Sabtu, 09 Juni 2012

Tugas Matakuliah Hubungan Internal


PENGERTIAN KOMUNIKASI ORGANISASI
Pada dasarnya, organisasi merupakan suatu sarana yang secara struktural menggabungkan sejumlah sumberdaya potensial maupun aktual, yang secara garis besar berisikan dua jenis sumberdaya, yakni
1.      sumberdaya manusia
2.      sumber daya teknis
Sumberdaya manusia
meliputi tenaga otot, pendidikan, ketrampilan, keahlian, pengalaman, gagasan, ide, harapan- harapan, spiritual bahkan harapan-harapan.
Sumber daya teknis
meliputi bahan baku, peralatan serta modal.
Secara keseluruhan segala hal ini dapat memberikan atau menjadi dasar dorongan dan arah bago aktifitas yang bersangkutan.
Semua organisasi baik dalam skala besar maupun skala kecil, mendefenisikan organisasi paling tidak memiliki tiga karakteristik yakni:
a.       Orang-orang/ Manusia
b.      Tujuan
c.       Keterbatasan perilaku anggota

Chruden dan sherman. Jr memandang hakekat dari organisasi dipandang dari dua sisi yakni konsep statis dan dinamis atau disebut juga proses. Pengertian Statis dimaksudkan merujuk pada fungsi organisasi sebagai wadah, sarana atau tempat yang menggambarkan susunan hirarki atau struktur dari jenjang jabatan, fungsi serta wewenang, hak dan kewajiban. Dalam kata lain, dapat disebut juga bahwa organisasi merupakan saran untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Pengertian dinamis, organisasi merupakan suatu proses interaksi antara berbagai bidang dan fungsi dalam meningkatkan kerja sama dan koordinasi tinggi guna mencapai sasaran dan tujuan bersama.
Organisasi merupakan aktifitas koordinasi rasional dan formal kegiatan sejumlah manusia yang berusaha mencapai beberapa sasaran dan tujuan umum maupun khusus, melalui pembagian kerja dan fungsi melalui jenjang otoritas dan tanggung jawab yang hirarkis. Dalam perspektif komunikasi, pengertian organisasi lebih menekankan pada aspek dinamis atau proses sharing informasi dan pengertian yang berkesinambungan. Mengirim, menerima pesan dalam saluran komuikasi baik saluran formal maupun informal.
Car Weick, memandang organisasi lebih berbicara pada proses mengorganisasi daripada organisasi itu sendiri. Dengan kata lain, organisasi tidak sebagai struktur, kesatuan, atau kelembagaan, tetapi lebih dari sebagai aktifitas, proses dinamis mengorganisasi. Sebab pada dasarnya inti dari proses organisasi adalah mengambil dan membuat keputusan, dimana proses tersebut tidak lain adalah proses komunikasi itu sendiri.
Gerakd L Pepper, mengungkapkan bahwa komunikasi bukanlah sesuatu bagian atau elemen yang mengisi dan terjadi di dalam organisasi. Meskipun dalam arti sempit komunikasi adalah semacam alat yang di gunakan oleh para anggotanya untuk penyelesaian berbagai tugas pekerjaannya. Namun, pada dasarnya komunikasi itu adalah komunikasi itu sendiri dan sebaliknya organisasi adalah komunikasi itu sendiri juga.
Dalam pemikiran sederhana, disiplin komunikasi secara umum dan komunikasi organisasi khususnya, ilmu komunikasi memberi kontribusi terutama pada pengkajian yang berfokus pada masalah-masalah apa dan bagaimana mencapai sasaran dan tujuan organisasi dimaksud, strategi dan taktik untuk mencapainya.
Secara khusus, kontribusi disiplin ilmu komunikasi terutama dalam mempertanyakan apa serta bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan agar komunikasi dapat berlangsusng secara efektif dan efisien. Bagaimana prosesnya, metode dan teknik apa yang digunakan secara efektif. Media apa yang digunakan, faktor apa yang mendorong dan yang menghambat efektifitas dan efesiensi komunikasi dalam situasi, kondisi, dan konteks baik lingkungan internal maupun eksternal organisasi tersebut.
Komunikasi organisasi sangat diwarnai oleh eksistensi organisasi itu sendiri, dalam dimensi statis, maupun dinamis/ proses. Dalam organisasi menurut aspek dinamis, terdapat struktur, iklim, budaya, jenjang kepangkatan, status kerja, wewenang, tugas fungsi, spesialisasi tugas dan tanggung jawab, dan semua hal yang berhubungan dengan struktur formal. Keseluruhan hal tersebut akan memberi warna pada dipilihnya desain pola perilaku komunikatif apa dan bagaimana yang akan diterapkan oleh manajemen yang bersangkutan.
Corbett mengatakan bahwa sedikitnya komunikasi organisasi memiliki dua peran penting yakni: Pertama dan terutama, memperkuat tugas dasar organisasi, menyebarluaskan informasi dan pengetahuan yang terjadi dalam tujuan dan strategi, serta memberi inspirasi, memelihara rasa keterhubungan satu sama lain dalam minat, membangkitkan dan memelihara semangat kelompok kerja diantara karyawan. Kedua, pesan- pesan, informasi, ide-ide, dan gagasan disampaikan kepada semua karyawan sehingga mengarah dan mempersiapkan pada proses pengambilan keputusan yang lebih baik, dan lebih menaruh perhatian dalam tindakan kelompok kerja lebih baik.
Berdasarkan pandangan ini dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Internal Organisasi memegang peran dan fungsi yang sangat penting bagi setiap organisasi.
Saluran Komunikasi Organisasi
Dalam konteks organisasi, arus komunikasi mengalir secara formal mengikuti saluran formal sesuai desain struktur organisasi. Secara tradisional ada tiga arah utama arus pesan dan informasi yang mengalir lewat saluran formal yaitu:
1. Saluran Komunikasi Vertikal
Arus saluran komunikasi ini terdiri atas dua bagian yakni arus komunikasi vertikal kebawah (Downward Communication) dan arus komunikasi vertikal keatas (Upward Communication).
a.       Komunikasi vertikal arus kebawah (Downward Communication)
merupakan bentuk komunikasi vertikal dari atasan kepada bawahan. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan dari pihak atasan sebuah organisasi perusahaan kepada para karyawannya.

Pada aktivitas komunikasi ini, para atasan memberikan berbagai informasi relevan dengan pekerjaan dan organisasi seperti instruksi, perintah, pentunjuk pelaksanaan kerja (metode dan prosedur kerja), penghargaan dan penjelasan tentang berbagai yang diperlukan, manakala terjadi perubahan diluar kelaziman, persuasi, atau motivasi dan bahkan juga hukuman. Termasuk juga penghargaan, pujian, pengakuan verbal terhadap keberhasilan dan prestasi yang berhasil diraih karyawan dan kelompok kerjanya (William J Corbett : 1989)
Kemunduran yang dirasakan oleh karyawan ada beberapa faktor seperti pertumbuhan organisasi yang menyebabkan isolasi beberapa bagian atau departemen, hilangnya arah dan kejelasan sasaran dan tujuan organisasi karena kurangnya komunikasi yang disebabkan isolasi terhadap bagian/departemen organisasi tertentu, tidak adanya audit internal terhadap komunikasi organisasi, tidak jelasnya siapakah yang bertanggungjawab akan keberadaan jaringan komunikasi formal kebawah yang efektif, apakah manajer atas, menengah atau tingkat supervisor, pemisahan personal supervisor dengan yang bukan supervisor.
Berdasarkan hal ini perlu dilakukan segera perbaikan kepada jaringan komunikasi formal kebawah ini, agar pesan dan informasi yang relevan dalam kualitas dan kuantitas mengalir jelas keseluruh bagian dalam organisasi. Beberapa usaha memperbaiki kendala arus komunikasi bawah ini adalah:
-          Membangun tujuan yang jelas dan realistis oleh manajer
-          Mempertimbangkan dan memperhatikan isi pesan yang akan disampaikan
-          Mempertimbangkan cara dan teknik yang harus dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh bawahan secara tepat.

b. Komunikasi vertikal arus keatas (Upward Communication) Arus komunikasi ini merupakan arus komunikasi dari bawahan kepada atasan. Dapat disebutkan juga bahwa komunikasi yang dilakukan oleh karyawan kepada perusahaan.misalnya berbentuk pelaksanaan perintah berbentuk lisan maupun tulisan atau juga laporan hasil dari pekerjaan, serta sumbang saran dari pihak pekerja kepada pimpinan perusahaan. Adapun tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Menurut pace 1989 dalam (Muhammad : 1995) komunikasi Ketas memiliki beberapa fungsi yaitu:
-          Dengan adanya komunikasi ketas , supervisor dapat mengetahui kapan bawahan nya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.
-          Arus komunikasi keatas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan
-          Memperkuat apresiasi dan loyalita karyawan terhadap organisasi derngan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran- saran tentang jalannya organisasi.
-          Komunikasi keatas membolehkan, bahkan memdorong desas- desus muncul dan membiakan supervisor mengetahuinya.
-          Komunikasi keatas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dimaksudkan dari arus informasi kebawah.
-          Komunikasi keatas membantu karyawan mengatasi masalah- masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas- tugasnya dan organisasi.
Melalui komunikasi keatas seorang pimpinan mengharapkan mendapatkan informasi dari bawahan mengenai kegiatannya, hasil yang dicapai. Masalah yang dihadapi, menerima saran dan memberikan solusi berupa ide dan gagasan bagi penyempurnaan divisi dimana karyawan itu berada. Mendapatkan informasi mengenai pikiran dan perasaan meraka mengenai pekerjaan yang mereka hadapi di perusahaan, dimana karyawan itu bekerja.

2. Saluran Komunikasi Horizontal
Merupakan komunikasi sejajar yang berlangsung antarkaryawan dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan. Informasi ini bisa berupa informasi mengenai pekerjaan, pendidikan atau pelatihan mengenai pekerjaan karyawan.informasi ini juga dapat berupa informasi mengenai kegiatan diluar kerja (kedinasan) dalam bentuk olahraga, keagamaan, kekeluargaan, kesejahteraan dan aktivitas sosial lainnya.
Adapun tujuan komunikasi Horizontal adalah :
-          Saling membagikan informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Ide dari banyak orang akan lebih baik dari pada ide dari satu orang. Oleh karena itu, komunikasi horizontal sangat diperlukan mencari ide yang lebih baik dan saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang mereka lakukan.
-          Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama.
-          Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Dengan adanya penyelesaian konflik ini maka akan tercipta iklim organisasi yang baik.
-          Mengembangkan dukungan sesama karyawan. Karena sebagian besar waktu mereka berinteraksi dengan temannya maka secara tidak langsung mereka memperoleh dukungan dari hubungan interpersonal dari temannya. Ini akan memperkuat hubungan diantara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam bekerja.

3. Saluran Komunikasi Informal
Saluran komunikasi ini sering juga disebut dengan saluran komunikasi benalu (Grapevine). Dikatakan demikian karena jenis saluran ini dalam struktur organisasi sebenarnya tidak diharapkan atau tidak diakui secara rsmi oleh manajemen keberadaannya.
Keberadaan saluran informal dalam organisasi ini timbul karena adanya kebutuhan informasi relevan, akurat, lengkap dalam tempo waktu yang relatif singkat. Kebutuhan informasi ini dimaksud untuk memberikan jaminan kepastian rasa aman atau mengurangi ketidakpastian yang dihadapi yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.
Davis (1953) mengatakan tumbuhnya saluran komunikasi informal inididorong beberapa hal :
-          Pada tiap tingkat organisasi, sekalipun pada tingkat tertinggi, selalu terdapat anggota kelompok yang terisolasi atau menerima informasi sangat terlambat bahkan tidak menerima sama sekali.
-          Proses mekanisme formal untuk komunikasi seperti: pertemuan berkala, tatap muka, dan media formal lainnya dirasa cukup lambat dan tak lengkap.
-          Komunikasi interpersonal formal dan informal berlangsung terlalu sering dan sangat cepat.
-          Dalam struktur organisasi, terdapat pembatasan antara tingkat empat dan lima, dalam situasi demikian, aliran informasi terlambat.
-          Lebih dari setengahnya, informasi dimaksudkan sampai kepada karyawan melompat dari proses saluran formal yang ada.
-          Satu unit informasi cenderung lebih banyak bersifat mengalir searah daripada dua arah.

Public Relations
Pada dasarnya tujuan umum dari program kerja dan berbagai aktivitas Public Relation adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi/perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder sasaran khalayak yang terkait. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya citra positif (good image), kemauan baik (good will), saling menghargai (mutual appreciation), saling timbul pengertian (mutual understanding), toleransi (tolerance) antara kedua belah pihak.
Tujuan dari proses perencanaan program kerja untuk mengelola berbagai aktivitas PR tersebut dapat diwujudkan jika teorganiasi dengan baik melalui manajemen yang dikelola secara professional dan dapat dipertangungjawabkan hasil atau sasarannya. Hal tersebut juga dapat diwujudkan jika adanya pertukaran pendapat, pesan dan informasi yang jelas serta mudah dimengerti oleh kedua belah pihak yang terlibat komunikator dan komunikan di mana pertukaran informasi dilakukan melalui system saluran (channel), media massa atau bentuk media non massa lainnya. Semua itu dapat dimanfaatkan sebagai alat (tool) untuk kegiatan atau aktivitas komunikasi dua arah timbal balik (reciprocal two ways traffic communication) sehingga diperoleh pencapaian umpan balik (feed back) yang positif.
Perencanaan, pengorganisasian, pengkomunikasian hingga pengevaluasian suatu program kerja PR melalui berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh public relations. Aktivitas praktisi PR di lapangan mencakup sebagai konseptor (Conceptor), penasihat (counselor), komunikator (communicator) dan penilai (evaluator) yang handal. Oleh karena itu menjadi memiliki kemampuan memecahkan berbagai macam masalah yang dihadapinya dalam organisasi.
Scott M. Cutlip & Allen H. Center (Prentice – Hall), Inc. 1982 : 139), menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja melalui proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan adalah :
1.      Penelitian dan Mendengarkan (Research – Listening)
Dalam tahap ini, penelitian yang dilakukan berkaitan dengan opini, sikap dan reaksi dari mereka yang berkepentingan dengan aksi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan suatu organisasi. Setelah itu baru dilakukan pengevaluasian fakta-fakta, dan informasi yang masuk untuk menentukan keputusan berikutnya. Pada tahap ini akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi, yaitu “What’s our problem? (Apa yang menjadi problem kita).
2.      Perencanaan dan mengambil Keputusan (Planning – Decision)
Dalam tahap ini sikap, opini, ide-ide dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanaan serta penetapan program kerja organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak yang berkepentingan mulai diberikan : “Here what we can do?(apa yang dapat kita kerjakan).
3.      Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (Communication – Action)
Dalam tahap ini informasi yang berkenaan dengna langkah-langkah yang akan dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya : “Here’s what we did and why? (Apa yang telah kita lakukan dan mengapa begitu).
4.      Mengevaluasi (Evaluation)
Pada tahapan ini, pihak public relations/Humas mengadakan penilaian terhadap hasil-hasil dari program-program kerja atau aktivitas Humas yang telah dilaksanakan. Termasuk mengevaluasi keefektivitasan dari teknik-teknik manajemen dan komunikasi yang telah dipergunakan : “How did we do? (Bagaimana yang telah kita lakukan)

Tiap tahapan dari keempat tahapan yang disebutkan di atas saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya. Artinya tahapan satu dengan tahapan yang lainnya saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Setiap tahap dari proses kerja PR di atas, sama pentingnya bagi terlaksanannya suatu program PR yang efektif. Sayangnya banyak di antara praktisi PR yang kurang menyadari akan hal tersebut sehingga dalam menentukan dan melaksanakan program mereka seringkali mengabaikan tahap-tahap di atas. Tahap yang paling sering diabaikan adalah penelitian, perencanaan dan evaluasi. Sebaliknya, banyak di antara mereka yang terlalu banyak memfokuskan pekerjaanya pada publisitas, yang sebenarnya akan secara otomatis muncul apabila program PR dirancang berdasarkan penelitian, perencanaan dan evaluasi yang serius.
Proses kerja PR merupakan satu kesatuan perencanaan yang secara sirkuler terus menerus berlangsung. Melalui observasi yang pernah dilakukan, diketahui bahwa proses analisis-analisis komunikasi interpretasi dari kerja PR, merupakan proses yang berkesinambungan dalam bentuk spiral dan seringkali tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Kalau diuraikan dan digambarkan, maka lingkaran dan langkah-langkah kegiatan PR adalah sebagai berikut :
1.      Menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan ;
2.      Menentukan dan memahami secara benar perilaku tiap-tiap kelompok terhadap organisasi.
3.      Menganalisis tingkat opini public, baik yang intern maupun yang ekstern.
4.      Mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan, masalah-masalah yang potensial, kebutuhan-kebutuhan dan kesempatan-kesempatan.
5.      Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan.
6.      Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan atau mengubah perilaku kelompok masyarakat sasaran.
7.      Menjalankan dan melaksanakan aktivitas-aktivitas sesuai dengan program yang telah direncanakan.
8.      Menerima umpan balik untuk dievaluasi, kemudian mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.

Konsekuensi dari proses perencanaan kerja PR seperti di atas adalah tuntutan terhadap kemampuan tinggi dari para praktisi PR dapat berperan ganda dalam menjalankan tugasnya. Suatu saat, apabila pimpinan ingin mengetahui secara pasti mengenai reaksi public terhadap salah satu kebijaksanaan organisasinya dan PR harus bisa mengemukakan fakta-fakta yang diperlukan. Lain waktu jika menghadiri pertemuan dengan staf bagian pemasaran dan periklananan yang membahas rencana perkenalan produk baru, maka pihak PR harus siap untuk menunjang usaha tersebut. Pada hari yang sama dia mungkin bertindak sebagai komunikator ataupun penerjemah, apabila pada saat itu berhadapan dengan para wartawan yang ingin mendapatkan keterangan tentang program dan kebijaksnaan yang dijalankan oleh organisasi.

Internal Public Relations
Untuk itulah peranan, fungsi dan tugas seorang Public Relations Officer untuk membina hubungan komunikasi masyarakat internal. Peranan tersebut menuntut seseoang praktisi PR untuk dapat menjadi corong informasi dari para karyawan kepada pihak perusahaan, atau sebaliknya mampu bertindak sebagai mediator dan bidang dan tanggung jawabnya masing-masing.
Disamping itu pihak Humas mampu mempertemukan atau menyampaikan tujuan dan keinginan-keinginan dari pihak karyawan kepada perusahaan atau sebaliknya dari pihak perusahaan terhadap para karyawannya (bertindak sebagai komunikator dan mediator). Komunikasi internal timbal balik yang dilaksanakan oleh PR tersebut dapat dilakukan melalui beberapa jalur.
a. Komunikasi arus ke bawah (downward communication), yakni dari pihak perusahaan kepada para karyawannya. Misalnya berupa perintah pimpinan, instruksi, dan informasi spesifikasi teknis suatu pekerjaan yang akan diberikan kepada bawahannya. Media yang dipergunakan dalam bentuk komunikasi lisan (perintah dan instruksi), dan tulisan (nota dinas, peraturan, surat edaran dan lain-lain).
b. Komunikasi arus ke atas (upward communication), yaitu dari pihak karyawan kepada perusahaan. Misalnya berbentuk pelaksanaan perintah berbentuk tulisn dan lisan, atau laporan hail dari pekerjaan, serta sumbang saran dari pihak pekerja kepada pimpinan perusahaan. Media komunikasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (laporan dan informasi) mengenai pelaksanaan tugas.
c. Komunikasi sejajar (sideways communication) yang berlangsung antar karyawan. Misalnya informasi mengenai pekerjaan atau menyangkut kegiatan pendidikan dan pelatihan lainnya, dapat juga mengenai kegiatan di luar pekerjaan (kedinasan) dalam bentuk olahraga, keagamaan, kekeluargaan, kesejahteraan dan aktivitas social kepegawaian lain sebagainya. Biasanya yang dipakai sebagai media komunikasi adalah berupa pemberitahuan, pengumuman, sampai kepada penggunaan media Humas (Media of Public Relations), yaitu seperti bulletin, majalah internal dan news letter.

Komunikasi hubungan masyarakat internal itu dapat menjadi komunikasi yang efektif, apabila :
-          Adanya keterbukaan manajemen perusahaan (open management system), terhadap para karyawannya.
-          Saling menghormati atau menghargai (mutual appreciation) antara satu sama lain, baik ia bertindak sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan demi tercapainya tujuan utama perusahaan.
-          Adanya kesadaran atau pengakuan dari pihak perusahan akan nilai-nilai dari arti pentingnya suatu komunikasi timbal balik dengan para karyawannya.
-          Keberadaan seorang PR, yang tidak hanya memiliki ketrampilan (skill) dan berpengalaman sebagai seorang komunikator, mediator dan hingga persuader, tetapi juga harus didukung dengan sumber-sumber daya teknis yang canggih dan sekaligus sebagai media komunikasinya, seperti kemampuan mengelola dan membuat media komunikasi seperti : House PR Journal, Internal Magazine, Video and Cassetes Recording, Slide film presentation special Events Programmes, dan media pertemuan sebagai media komunikasi internal.

Kegiatan Employee Relations
Maksud dan tujuan kegiatan komunikasi hubungan masyarakat internal yang dilaksanakan oleh PR melalui program kerja Employee Relations, antara lain sebagai berikut :
a.       Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik yang dipergunakan dalam suatu organisasi/perusahaan.
b.      Untuk menghilangkan kesalahpahaman atau hambatan komunikasi antara manajemen perusahaan dengan para karyawannya.
c.       Sebagai sarana saluran atau alat komunikasai dalam upaya menjelaskan tentang kebijaksanaan, peraturan dan ketatakerjaan dalam sebuah organisasi/perusahaan.
d.      Sebagai media komunikasi internal bagi pihak karyawan untuk menyampaikan keinginan-keinginan atau sumbang saran dan informasi serta laporan kepada pihak manajemen perusahaan (pimpinan).

Selanjutnya kegiatan Employee Relations dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dilaksanakan dalam bentuk berbagai macam aktivitas dan program, seperti :

1.      Program pendidian dan pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan dilaksankaan oleh perusahaan, dalam upaya meningkatkan kinerja an ketrampilan (skill) karyawan, an kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan dan lain sebagainya

2.       Program motivasi kerja berprestasi.
Program tersebut dikenal dengan istilah Achievement Motivation Training (AMT), di mana dalam pelatihan tersebut diharapkan dapat mempertemukan antara motivasi dan prestasi (etos) kerja serta disiplin karyawan dengan harapan-harapan atau keinginan dari pihak perusahaan dalam mencapai produktivitasyang tinggi.

3.       Program penghargaan
Program penghargaan yang dimaksudkan di sini adalah upaya pihak perusahaan (pimpinan) memberikan suatu penghargaan kepada para karyawan, baik yang berprestasi kerja maupun cukup lama masa pengabdian pekerjaan. Dalam hal ini, penghargaan yang diberikan itu akan menimbulkan loyalitas dan rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi terhadap perusahaan.

4.       Program acara khusus (Special Events)
Yakni merupakan program khusus yang sengaja dirancang di luar bidang pekerjaan sehari-hari, misalnya dalam rangka luar bidang pekerjaan sehari-hari, misalnya dalam rangka event ulang tahun perusahaan, diadakan berpiknik bersama agamaan, olahraga, lomba dan hingga berpiknik bersama agamaan, olahraga, lomba dan hingga berpiknik bersama yang dihadiri oleh pimpnan dan semua para karyawannya. Yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa keakraban bersama di antara sesama karyawan dan pimpinan.

5.      Program Media Komunikasi Internal
Membentuk media komunikasi internal melalui bulletin, news release (majalah dinding) dan majalah perusahaan/PR yang berisikan pesan, informasi dan berita yang berkaitan dengan kegiatan antar karyawan atau perusahaan dan pimpinan.

Teori Motivasi
Prestasi kerja seorang karyawan kadang-kadang tidak sama dengan kecakapan yang dimilikinya. Memang faktor penyebabnya tidak sama antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Faktor penyebab ini tergantung dari orangnya sendiri atau lingkungan kerjanya. Tidak sesuainya prestasi kerja dengan kecapakannya itu bagi seorang karyawan mungkin karena tidak mempunyai kemauan, bisa juga karena tidak menyukai pemimpinnya, atau dapat juga karena kekurangan energi, dan lain sebagainya.
Dalam psikologi keadaan seperti itu dikatakan sebagai berikut : bukan kecakapan (ability) yang kurang, melainkan motivasi (motivation) yang kurang atau tidak ada. Motifnya yang tidak kuat, sehingga hasil pekerjaanya, tidak sesuai dngan kecakapannya.
Motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Jadi motivasi, berarti membangkitkan motif, membangkitkan gaya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau suatu tujuan. Dimana motif adalah kondisi sseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan.
Fungsi PR dalam manajemen ialah memotivasi para karyawan, membangkitkan motif mereka, menggugah daya gerak mereka untuk bekerja lebih giat. Jadi jika dalam memotivasi para karyawan akan menggunakan kata-kata, makna kata-kata itu harus positif, mengandung kebijaksanaan, menimbulkan sikap optimitis, bukan kata-kata negatif yang menjatuhkan mental sebagai contoh adalah salah sekali bila berkata kepada seorang karyawan sebagai berikut “Bodoh sekali kamu. Yang begitu saja tidak bisa kamu kerjakan”. Adalah lebih baik jika berkata seperti ini “ Sebetulnya saudara bisa mengerjakannya lebih baik. Coba kerjakan lebih cermat”.

Eksperimen Motivasi
Eksperimen pertama
Seorang ahli ilmu jiwa R.S. Woodworth telah mengadakan beberapa eksperimen mengenai motivasi ini, yang hasilnya disarankan untuk dipraktekkan dalam kelompok kekaryaan. Salah satu diantarannya ialah persaingan (Competition) dalam percobaan ini diambil seorang karyawan yang sedang bekerja. Sebagai hasil pekerjaanya ia memperoleh jumlah tertentu, kemudian ia digantikan oleh karyawan lain yang diperkirakan lebih tinggi jumlah hasilnya. Karyawan yang pertama tadi disuruh menyakikannya. Setelah melihat kawan yang menggantikannya itu berprestasi lebih tinggi, karyawan yang pertama tadi berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyamai hasil kerja saingannya tadi.

Eksperimen kedua
ialah dengan cara bersaing sendiri (self competition). Ini sederhana saja. Berikan kepada seorang karyawan sebuah pekerjaan. Lalu berikanlah kepadanya kesempatan untuk mencoba beberapa kali lagi. Tetapi sebelumnya perlihatkan dulu hasil percobaan yang pertama. Ia berusaha agar berhasil lebih baik daripada sebelumnya.

Eksperimen ketiga
ialah dengan cara membuat jarak (pace making). Eksperimen ini sebenarnya dilakukan di luar situasi kerja, tetapi dapat dipraktekkan dalam pekerjaan. Eksperimen dilakukan terhadap seorang pelari. Seorang pelari, akan lari lebih cepat jika di depannya terdapat seorang pengendara sepeda sebagai pembuat jarak (pace maker) yang terus menerus berada di depannya. Si pembuat jarak bukanlah saingan yang sebenarnya, dan si pelaripun tidak ingin menyusulkannya. Jadi apakah gunanya pembuat jarak itu? Ia merupakan tujuan terdekat selalu berada dekat didepan si pelari, sehingga pelari itu sadar saat ke saat selalu berusaha sebaik-baiknya agar jaraknya dengan pace maker itu tetap. Sedang untuk tujuan yang lebih jauh daya pendorongnya kurang. Eksperimen ini menunjukkan betapa pentingnya tujuan yang dekat dan dapat dilihat. Dalam situasi kerja pun demikian. Target yang dekat akan menimbulkan daya dorong yang lebih besar daripada target yang jauh untuk dicapai.
Ketiga eksperimen tersebut telah menggunakan perangsang-perangsang. Dan perangsang-perangsang itu telah menimbulkan motif serta menggerakkan motif itu untuk mencapai tujuan.
Untuk meningkatkan suatu hasil karya, perlu sekali diadakan tujuan yang tegas dan jelas. Tanpa tujuan yang tegas dan jelas, tanpa tujuan yang definitive kemungkinan besar para karyawan tiak bekeja giat sebagaimana diharapkan. Tujuan itu harus yang memang dapat dicapai. Jika tujuan akhir memang jauh hendaknya dibuat tujuan sementara yang lebih dekat yang dapat dicapai dengan segera akan menimbulkan usaha yang lebih giat. Sehubungan dengan itu, semakin jelas terlihat cara-cara untuk mencapainya. Ini berlainan dengan tujuan yang samar-samar, karena itu pula, dalam rangka mencapai suatu tujuan, terlebih dahulu perlu dicari metode-metode yang tepat dan alat yang tepat. Dalam pelaksanaanya baik sekali kesempatan untuk memperbincangkan, biasanya sukses tidaknya suatu pekerjaan menyangkut harga diri orang-orang yang mengerjakannya. Para karyawan akan merasa bangga, jika apa yang dikerjakannya berhasil dengan sukses. Sebaliknya akan kecut hatinya apabila gagal. Orang yang ikut membicarakan suatu pekerjaan yang akan dilaksanakannya, akan mempunyai rasa tanggungjawab. Karena mereka akan bekerja giat demi prestise dirinya dan kelompoknya.
Diskusi di antara para karyawan mengenai pelaksanaan suatu pekejaan merupakan laboratorium untuk memotivasi mereka, untuk membangkitkan motif-motif mereka, untuk menggerakkan mereka bekerja lebih giat, sehingga tujuan yang akan dicapai oleh mereka dengan semangat kerja-sama. Motivasi adalah seni, tetapi seni yang dapat dipelajari dan dipratekkan oleh siapa saja.

Proses Motivasi
Motivasi merupakan sebuah predis posisi untuk bertindak dengan cara yang khusus dan terarah pada tujuan tertentu sekalipun rumusan tentang rumusan motivasi dibatasi hingga purposif atau yang diarahkan pada tujuan.
Manusia sebagai mahluk sosial berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan expektansi. Kebutuhan, keinginan dan expektansi tersebut menimbulkan ketegangan-ketegangan pada para manajer, yang di anggap mereka kurang menyenangkan. Dengan anggapan bahwa perilaku khusus tertentu dapat mengurangi perasaan yang dimiliki,maka hal tersebut menyebabkan orang yang bersangkutan berperilaku. Perilaku tersebut diarahkan kepada tujuan untuk mengurangi kondisi ketegangan tersebut. Dimulainya perilaku tersebut menyebabkan timbulnya petunjuk-petunjuk yang memberikan umpan balik (informasi) kepada orang yang bersangkutan tentang dampak perilaku.

Fungsi Motivasi
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta merubah kelakuan. Fungsi motivasi tersebut adalah:
1.      Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul sesuatu tindakan atau perbuatan.
2.      Motivasi berfungsi sebagai pengaruh artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
3.      Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Tujuan Motivasi
Manajer atau pimpianan yang berhasil dalam hal motivasi karyawan seringkali menyediakan suatu lingkungan dimana tujuan-tujuan tepat tersedia untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan-tujuan motivasi tersebut antara lain:
1.      Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2.      Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3.      Meningkatkan produktivitas karyawan
4.      Mempertahankan loyalitas dan kesetabilan karyawan perusahaan
5.      Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan
6.      Mengefektifkan pengadaan karyawan
7.      Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8.      Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan
9.      Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan


Daftar Pustaka
2.      HUMAS membangun citra dengan komunikasi (H. Frazier Moore, Ph.d.) ROSDA 2005.
3.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar