahun Lampau),
dan kemudian majalah itu dilarang oleh pemerintah tsar. Penerbitan bulanan itu
dilanjutkan lagi di Petrogard dalam bulan Juli 1917 dan terus berjalan sampai
tahun 1926.
36 Rabocaya Misl (Pikiran Buruh)—surat
kabar kaum “ekonomis” yang terbit dari bulan oktober 1897 sampi Desember
1902. Semuanya terbit 16 Nomor: No. 3-
No. 11 dan no. 16 di Berlin, dan nomor-nomor lainnya di Petersburg. Di edit
oleh K. M. Takhtarov dan lain-lainnya.
Lenin
mengkritik pandangan-pandangan yang dibentangkan oleh Rabocaya Misl sebagai
variasi Rusia dari oportunisme internasional dalam sejumlah tulisannya,
terutama dalam artikel-artikelnya dalam Iskra dan dalam Apa Yang
Harus Dikerjakan ?
37 Vademacum
Bagi Dewan Redaksi Raboceye Dyelo—judul kumpulan bahan-bahan dan
dokumen-dokumen yang disusun dan diberi kata pengantar oleh G. W. Plekhanov dan
diterbitkan oleh grup Pembebasan Kerja di Jenewa dalam tahun 1900. ia
memblejeti pandangan-pandangan oportunis Perserikatan Kaum Sosial-Demokrat
Rusia di Luar Negeri dan dewan redaksi organnya, majalah Raboceye Dyelo.
38 Profession de foi—berarti
suatu kepercayaan atau program yang membentangkan pandangan dunia
tertentu. Di sini yang dimaksud surat
sebaran yang menguraikan pandangan-pandangan oportunis Komite Kiev yang
dikeluarkan pada akhir tahun 1899. mengenai banyak hal surat surat sebaran ini
identik dengan Credo kaum “ekonomis” yang terkenal itu. Dokumen ini
dikritik oleh Lenin dalam artikelnya “Tentang Profession de foi” (W. I. Lenin, Kumpulan
Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 263-273).
* Sejauh pengetahuan kita, susunan Comite
Kiev telah berubah sejak itu.
* Tidak
adanya hubungan kepartaian yang terbuka dan tradisi Partai itu saja sudah
merupakan perbedaan yang begitu penting antara Rusia dan Jerman sehingga
semestinya memperingatkan semua orang sosialis yang bijaksana terhadap
penjiplakan secara membuta. Dan berikut ini adalah contoh sampai seberapa jauh
berlakunya “kebebasan mengkritik” di Rusia. Tuan Bulgakov, kritikus Rusia,
mencela kritikus Austria, Hertz, dengan mengatakan: “Walaupun bebas
kesimpulan-kesimpulannya, namun Hertz dalam hal ini (mengenai
koperasi-koperasi) rupanya tetap terlampau terikat pada pendapat-pendapat
Partainya, walaupun tidak sependapat mengenai hal-hal detailnya, dia tidak
berani meninggalkan prinsip umum” (Kapitalisme Dan Agraria, Jilid II,
hlm. 287). Warga negara suatu negara yang diperbudak di bidang politik, dimana
999 dari 1000 orang penduduk dirusak sampai ke tulang sumsum mereka oleh
pembudakan politik dan ketidakmengertian sama sekali tentang kehormatan Partai
serta hubungan kepartaian, dengan angkuh mencela seorang warga negara suatu
negara konstitusional karena terlampau “terikat pada pendapat Partai”! Organisasi-organisasi
ilegal kita tiada lain kecuali menyusun resolusi-resolusi tentang kebebasan
mengkritik……
39 Lampiran
Khusus “Rabocaya Misl”—brosur yang diterbitkan oleh dewan redaksi surat
kabar “ekonomis” Rabocaya Misl dalam bulan September 1899. brosur itu, dan
terutama artikel ‘Kenyataan-kenyataan Kita” yang dimuat dengan bertanda-tangan
R. M. dengan blak-blakan memaparkan pandangan-pandangan oportunis kaum
“ekonomis”. Lenin mengkritik brosur ini dalam artikelnya “Aliran Mundur Dalam
Sosial Demokrasi Rusia” (W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4,
Jilid 4, hlm. 234-262 dan Jilid 5, hlm. 333-340, 368, 378).
41 Grup
Pembebasan Kerja—grup Marxis Rusia yang pertama, diorganisasi oleh G. W.
Plekhanov di Jenewa dalam tahun 1883. dalam Kongres ke-II PBSDR pada bulan
Agustus 1904, grup ini menyatakan bubar.
Grup ini
telah berbuat banyak untuk menyebarkan Marxisme di Rusia. Ia menerjemahkan
karya-karya Marxis seperti; Manifesto Partai Komunis oleh Marx dan
Engels, Kerja Upahan dan Kapital oleh Marx, dan Perkembangan
Sosialisme Dari Utopi Menjadi Ilmu oleh Engels, menerbitkannya di luar
negeri dan secara ilegal menyebarkannya di Rusia. Plekhanov beserta grupnya
memberi pukulan serius pada Narodisme. Tetapi grup itu membuat beberapa
kesalahan serius yang merupakan proyeksi bakal pandangan-pandangan Menshevik
dari Plekhanov dan anggota-anggota lain grup itu.
42 Karl
Marx dan Friedrich Engels, Pilihan Karya, edisi Inggris, BPBA, Moskow,
1951, Jilid II, hlm. 15.
* Dritter Abdruck. Leipzig, 1875. Verlag der
Genossenschafts-buchdruckerei. (Perang Tani Di Jerman, edisi ke-3,
Leipzig, 1875. Penerbit Kooperatif.—Red)
43 Lenin
mengutip dari Karya Engels Kata Pendahuluan Perang Tani Di Jerman (Karl
Marx dan Friedrich Engels, Pilihan Karya, edisi Inggris, Moskow, 1951,
Jilid I, hlm. 590-591)
* Trade-unionis
tidak menutup pintu sama sekali terhadap politik sebagaimana kadang-kadang
diduga orang. Trade-unionis selalu melakukan agitasi dan perjuangan politik
tertentu (tetapi bukan agitasi dan
perjuangan politik sosial-demokratis). Dalam bab berikutnya kita akan
membicarakan perbedaan antara politik trade-unionis dengan politik
sosial-demokratis.
44 Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh Petersburg dibentuk oleh W. I. Lenin dalam musim rontok tahun 1895
dan mempersatukan semua lingkaran buruh Marxis di Petersburg. Ia dipimpin oleh
suatu Grup Sentral di bawah pimpinan
Lenin. Liga Perjuangan itu adalah organisasi pertama di Rusia yang
mengkombinasi sosialisme dengan gerakan buruh dan beralih dari mempropagandakan
Marxisme di kalangan selingkaran kecil kaum buruh yang maju ke agitasi politik
di kalangan massa luas klas buruh.
"Arti penting Liga Perjuangan
Untuk Pembebasan Klas Buruh Petersburg
terletak dalam kenyataan bahwa ia, sebagaimana kata Lenin, merupakan embrio pertama yang sesungguhnya dari partai
revolusioner yang didukung oleh gerakan buruh".
* A.A wanayev meninggal di Siberia Timur pada tahun 1899
karena penyakit TBC yang diidafnya selama
dikurung tersendiri dalam penjara sebelum perang. Karena itu kita berpendapat
keterangan diatas boleh disiarkan, yang kita jamin kebenarannya karena ia
berasal dari orang-orang yang secra langsung
dan dekatnya mengenal A.A. Wanayev.
45 Ruskaya
Starina-- majalah bulanan tentang sejarah, terbit di Petersburg dari tahun
1870 sampai 1918.
46 Obskurantisme--
sikap yang bermusuhan terhadap pencerahan dan kemajuan, semangat yang
menghambat kemajuan.
47 S. Petesburgski Raboci Listok
(Lembaran Buruh Petersburg)-- surat kabar ilegal, organ Liga Perjuangan
Untuk Pembebasan Klas Buruh Petersburg. Terbit dua nomor: No. 1 dalam bulan
Februari (bertanggal Januari) 1897 (distensil di Rusia sebanyak 300-400
eksemplar); dan No. 2 dalam bulan September 1897 di Jenewa.
* "ketika bersikap negatif
terhadap aktivitas-aktivitas sosial demokrat pada akhir tahun-tahun 90-an, Iskra
mengabaikan tidak adanya syarat-syarat pada waktu itu untuk pekerjaan lain
kecuali perjuangan untuk -tuntutan-tuntutan kecil". Demikian kaum ekonomis
menerangkan dalam surat mereka yaitu Surat Kepada Organ-Organ
Sosial-Demokrat Rusia (Iskra No.12). Kenyataan-kenyataan yang dikutip
diatas membuktikan bahwa pernyataan tentang "tidak adanya
syarat-syarat" bertentangan sama sekali dengan kebenaran. Tidak
hanya pada akhir, tetapi bahkan pada pertengahan tahun-tahun 90-an, semua
syarat untuk pekerjaan lain sudah ada selain perjuangan untuk tuntutan-tuntutan
kecil, semua syarat sudah ada --kecuali latihan yang cukup bagi para pemimpin.
Bukannya terus terang mengakui tidak cukupnya latihan pada pihak kita, para
ideologis, para pemimpin --kaum "ekonomis" hendak melempaskan semua
kesalahan pada "tidak adanya syarat-syarat", pada pengaruh lingkungan
materiil yang menentukan jalan, yang dari jalan ini tak seorang idiologis pun
akan mungkin membelokkan gerakan. Apa ini kalau bukan membungkuk-bungkuk kepada
spontanitas, kalau bukan kegila-gilaan para ideologis akan kekurangan
kekurangan mereka sendiri?
48 Rapat khusus yang dimaksudkan Lenin diadakan di Petersburg
antara tanggal 14 dan 17 Februari (26 Februari dan 1 Maret) 1897. rapat ini
dihadiri oleh W. I. Lenin, A. A. Waneyev, G. M. Krzyizyanovski dan
anggota-anggota lainnya dari Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh
Petersburg, yaitu "veteran-veteran" yang telah dikeluarkan dari
penjara selama tiga hari sebelum dikirim ke pembuangan Siberia dan
"orang-orang muda" yang memimpin Liga Perjuangan sesudah Lenin
ditangkap.
49 Listok Rabotnika (Lembaran Pekerja)-- diterbitkan di Jenewa
oleh Perserikatan Kaum Sosial-Demokrat Rusia Di Luar Negeri dari tahun
1896-1899. Terbit sepuluh nomor. No. 1
sampai No. 8 diedit oleh grup Pembebasan Kerja. Karena mayoritas anggota
Perserikatan memebelok ke "ekonomisme", maka grup Pembebasan Kerja
menolak untuk terus mengedit penerbitan-penerbitannya. No. 9- No. 10
diterbitkan oleh dewan redaksi baru yang dibentuk oleh Perserikatan.
50 Artikel W.I.-- yang dimaksud ialah artikel W. P. Iwansyin.
* Sambil lalu perlu dinyatakan bahwa pujian-pujian kepada Rabocaya Misldalam bulan November 1898, pada
waktu ekonomisme, terutama diluar negeri, telah terbentuk sepenuhnya, berasal
dari W.I itu juga yang tak lama kemudian menjadi salah seorang redaktur dari Raboceye Dyelo. Namun Raboceye Dyelo tetap tidak mengakui
adanya dua aliran dalam sosial-demokrasi Rusia dan terus tidak mengakuinya
hingga kini!
51 Gendarme-gendarme tsar
mengenakan baju seragam bermanset biru.
** Bahwasanya kiasan ini benar, dapat
dilihat dari kenyataan khas yang berikut. Ketika, sesudah penangkapan atas diri
kaum "Desembris", tersiar berita dikalangan kaum buruh di Jalan
Schusselburg bahwa penangkapan itu terjadi atas bantuan seorang provokator N.N.
Mikhailov (seorang dokter gigi) yang dekat dengan salah satu dari grup-grup
yang berhubungan dengan kaum Desembris, kaum buruh menjadi begitu marah
sehingga mengambil keputusan membunuh Mikhailov.
* Kutipan-kutipan ini diambil dari tajuk rencana dalam nomor pertama Rabocaya Misl itu juga. Dari sini orang dapat menilai
taraf teori yang dimiliki oleh "W.W. dari sosial-demokrasi Rusia"[52], yang terus mengulang-ulangi pemvulgaran
secara kasar "meterialisme ekonomi" pada waktu dalam literatur
terjadi perang kaum Marxis menentang Tuan W.W yang sebenarnya, yang sudah lama
dijuluki "ahli urusan reaksioner", karena mempunyai
pandangan-pandangan yang serupa mengenai hubungan antara politik dengan ekonomi!
52W. W.
--nama samaran W. P. Worontstov, salah seorang ideologis dari Narodisme liberal
dalam tahun-tahun 80-an dan 90-an abad ke-19. Kata-kata Lenin "W. W. dari
sosial-demokrasi Rusia" merupakan sindiran untuk kaum "ekonomis"
yang mewakili aliran oportunis dalam sosial demokrasi Rusia.
** Orang-orang Jerman
bahkan mempunyai kata khusus : "Nur-Gewerkschafter", yang artinya
pembela perjuangan "serikat buruh semata-mata"
*** Kita tekankan kata kata dewasa ini untuk dialamatkan
kepada mereka yang mungkin secara munafik mengangkat bahu seraya berkata:
sungguh mudah sekarang mencaci-maki Rabocaya Mils, tetapi kan hanya sesuatu yang
sudah usang! Mutato nomine
de te fabula narratur (ubahlah namanya maka kisah itu mengenai dirimu.--Red),
demikianlah jawaban kita kepada kaum
munafik dewasa ini yang semacam itu yang ketundukannya sama-sekali kepada
ide-ide Rabocaya Misl akan dibuktikan berikut
ini.
*** Neue
Zeit (Zaman Baru. --red) 1901-1902, XX, I, No.3 hlm 79. Rancangan komisi yang
dibicarakan K. Kautsky itu diterima oleh Kongres Wina (pada akhir tahun lalu)
dalam bentuk yang sedikit diubah.
* Ini sudah barang tentu tidaklah
berarti bahwa kaum buruh tidak ambil bagian dalam menciptakan ideologi demikian
itu. Tetapi mereka ambil bagian itu bukan sebagai kaum buruh, melainkan sebagai
ahli-ahli teori sosialisme, sebagai orang-orang sebangsa Proudhon dan sebangsa
Waitling; dengan kata lain, mereka ambil bagian hanya apabila dan sejauh mereka
mampu. Sedikit atau banyak, menguasai pengetahuan pada zaman mereka dan
mendorong maju pengetahuan. Dan agar kaum buruh dapat melakukan ini lebih sering, maka perlu dilakukan
segala usaha guna meningkatkan taraf kesadaran kaum buruh pada umumnya; kaum
buruh jangan membatasi diri pada bingkai "literatur untuk kaum buruh" yang dipersempit secara dibuat-buat, tetapi harus
belajar menguasai semakin banyak literatur umum. Bahkan akan lebih tepat jika dikatakan bukannya
"membatasi diri" tetapi dibatasi, karena kaum buruh sendiri membaca
dan ingin membaca semua yang ditulis untuk intelegensia dan hanya beberapa
orang intelektual (yang jelek) yang berpendapat bahwa "bagi kaum
buruh" cukuplah diceritai tentang keadaan-keadaan pabrik dan diulang-ulang
saya yang sudah lama diketahui.
53 Serikat-Serikat Buruh Hirsch-Duncker--
didirikan oleh borjuis-borjuis liberal Hirsch dan Duncker dalam tahun 1868 di
Jerman. Hirsch dan Duncker mengkhotbahkan "kerukunan
kepentingan-kepentingan klas", menyelewengkan buruh dari perjuangan klas
revolusioner melawan borjuasi, membatasi tugas-tugas gerakan serikat buruh pada
bingkai tugas-tugas di bidang dana saling bantu dan organisasi
pendidikan-kebudayaan.
* Sering dikatakan: Klas buruh secara
spontan condong kepada
sosialisme. Itu sepenuhnya benar dalam arti bahwa teori sosialis
menentukan sebab-sebab kesengsaraan klas buruh dengan lebih mendalam dan lebih tepat daripada teori lain manapun juga, dan karena itu kaum buruh dapat mencernakannya dengan begitu
mudah akan tetapi asal saja teori ini sendiri tidak menyerah kepada
spontanitas, asalkan ia membuat spontanitas tunduk padanya. Biasanya ini
diterima sebagi benar, tetapi justru inilah yang dilupakan atau diputarbalikkan
oleh Raboceye
Dyelo. Klas buruh secar spontan condong kepada sosialisme,
tetapi sungguhpun demikian ideologi burjuis yang lebih tersebar luas ( dan terus-menerus dihidupkan kembali dalam
bentuk-bentuk yang sangat beraneka warna) secara spontan lebih-lebih lagi
mendesakkan diri pada klas buruh.
54 Grup Pembebasan Diri Buruh—
satu grup kecil orang-orang “ekonomis
yang dibentuk di Petersburg dalam musim rontok tahun 1898. Grup ini yang bereksistensi hanya beberapa bulan saja, mengeluarkan
sebuah manifesto yang memaparkan tujuan-tujuannya (dimuat dalam Nakanunye,
majalah yang terbit di London), susunan
anggaran dasar dan beberapa surat sebaran untuk disebarkan di kalangan buruh.
55 Nakanunye (Menyongsong)-- majalah
dari aliran Narodnik yang terbit dalam bahasa Rusia di London dari bulan
Januari 1899 samapai Februari 1902. terbit 37 nomor. Nakanunye
menghimpun di sekitarnya wakil-wakil berbagai partai borjuis kecil.
* Tentang
Masalah Tugas-Tugas dan Taktik kaum Sosial Demokrat Rusia Dewasa ini, Jenewa
1898. Dua pucuk surat yang ditulis kepada Rabocaya Gazeta dalam
tahun 1897.
** Dalam membela
kebohongannya yang pertama ("kita tak tahu kawan-kawan muda mana yang
dimaksud oleh P. B. Akselrod") Raboceye Dyelo menambah
dengan kebohongan yang kedua, ketika dalam
jawabannya ia
menulis: "Sejak tinjauan tentang Tugas-Tugas
diterbitkan, dikalangan orang-orang sosial-demokrat Rusia tertentu telah timbul
atau kecendrungan-kecendrungan ke arah keberatsebelahan ekonomi, yang merupakan
langkah mundul dari keadaan gerakan kita sebagaimana dilukiskan dalam Tugas-Tugas (hal.9).
Inilah yang dikatakan Jawaban itu, yang dimuat
dalam tahun 1900. Tetapi Raboceye Dyelo nomor
pertama (yang memuat tinjauan itu) terbit dalam bulan April
1899. Apakah
ekonomisme itu baru timbul dalam tahun 1899? Tidak, dalam tahun 1899 terdengar
protes pertama kaum sosial demokrat Rusia terhadap ekonomisme (protes
terhadap Credo).
Ekonomisme timbul dalam tahun 1897, sebagaimana Raboceye Dyelo tahu
betul, karena sudah pada bulan November 1898, W.I.
Memuji Rabocaya
Misl
(lihat Listok
Rabotnika No.9-10)
*
"Teori tingkat-tingkat" atau teori "lika-liku yang takut
takut-takut" dalam perjuangan politik dinyatakan, misalnya dalam artikel
ini demikian: "Akan tetapi tuntutan-tuntutan-tuntutan politik, yang
menurut wataknya adalah umum bagi seluruh Rusia, harus mula-mula" (ini
ditulis dalam bulan Agustus 1900!) " sesuai dengan pengalaman yang
diperoleh lapisan tertentu"(sic!). "kaum buruh dari perjuangan
ekonomi. Hanya (!) atas dasar pengalaman inilah agitasi politik dapat dan harus
dimulai", dan seterusnya.(hal.11). Pada halaman 4 sipenulis ketika menyanggah
apa yang dianggapnya sebagai tuduhan yang sama sekali tidak beralasan yaitu
tuduhan sebagai bid'ah ekonomis, dengan mengharukan berseru :
"Sosial-demokrat mana sih yang tidak tahu bahwa menurut ajaran Marx dan
Engels kepentingan-kepentingan ekonomi dari berbagai klas memainkan peranan
yang menentukan dalam sejarah dan, karenanya, bahwa terutama perjuangan
proletariat untuk kepentingan-kepentingan ekonominya harus mempunyai arti
penting nomor satu bagi perkembangan klasya dan perjuangannya untuk pembebasan
?"(Kursif dari kami). Kata "karenanya"sama sekali tidak pada
tempatnya. Dari kenyataan bahwa kepentingan-kepentingan ekonomi memainkan
peranan yang menentukan sekali-kali tidak seharusnya ditarik kesimpulan
bahwa perjuangan ekonomi (yaitu, perjuangan serikat buruh) mempunyai arti
penting nomor satu, karena kepentingan-kpentingan yang paling pokok, yang
"menentukan" dari klas-klas dapat dipenuhi hanya dengan
perubahan-perubahan politik yang radikal pada umumnya; terutama
kepentingan-kpentingan ekonomi yang pokok dari proletariat dapat dipenuhi hanya
dengan revolusi politik yang akan mengganti diktatur borjuasi dengan diktatur
proletariat. B. Kreicevski mengulangi argumen-argumen "W.W. dari
sosial-demokrasi Rusia" (yaitu, politik mengikuti ekonomi dan lain-lain)
dan argumen-argumen kaum Bernsteinis dari sosial-demokrasi Jerman (misalnya,
justru dengan argumen semacam ini. Woltmann mencoba membuktikan bahwa kaum
buruh pertama-tama harus memperoleh "kekuatan ekonomi" sebelum
memikirkan revolusi politik).
56 W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Moskow, 1946, Jilid 4, hlm.
345-346.
57 Ibid,
Jilid 5, hlm. 6.
* "Ein
Jahr der Verwirrung" ("Tahun Kekalutan") adalah judul yang
diberikan oleh Mehring pada bab dalam bukunya Sejarah Sosial-Demokrasi Jerman
dimana ia melukiskan keragu-raguan dan ketiadaan kebulatan tekad yang mula-mula
dipertunjukan oleh kaum sosialis dalam memilih
"taktik-sebagai-rencana" yang sesuai dengan syarat-syarat baru.
58 Dengan
nama samaran N. Beltov, G. W. Plekhanov menerbitkan bukunya yang terkenal Tentang
Perkembangan Pandangan Monistik Mengenai Sejarah, yang terbit secara legal
di Petersburg dalam tahun 1895.
59 Yang
dimaksud ialah sajak satiris "Lagu Pujian Sosialis Rusia
Supra-Modern" oleh Y. O. Martov, yang dimuat dalam Zarya No. ,
April 1901, dengan bertanda tangan "Narcissus Tuporilov". Sajak ini
memperolok-olok kaum "ekonomis" dan penyesuaian diri mereka dengan
gerakan spontan.
* Jangan dilupakan pula bahwa dalam memecahkan "secara
teori" masalah teror, grup Pembebasan Kerja menggeneralisasi pengalaman gerakan revolusioner yang terdahulu.
* Untuk menghindari salah paham perlu kami tegaskan bahwa di
sini dan dalam uaraian selanjutnya, dengan perjuang ekonomi kami maksudkan
(sesuai dengan arti istilah itu yang lazim kami gunakan) "perjuangan
ekonomi praktis" yang disebut oleh Engels, dalam bagian yang dikutip
diatas, sebagi "perlawanan terhadap kaum kapitalis", dan yang di
negeri-negeri merdeka disebut sebagai perjuangan serikat sekerja, perjuangan
sindikat atau perjuangan trade-unionis.
* Dalam bab ini kami hanya membicarakan perjuangan politik,
dalam artinya yang lebih luas atau lebih
sempit. Karena itu kami hanya samabil lalu menyebutkan, hanya sebagai suatu
keanehan, tuduhan Raboceye Dyelo bahwa Iskra “terlalu menahan
diri” mengenai perjuangan ekonomi (Dua Kongres, hal.27, yang
dikunyah-kunyah oleh Martinov dalam brosurnya Sosial Demokrasi dan Klas Buruh).
Jika tuan-tuan penuduh ini menghitung dengan kiloan atau rim-riman (seperti
yang suka mereka lakukan) apa yang telah dikatakan tentang perjuangan
ekonomi dalam rubrik industri dalam Iskra selama satu tahun, dan
membandingkan ini dengan rubrik industri dalam Raboceye Dyelo dan Rabocaya
Misl dijadikan satu, maka akan mudahlah mereka melihat bahwa dalam hal ini
pun mereka ketinggalan. Rupanya kesadaran akan kebenaran yang sederhana ini
memaksa mereka menggunakan argumen-argumen yang dengan jelas memperlihatkan
kebingungan memperlihatkan kebingungan mereka.
Iskra, tulis mereka, “mau tak mau
(!) terpaksa (!) memperhitungkan tuntutan hidup yang mendesak dan
sekurang-kurangnya (!!) memuat surat-surat tentang gerakan buruh” (Dua Kongres,
hal.27). Nah inilah argumen yang
sungguh-sungguh menghancurkan!
* Kita katakan “pada umumnya”, karena Raboceye Dyelo berbicara justru tentang
prinsip-prinsip umum dan tentang tugas-tugas umum seluruh Partai. Tak diragukan
lagi bahwa dalam praktek terjadi hal-hal dimana politik betul-betul harus
mengikuti ekonomi, tetapi hanyalah kaum ekonomis yang dapat berbicara tentang
hal itu dalam sebuah resolusi yang diperuntukan seluruh Rusia. Memang juga
terjadi hal-hal dimana dapat dilakukan agitasi politik “sejak awal mula” “semata-mata atas dasar ekonomi”: namun
Raboceye Dyelo akhirnya sampai pada fikiran bahwa “hal ini tidak perlu sama
sekali” (dua Kongres, hal.11). dalam bab yang akan datang, akan kami tunjukkan
bahwa taktik para “politikus” dan kaum revolusioner bukan hanya tidak
mengabaikan tugas-tugas trade-unionis dari sosial demokrasi, tetapi bahawa,
sebaliknya, hanya taktik itu sajalah yang dapat menjamin penunaian tugas-tugas
ini secara konsekwen.
61 Zemski Nacalnik— penguasa desa di Rusia tsar yang diangkat dari bangsawan
tuan tanah dan yang menjalankan wewenang administrasi serta kehakiman.
62 Bund—Serikat
Buruh Umum Yahudi Lithuania, Polandia dan Rusia. Didirikan dalam tahun 1897,
mempersatukan terutama tukang-tukang kerajinan-tangan Yahudi di daerah-daerah
barat Rusia. Bund masuk PBSDR dalam Kongres ke I PBSDR pada bulan Maret 1898.
dalam Kongres ke II PBSDR utusan-utusan Bund menuntut supaya organisasi mereka
diakui sebagai satu-satunya wakil proletariat Yahudi. Kongres menolak
nasionalisme di bidang organisasi ini, sesudah mana Bund keluar dari Partai.
Dalam tahun 1906, sesudah Kongres ke IV (“Persatuan”), Bund
masuk lagi menjadi anggota PBSDR. Kaum Bundis senantiasa mendukung kaum
Menshevik dan melakukan perjuangan yang terus-menerus menentang kaum Bolshevik.
Walaupun secara formal tergabung dalam PBSDR, namun Bund merupakan suatu
organisasi yang bersifat nasionalis-borjuis. Bertentangan dengan tuntutan
program kaum Bolshevik akan hak bangsa menentukan nasib sendiri, Bund
mengajukan tuntutan otonomi kebudayaan-nasional. Selama Perang Dunia I
1914-1918 kaum Bundis berdiri di pihak sosial-sovinisme; pada tahun 1917 Bund
mendukung Pemerintah Sementara kontra-revolusioner, berjuang di pihak
musuh-musuh Revolusi Sosialis Oktober.selama Perang Dalam Negeri kaum Bundis
yang terkemuka menyatukan diri dengan kekuatan kontra-revolusi. Bersamaan
dengan itu di kalangan anggota biasa Bund mulai terjadi perubahan yang
menuntungkan kerjasama dengan kekuasaan
Soviet. Baru ketika kemenangan diktatur proletariat atas kontra-revolusi dalam
negeri dan kaum intervensionis asing nampak jelas, Bund menyatakan bahwa ia
melepaskan perjuangannya menentang kekuasaan Sovyet. Pada bulan Maret 1921 Bund
membubarkan diri, sebagian anggotanya masuk PKR (B) dengan cara biasa. Di
antara orang-orang Bundis yang masuk Partai terdapat orang-orang bermuka dua
yang masuk Partai dengan tujuan menggerogoti Partai dari dalam; sesudah itu
mereka diblejeti sebagai musuh rakyat.
* Kata-kata asli dalam brosur Dua Kongres, halm
31,32, 23, dan 30.
** Dua Kongres, hal 32
* Raboceye Dyelo No.10 hal 60. Ini adalah variasi Martinov untuk penerapan
pada keadaan gerakan kita yang kacau-balau sekarang ini tesis: “Setiap langkah
gerakan yang nyata lebih penting daripada selusin program”, yang sudah kita
karakterisasi diatas. Sebenarnya ini hanyalah suatu terjemahan ke dalam bahasa
Rusia dari kata-kata Bernsteinis yang terkenal busuk itu ialah: “Gerakan adalah
segala-galanya, tujuan terakhir bukanlah apa-apa”.
** Hal. 43: “sudah barang tentu, jika kami menganjurkan agara
kaum buruh mengajukan tuntutan-tuntutan ekonomi tertentu kepada
pemerintah, hal itu kami lakukan karena di bidang ekonomi pemerintah otokrasi
bersedia, karena perlu, memberi konsesi-konsesi tertentu”
* Semua yang serupa!—Red
* Rabocaya Misl, Lampiran Khusus, hlm. 14.
64 W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Moskow, 1946, Jilid 4, hlm. 388-393
* Tuntutan untuk
"memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri" dengan
sangat menyolok menyatakan pemujaan kepada spontanitas di bidang
aktivitas politik. Sering sekali perjuangan ekonomi secara spontan memperoleh watak politik, yaitu tanpa campur
tangan "baksil-baksil revolusioner--intelijensia", tanpa campur
tangan kaum sosial-demokrat yang berkesadaran. Misalnya, perjuangan ekonomi
kaum buruh Inggris juga memperoleh watak politik tanpa campur tangan apapun
dari kaum sosialis. Tetapi tugas-tugas kaum sosial-demokrat tidak selesai
dengan agitasi politik atas dasar ekonomi; tugas mereka ialah mengubah politik
trade-unionis menjadi perjuangan politik sosial-demokratis, menggunakan percikan-percikan
kesadaran politik, yang ditimbulkan oleh perjuangan ekonomi di kalangan kaum
buruh , untuk meningkatkan kaum buruh ke taraf kesadaran politik
sosial-demokratis. Tetapi orang-orang sebangsa Martinov itu bukannya
meningkatkan dan mendorong kesadaran politik yang bangkit secara spontan,
tetapi menyembah spontanitas dan mengulang-ulangi, sering
mengulang-ulangi sampai mual, bahwa perjuangan ekonomi "menyadarkan"
kaum buruh akan keadaan mereka yang tanpa hak-hak politik. Celaka, tuan-tuan,
kesadaran politik trade-unionis yang bangkit secara spontan tidak
"menyedarkan" tuan-tuan akan tugas-tugas sosial-demokratis tuan-tuan!
*
Untuk membuktikan bahwa seluruh pembicaraan buruh kepada orang-orang ekonomis
ini bukan isapan jempol, kami sebutkan dua saksi yang tidak diragukan lagi
langsung mengetahui gerakan buruh dan yang sedikit pun tidak cenderung memihak kami kaum
"dogmatis", karena saksi yang satu adalah seorang ekonomis (yang
bahkan menganggap Raboceye Dyelo sebagai organ politik!) dan yang
lainnya seorang teroris. Saksi pertama adalah seorang penulis suatu artikel
yang sangat jujur dan hidup berjudul "Gerakan buruh Petersburg Dan
Tugas-Tugas Praktis Sosial-Demokrasi", dimuat dalam Raboceye Dyelo
No. 6 . Dia membagi kaum buruh menjadi 10 kaum buruh yang berkesedaran; 2)
lapisan tengah dan 3) massa selebihnya. Nah, lapisan tengah ini "sering
lebih menaruh minat pada soal-soal kehidupan politik daripada kepentingan-kepentingan
ekonomi terdekat mereka sendiri, yang hubungannya dengan syarat-syarat sosial
yang umum telah lama dimengerti"……Rabocaya Misl "dikritik
dengan pedas": "ia terus mengulang-ulangi yan gitu-itu juga, hal-hal
lama yang sudah kita ketahui, yang sudah lama kita baca". "Lagi-lagi
tak ada apa-apa dalam tinjauan politik!" (Hlm. 30-31). Tetapi lapisan yang
ketiga pun, "massa buruh yang lebih muda dan lebih peka, yang kurang
dibejatkan oleh kedai minuman dan gereja, yang hampoir tidak mempunyai
kesempatan untuk mendapat literatur politik, memperbincangkan gejala-gejala
kehidupan politik secara melantur-lantur
dan merenungkan berita-berita yang sepotong-potong tentang kerusuhan
mahasiswa", dsb. Si teroris itu
menulis sebagai berikut: "….Mereka membaca sekali atau dua kali tentang
tetek-bengek kehidupan pabrik di kota-kota lain, bukan di kota-kota mereka
sendiri, dan kemudian mereka tidak akan membaca lagi….. Membosankan…..Tidak
berbicara apa-apa dalam surat kabar kaum buruh tentang negara…..berarti menganggap
buruh sebagai anak kecil….Buruh bukanlah bayi" (Swoboda,
diterbitkan oleh group Sosialis Revolusioner, hlm. 69 dan 70).
* Martinov
"membayangkan dilema lain yang lebih realistis (?)" (Sosial-Demokrasi
Dan Klas Buruh, hlm. 19): "Sosial-demokrasi mengambil alih pimpinan
langsung atas perjuangan ekonomi proletariat dan dengan itu (!) mengubahnya
menjadi perjuangan klas revolusioner"…. "dengan itu", yaitu
rupanya dengan pimpinan langsung atas perjuangan ekonomi. Dapatkah Martinov
menyebutkan satu contoh dimana pimpinan atas perjuangan keindustrian saja telah
berhasil dalam mengubah gerakan trade-unionis menjadi gerakan klas
revolusioner? Apakah dia tidak dapat mengerti bahwa untuk melaksanakan
"pengubahan" ini kita harus aktif memegang "pimpinan
langsung" atas agitasi politik yang meliputi segala segi?…."Atau
perspektif lain: sosial-demokrasi tidak memegang pimpinan atas perjuangan
ekonomi kaum buruh dan dengan begitu ….menggunting sayapnya
sendiri"…..Menurut pendapat Raboceye Dyelo, yang dikutip di atas, Iskralah
yang "tidak memegang pimpinan itu". Akan tetapi telah kita lihat
bahwa Iskra berbuat jauh lebih banyak untuk memimpin perjuangan ekonomi daripada
"Raboceye Dyelo", dan lagi ia tidak membatasi diri pada ini saja
dan tidak mempersempit tugas-tugas politiknya untuk kepentingan ini.
* Yang
dimaksud ialah demonstrasi-demonstrasi besar di jalan-jalan yang dimulai dalam
musim semi tahun 1901. (Catatan penulis pada edisi tahun 1907.--Red.)
* Misalnya selama Perang
Prancis-Prusia (Jerman), Liebnecht mendiktekan program aksi untuk seluruh
demokrasi --dan lebih-lebih lagi dilakukan oleh Marx dan Engels dalam tahun
1848.
66 Keadaan
Zemstwo--
yang dimaksud aktivitas-aktivitas Zemstwo, badan pemerintahan setempat di Rusia
sebelum revolusi, yang semata-mata mengurus soal-soal setempat mengenai
penduduk desa (membuat jalan, membangun rumah sakit dan sekolah, dsb.). Peranan
yang berdominasi dalam Zemstwo dimainkan oleh tuan tanah.
* Betapa sederhana dan naifnya--Red.
68 Iskra No. 7
(Agustus 1901), dalam rubrik "Kronik Gerakan Buruh dan Surat Dari Pabrik
Dan Kilang" memuat sepucuk surat dari seorang buruh tenun yang menunjukkan
maha besarnya pengaruh Iskra Lenin atas kaum buruh yang maju. Penulis surat
tersebut mengatakan:
"….Saya
tunjukkan Iskra kepada banyak kawan sekerja dan seluruh nomor Iskra
itu dibaca sampai koyak-koyak; tetapi kami sangat menghargainya…. Iskra
menulis tentang usaha kita sendiri, tentang usaha seluruh Rusia yang tak dapat
dinilai dengan kopek atau diukur dengan jam kerja; bila kita membaca surat
kabar itu menjadi mengertilah kita mengapa gendarme-gendarme dan polisi takut
kepada kita kaum buruh dan kepada kaum intelektual yang kita ikuti. Mereka,
sungguh-sungguh, tidak hanya membuat gemetar majikan-majikan demi pundi-pundi
mereka, tetapi juga menggentarkan tsat, para majikan dan lain-lainya…..
Sekarang tak akan sulit untuk membakar rakyat rakyat pekerja. Yang dibutuhkan
ialah percikan api untuk mengobarkan api yang sudah membra di kalangan rakyat.
Wah, betapa tepatnya kata-kata 'percikan api akan mengobarkan nyala api'….Dulu
setiap pemogokan merupakan peristiwa, tetapi kini setiap orang melihat bahwa
pemogokan-pemogokan saja tidaklah cukup, bahwa sekarang kita harus berjuang
untuk kemerdekaan, merebutnya dengan sekuat tenaga. Kini, semua orang, tua dan
muda, ingin membaca, tetapi sedihnya buku-buku tidak ada. Hari minggu yang lalu
saya mengumpulkan sebelas orang dan membacakan kepada mereka 'Dari Mana
Mulai?', dan kami mendiskusikannya sampai malam. Betapa tepatnya ia menyatakan
segala sesuatunya, betapa ia mengenal betul inti sesuatunya….. Dan kami ingin
menulis sepucuk surat kepada Iskra saudara untuk minta kepada saudara
supaya mengajar kami tidak hanya bagaimana mulai, tetapi juga bagaimana hidup
dan bagaimana mati".
* Dan
dalam jarak waktu di antara artikel-artikel ini Iskra (No. 3) memuat
sebuah artikel yang khusus membicarakan antagonisme-antagonisme klas di desa
kita. (W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm.
394-401.--Red).
* W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 388-393--Red.
69 W. I. Lenin, Kumpulan
Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 394-401.
70 Ibid, Jilid
5, hlm. 78-83.
71 Ibid, hlm.
84-85.
72 Rossiya
(Rusia)--surat kabar liberal modera; terbit di Petersburg dari tahun 1899
sampai tahun 1902.
73 W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Moslow, 1946, Jilid 5, hlm.
71-72.
* Di sini juga
terdapat penunjukan kepada “keadaan Rusia yang konkrit yang secara fatal
mendorong gerakan buruh ke jalan revolusioner”. Tetapi orang-orang ini tidak
mau mengerti bahwa jalan revolusioner gerakan buruh bisa juga bukan jalan
sosial-demokratis! Ketika absolutisme berkuasa, seluruh borjuasi Eropa Barat
‘mendorong”, dengan sengaja mendorong, kaum buruh ke jalan revolusi. Akan
tetapi kita kaum sosial-demokrat tak dapat puas dengan ini. Dan jika kita,
dengan jalan apapun juga, memerosotkan politik sosial-demokratis ke tingkat
trade-unionis yang spontan, maka kita dengan demikian menguntungkan demokrasi
borjuis.
74 S.
Petersburgskiye Wyedomosti (Berita Petersburg)—surat kabar yang
mulai terbit di Petersburg pada tahun 1728 sebagai kelanjutan surat kabar Rusia
yang pertama Wyedomosti, yang didirikan pada tahun 1703. dari tahun 1728 sampai
tahun 1874 S. Petersburgskiye Wyedomosti diterbitkan oleh Akademi Ilmu
dan dari tahun 1875 dan seterusnya oleh Kementerian Pendidikan. Surat kabar itu
terus terbit sampai akhir tahun 1917.
75 L.
Brentano—seorang
ahli ekonomi borjuis Jerman, menganjurkan apa yang dinamakan “sosialisme
negara”, yang mencoba membuktikan kemungkinan mencapai persamaan sosial di
dalam rangka kapitalisme dengan megnadakan reform-reform dan mendamaikan
kepentingan-kepentingan kaum kapitalis dengan kepentingan-kepentingan kaum
buruh. Dengan menggunakan kata-kata Marxis sebagai selimut, Brentano beserta
pengikut-pengikutnya berusaha mengebawahkan gerakan klas buruh kepada
kepentingan-kepentingan borjuasi.
* Tanda bukti--Red
* Semua
kursif dari kami.
77 yang
dimaksud ialah ‘Grup Buruh Untuk Perjuangan Melawan Kapital”, suatu grup kecil
yang pandangan-pandangannya mendekati pandangan-pandangan kaum kaum “ekonomis”;
dibentuk di Petersburg dalam musim semi tahun 1899. grup itu mengeluarkan surat
sebaran yang distensil “Program kita” yang tidak sempat disebarkan karena
ditangkapnya grup itu.
* Rabochaya Misl dan Rabocheye Dyelo, terutama Jawaban kepada
Plekhanov.
**
Brosur “Siapa yang Akan Melakukan Revolusi Politik?” dalam kumpulan karangan
yang diterbitkan di Rusia, berjudul Perjuangan Proletar. Diterbitkan
oleh Comite Kiev.
78 Narcissus adalah nama tokoh
dalam mitologi Yunani yang begitu bangga akan ketampanannya sehingga ia menolak
cinta semua dewi. Untuk menghukumnya, Aphrodite, yaitu Dewi Cinta, menjadikan
Narcissus jatuh cinta kepada bayang-bayangnya sendiri dalam air, yang dia tatap
sehingga merana dan mati. Disini Lenin menggunakan kata itu dalam arti
kesombongan.
79 V.I. Lenin, Kumpulan Karya,
edisi Rusia ke-4, Jilid 5, hlm.6.
80 N. N. S. N. Prokopowic, seorang
“ekonomis” yang aktif dan kemudian menjadi seorang Kadet.
81 lose (Jerman)—bebas
(lepas, longgar, kendor)
82 Ajanasi Iwanowic dan Pulkheria
Iwanovna—pemilik-pemilik tanah daerah kecil dalam buku Gogol Pemilik-Pemilik
Tanah Dunia Lama.
*
Kebingungan karena kelimpahan-- Red
* Di sini kita hanya
menyatakan bahwa semua yang telah kita katakan tentang “pendorongan dari luar”
dan pembicaraan-pembicaraan Swoboda lainnya tentang organisasi
seluruhnya berlaku bagi semua ekonomis, temasuk Raboceye Dyelo-is,
karena mereka sendiri dengan aktif telah mengkhotbahkan dan membela
pandangan-pandangan demikian mengenai organisasi, ataupun telah hanyut ke dalam
pandangan-pandangan itu.
83 Yang
Lenin maksudkan ialah aktivitas revolusionernya di Petersburg dalam tahun 1893-1895.
* Saya
juga dapat menjawab pepatah Jerman: Den Sack schlägt man, den Esel meint man,
atau dalam pepatah Rusia; kucing yang dipukul, menantu yang digertak. Bukan Raboceye
Dyelo saja, melainkan juga massa luas pekerja praktis dan ahli teori
yang terpikat “kritik” yang sedang menjadi mode, mereka menjadi bingung
mengenai soal spontanitas dan tergelincir dari konsepsi sosial-demokratis ke
konsepsi trade-unionis tentang tugas-tugas politik dan keorganisasian kita.
97 Tambahan ini dihilangkan oleh Lenin
ketika Apa Yang Harus Dikerjakan ? diterbitkan lagi dalam tahun 1907
dalam kumpulan Dua Belas Tahun.
* Lihat
Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm.
553-554—Red.
*
Penilaian kita mengenai perpecahan itu tidak hanya berdasarkan pembacaan
literatur mengenai pokok persoalan itu tetapi juga berdasarkan bahan-bahan
keterangan yang dikumpulkan di luar negeri oleh beberapa anggota organisasi
kita.
98 W. I.
Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Moskow,1946, Jilid 5, hlm.
1-12.
*Pernyataan ini diulangi lagi dalam Dua
Kongres, hlm. 25.
* Tepatnya: dalam prakata
resolusi-resolusi Juni kita katakan bahwa sosial-demokrasi di Rusia secara
keseluruhan selelu berdiri di atas prinsip-prinsip group Pembebasan Kerja dan
bahwa jasa perserikatan yang terutama ialah aktivitasnya di bidang penerbitan
dan pengorganisasian. Dengan kata-kata lain, kita menyatakan kesediaan kita
sepenuhnya untuk melupakan semua yang sudah lewat dan mengakui kemanfaatan
(untuk usaha) pekerjaan kawan-kawan kita dari Perserikatan dengan syarat bahwa ia menghentikan sama sekali kebimbangan
yang telah kita usahakan untuk “menangkapnya”. Setiap orang yang tidak memihak
setelah membaca resolusi-resolusi Juni hanya akan menafsiran demikian. Jika
Perserikatan sekarang, setelah menimbulkan perpecahan dengan
pembelokannya yang baru ke ekonomisme (dalam artikel –artikelnya dalam No.10
dan dalam amandemen-emandemennya ) , sekarang secara khidmat menuduh kita berbohong
(Dua Kongres, hlm. 30) karena apa yang telah kita katakan tentang
jasa-jasanya , maka sudah barang tentu tuduhan demikian itu hanyalah dapat
membikin orang tersenyum.
* Suatu
polemik mengenai persoalan ini telah dimuali dalam Vorwarts antara
redakturnya yang sekarang, Kautsky, dengan Zarya. Kita pasti akan
menyampaikan polemik ini kepada pembaca Rusia[99]
[99]Iskra no. 18 (10 Maret 1902) dalam rubriknya “Dari Partai” memuat
artikel “Polemik Zarya dengan Vorwarts” yang menyimpulkan polemik itu.
* Mutlak perlu.—Red.
* Yaitu, jika konsultasi-konsultasi redaksi
berkaitan dengan pembentukan suatu dewan tertinggi bersama dari gabungan
organisasi-organisasi tida dipandang sebagai suatu pembatasan terhadap otonomi;
dan ini disetujui Raboceye Dyelo dalam bulan Juni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar